Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Meninjau Ulang Kurikulum Merdeka Sebelum Jadi Kurikulum Nasional

9 Maret 2024   10:30 Diperbarui: 10 Maret 2024   10:00 3143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa, Kurikulum Merdeka akan menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024.(Shutterstock/Odua Image via Kompas.com)

Kabar tentang pengesahan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional memang menimbulkan beragam reaksi di kalangan guru. Tentu, perubahan kurikulum merupakan hal yang tidak bisa dianggap remeh, terutama bagi para pendidik selaku aktor utama yang memiliki tanggung jawab besar terhadap proses pembelajaran. 

Sebagian merasa antusias menyambut perubahan ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki sistem pendidikan yang sudah ada, sementara sebagian lainnya merasa khawatir dengan potensi tantangan dan kendala yang mungkin muncul dalam implementasinya.

Pengumuman akan diresmikannya Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional telah menjadi berita hangat yang mengundang perbincangan di kalangan para pendidik. 

Langkah ini diperkirakan akan mengubah lanskap pendidikan di seluruh jenjang, menempatkan Kurikulum Merdeka sebagai panduan utama dalam proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. 

Namun, di tengah kabar ini, banyak guru yang merasakan kebingungan dan kekhawatiran akan dampak implementasi kurikulum baru ini.

Sebagai guru, perasaan bingung tentu saja wajar. Kurikulum Merdeka diharapkan mampu memberikan ruang lebih besar bagi inovasi dalam pembelajaran, namun pada saat yang sama, kekhawatiran akan kesiapan infrastruktur pendidikan, ketersediaan sumber daya, dan pelatihan yang memadai bagi para pendidik masih menjadi perhatian utama. 

Menyongsong perubahan ini, diperlukan koordinasi yang kuat antara pemerintah, Dinas Pendidikan, satuan pendidikan, dan stakeholder terkait untuk memastikan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka berjalan lancar dan efektif.

Para pendidik tentu saja menyambut setiap perubahan dengan hati terbuka, karena itulah yang bisa dilakukan. Demi mengikuti alur perubahan yang meningkatkan mutu pendidikan. 

Namun, kekhawatiran guru timbul dari kurangnya pemahaman yang komprehensif tentang isi dan implementasi dari Kurikulum Merdeka ini. Sebuah kurikulum nasional akan mempengaruhi setiap aspek dalam proses belajar mengajar, tentu memerlukan pemahaman yang mendalam dan persiapan yang matang. 

Tidak hanya itu, guru juga perlu memastikan bahwa kurikulum ini mampu menjangkau serta memenuhi kebutuhan dan potensi setiap siswa.

Memar benar bahwa masih ada banyak pertanyaan yang perlu dijawab dan tantangan yang perlu diatasi. Dengan memperhatikan peluang dan tantangan yang ada, para guru diharapkan dapat mempersiapkan diri secara optimal untuk menyambut Kurikulum Merdeka sebagai bagian dari perjalanan panjang menuju sistem pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Adanya kekhawatiran ini seharusnya dijadikan sebagai momentum untuk melakukan diskusi mendalam dan kolaborasi antara para pendidik, pemerintah, praktisi dan stakeholders pendidikan lainnya. 

Diperlukan forum-forum yang memfasilitasi pertukaran gagasan, analisis mendalam, dan penyusunan strategi untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara efektif dan efisien. 

Satu hal yang sangat penting yakni pendidik wajib diberikan pelatihan dan dukungan yang memadai untuk mengimplementasikan "kurikulum baru" ini dengan baik.

Dengan mengeksplorasi Kurikulum Merdeka memungkinkan guru merencanakan strategi yang lebih tepat sesuai dengan tujuan nasional. (foto Akbar Pitopang)
Dengan mengeksplorasi Kurikulum Merdeka memungkinkan guru merencanakan strategi yang lebih tepat sesuai dengan tujuan nasional. (foto Akbar Pitopang)

Sebagai guru, sebenarnya saya masih sedikit bingung untuk mengomentari masalah ini. Dan saya yakin rekan guru yang lainnya juga harap-harap cemas dengan rencana penetapan kurikulum nasional ini.

