Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kritik terhadap Kinerja KPPS Pemilu 2024: Pelajaran untuk Masa Depan Demokrasi

14 Februari 2024   17:07 Diperbarui: 16 Februari 2024   16:45 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beruntung saya bisa nyoblos pada Pemilu 2024 ini. (foto Akbar Pitopang)

Alhamdulillah, dengan perasaan syukur saya menyambut kesempatan berharga untuk memanfaatkan hak suara saya dalam Pemilu 2024. Beberapa hari sebelumnya, kegelisahan merayapi pikiran saya ketika saya mulai mengkhawatirkan kemungkinan gagal untuk memilih. 

Lantaran saya tidak mendapatkan undangan DPT karena perpindahan domisili ke kecamatan yang berbeda dalam satu kota, menjadi penyebab utama kecemasan tersebut. Namun, dengan semangat mencari solusi dan pencerahan yang diberikan oleh rekan guru honorer yang menjadi anggota KPPS, akhirnya saya dapat menunaikan kewajiban saya sebagai warga negara dengan memilih.

Tidak hanya merasakan kelegaan atas kesempatan untuk memilih, saya juga melakukan pengamatan kritis terhadap pelaksanaan Pemilu 2024 ini. 

Fokus saya tertuju pada efektivitas pelaksanaan tugas dari anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam menjalankan peran mereka mensukseskan pemilu ini. 

Melalui pengamatan langsung, saya menyadari bahwa meskipun ada upaya sungguh-