Pertama, kesiapan sekolah

Situasi dimana masih banyak sekolah yang baru mengenal Kurikulum Merdeka dan baru beradaptasi untuk menerapkannya menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran di kalangan para pendidik. Seiring pengumuman bahwa Kurikulum Merdeka akan menjadi kurikulum nasional, banyak guru merasakan adanya tekanan tambahan untuk memahami dan mengimplementasikan kurikulum baru ini dengan cepat dan tepat.

Tentu saja, sebagai pendidik, kami menginginkan yang terbaik untuk peserta didik. Namun, tantangan yang dihadapi ketika harus beradaptasi dengan perubahan kurikulum ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagi sebagian sekolah, seperti yang saya alami, penerapan Kurikulum Merdeka masih sebagian dengan beberapa kelas sudah menerapkannya sementara kelas lain masih menggunakan Kurikulum 2013.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa proses transisi ke Kurikulum Merdeka tidaklah mudah, terutama ketika harus dilakukan secara bertahap dan terbatas. Belum lagi, banyaknya perbedaan dalam pemahaman dan kesiapan mengimplementasikan kurikulum baru ini di antara berbagai sekolah. Hal ini dapat menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran di kalangan pendidik, mengingat pentingnya menyelaraskan kurikulum dengan tujuan pendidikan nasional sambil memperhatikan kebutuhan unik dan potensi setiap siswa.

Kedua, kesiapan guru

Ketidakpastian dan kekhawatiran yang diungkapkan oleh banyak guru terkait Kurikulum Merdeka tidaklah mengherankan, terutama mengingat masih banyaknya pendidik yang belum mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang memadai tentang kurikulum ini. Fenomena ini menyoroti pentingnya peningkatan pemahaman dan kesiapan guru dalam menghadapi perubahan kurikulum.

Saat banyak guru masih menganggap bahwa Kurikulum Merdeka hanya membawa sedikit perubahan dari kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2013. Hal ini mencerminkan kurangnya pemahaman mendalam tentang substansi dan prinsip-prinsip yang mendasari kurikulum baru ini. 

Banyak istilah baru yang diperkenalkan dalam Kurikulum Merdeka seringkali dianggap hanya sebagai perubahan nama untuk istilah-istilah yang sudah dikenal dalam Kurikulum 2013. Akibatnya, dalam penerapannya, banyak guru yang masih merasa terjebak dalam suasana Kurikulum 2013 dan kesulitan untuk beralih sepenuhnya ke Kurikulum Merdeka.

Penting untuk diingat bahwa Kurikulum Merdeka mengusung visi dan pendekatan baru dalam pembelajaran, dengan fokus pada pengembangan potensi siswa secara holistik. Ini berarti ada pergeseran paradigma yang mendasar dalam cara pendidikan dipahami dan diimplementasikan.

Oleh karena itu, untuk mengatasi ketidakpastian dan kebingungan ini, diperlukan upaya serius untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan yang intensif, workshop, dan program pengembangan kompetensi.

Selain itu, penting juga untuk memfasilitasi forum diskusi dan pertukaran pengalaman antar guru untuk saling belajar dan mendukung satu sama lain dalam proses transisi ini.

Dengan upaya bersama dan komitmen untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan, kita dapat memastikan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka berjalan lancar dan memberikan manfaat yang maksimal bagi pendidikan di Indonesia.

Guru bertanggung jawab mengajar dan mengembangkan kompetensi lewat pelatihan demi kesuksesan implementasi Kurikulum Merdeka. (foto Akbar Pitopang
Guru bertanggung jawab mengajar dan mengembangkan kompetensi lewat pelatihan demi kesuksesan implementasi Kurikulum Merdeka. (foto Akbar Pitopang

Ketiga, tantangan mindset

Tantangan untuk menyamakan mindset tentang Kurikulum Merdeka memang menjadi hal yang penting dalam memastikan keberhasilan implementasi. Salah satu cara untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan menegaskan aturan yang jelas dan tegas terkait dengan penerapan Kurikulum Merdeka di semua sekolah.

Memang, penting untuk diakui bahwa adanya dua jalur penerapan kurikulum, seperti Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, dapat menciptakan kebingungan dan memecah fokus di kalangan guru. Stop penerapan Kurikulum 2013 menjadi langkah yang logis untuk menghindari kebingungan dan ketidakpastian dalam proses pembelajaran. 

Dengan menetapkan kebijakan yang mengharuskan semua sekolah untuk menerapkan Kurikulum Merdeka secara keseluruhan, kita dapat memastikan bahwa semua pendidik memiliki fokus yang sama dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan perspektif Kurikulum Merdeka.

Dengan mengarahkan semua sekolah untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, akan lebih mudah untuk menyamakan mindset dan menghindari kekeliruan dalam pandangan tentang pendidikan. 

Transisi ke Kurikulum Merdeka haruslah dilakukan secara bertahap dan disertai dengan dukungan yang memadai bagi para pendidik. Dengan mengambil langkah-langkah yang tepat dan memastikan adanya aturan yang jelas dan tegas terkait dengan penerapan Kurikulum Merdeka di semua sekolah, dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi pendidik untuk mengembangkan mindset yang sesuai dengan visi dan nilai-nilai Kurikulum Merdeka.

Keempat, kendala infrastruktur pendidikan

Tantangan infrastruktur pendidikan yang masih buruk di berbagai daerah merupakan hambatan nyata dalam implementasi Kurikulum Merdeka, terutama ketika kurikulum ini sangat erat kaitannya dengan penerapan teknologi dalam pembelajaran. 

Misalnya, pelaksanaan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer) dan penerapan Platform Merdeka Mengajar (PMM) memerlukan akses internet yang baik untuk dapat diakses dengan lancar. Namun, kenyataannya, banyak daerah masih menghadapi kendala dalam hal fasilitas internet yang buruk atau bahkan tidak tersedia sama sekali.

Kondisi ini menjadi sumber masalah serius bagi guru dan siswa dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Perjuangan yang harus dihadapi oleh para pendidik dan peserta didik untuk mengatasi keterbatasan infrastruktur ini seringkali memunculkan tantangan dan kesulitan dalam proses pembelajaran. 

Guru dan siswa harus berjuang lebih keras untuk menyesuaikan diri dengan kurikulum baru yang memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, terlebih lagi jika akses internet masih terbatas.

Kendala-kendala seperti ini menjadi cerminan dari masalah klasik yang masih dihadapi dalam dunia pendidikan di negeri ini, dimana kesenjangan infrastruktur pendidikan antar daerah masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan secara menyeluruh. 

Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan upaya kolaboratif untuk mencari solusi yang efektif dan berkelanjutan. Langkah-langkah konkret seperti peningkatan infrastruktur internet, pelatihan teknologi bagi guru dan siswa, serta pengembangan alternatif untuk pembelajaran terdiferensiasi dapat menjadi langkah dalam mengatasi hambatan ini.

Tantangan pendidikan berkualitas berjibaku dengan belum merata akses internet di penjuru Indonesia. (Dok Orangtua Marselinus Ekung via Kompas.com)
Tantangan pendidikan berkualitas berjibaku dengan belum merata akses internet di penjuru Indonesia. (Dok Orangtua Marselinus Ekung via Kompas.com)

Kelima, implementasi belum optimal

Kritik terhadap penerapan Kurikulum Merdeka yang masih ala kadarnya memang menjadi sorotan penting. Banyaknya kegiatan yang belum dilaksanakan secara utuh dalam kurikulum ini, seperti Asesmen Diagnostik di awal semester, proses penilaian yang masih terpusat, serta pelaksanaan projek yang belum optimal, menunjukkan bahwa masih banyak ruang untuk perbaikan dan peningkatan dalam implementasi Kurikulum Merdeka.

Faktor-faktor seperti kurangnya pelatihan dan dukungan yang memadai bagi guru, serta kurangnya pengawasan dari pihak terkait. Kondisi ini juga mencerminkan perlunya sistem pengawasan dan evaluasi yang lebih ketat dalam mengawasi implementasi Kurikulum Merdeka. 

Dengan adanya pengawasan yang lebih baik, sekolah dan guru akan lebih terdorong untuk melaksanakan kurikulum ini secara lebih konsisten dan efektif. 

Keenam, politisasi pendidikan

Isu politisasi dalam dunia pendidikan seringkali menjadi perhatian utama. Perubahan kurikulum yang terjadi setiap kali terjadi pergantian presiden atau menteri pendidikan telah menjadi pola yang terlalu sering terjadi. Ini menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi dan stabilitas dalam pengembangan kurikulum yang akan berdampak langsung pada proses pembelajaran.

Kurikulum seharusnya didasarkan pada penelitian, bukan pada preferensi atau kebijakan politik. Penting bagi kurikulum untuk tetap relevan, mengikuti perkembangan global, dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. 

Jika setiap pergantian kepemimpinan membawa perubahan dalam kurikulum, hal ini dapat mengganggu kondusifitas proses pembelajaran yang berkelanjutan.

Ketika Kurikulum Merdeka dijadikan kurikulum nasional menjelang pergantian kepemimpinan, memang muncul kekhawatiran tentang apakah kebijakan tersebut akan bertahan atau berubah lagi di masa depan. 

Apakah perubahan ini akan terus menjadi siklus yang berulang, atau apakah ada upaya untuk menciptakan kestabilan dan konsistensi dalam pengembangan kurikulum di Indonesia?

Penting bagi kita semua, terutama para pendidik, untuk terus mengadvokasi pentingnya memiliki kurikulum yang konsisten dan berbasis bukti atau hasil serta tujuan yang jelas. 

Perubahan kurikulum yang seringkali tidak hanya membingungkan bagi guru dan siswa, tetapi juga dapat menghambat pencapaian tujuan pendidikan jangka panjang karena adanya kepentingan politik. 

Tangkapan layar unggahan yang menginformasikan Kurikulum Nasional akan menggantikan Kurikulum Merdeka pada Maret 2024. (via jateng.tribunnews.com)
Tangkapan layar unggahan yang menginformasikan Kurikulum Nasional akan menggantikan Kurikulum Merdeka pada Maret 2024. (via jateng.tribunnews.com)

Wasana kata

Kita semua memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan generasi yang unggul dan berdaya saing. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengatasi kekhawatiran dan kebingungan yang mungkin muncul dengan sikap terbuka, kerja sama, dan komitmen untuk terlibat secara aktif dalam proses pengembangan dan implementasi Kurikulum Merdeka. 

Bagaimanapun, dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan dukungan dan kerja sama antar guru, pihak sekolah, dan pemerintah. Kita perlu saling berbagi pengalaman, strategi, dan sumber daya untuk mengatasi hambatan yang pasti akan timbul dalam proses transisi ini. 

Sudah jelas bahwa pendidik juga membutuhkan pelatihan dan bimbingan yang memadai untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan baik.

Meskipun terdapat kebingungan dan kekhawatiran, hal ini seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi dan komunikasi di antara para pendidik. Dengan cara ini, kita dapat mengatasi tantangan secara bersama-sama dan memastikan bahwa proses transisi kurikulum nasional ini berjalan lancar dan memberikan manfaat yang maksimal bagi pendidikan di Indonesia.

Namun demikian, penting juga untuk diingat bahwa perubahan dalam sistem pendidikan membutuhkan waktu dan proses yang tidak instan. Kesadaran akan pentingnya penerapan Kurikulum Merdeka secara menyeluruh dan konsisten harus terus ditingkatkan, baik di tingkat individu maupun kolektif. 

Dengan kerja sama yang kuat antara pemerintah, institusi pendidikan, guru, orangtua, masyarakat, praktisi, peneliti dan seluruh stakeholder, kita dapat mengatasi tantangan dalam implementasi Kurikulum Merdeka dan mewujudkan visi pendidikan untuk masa depan bangsa ini.

Hanya dengan demikian, kita dapat bersama-sama mewujudkan visi pendidikan yang sesuai kebutuhan dan kepentingan bangsa dan negara.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun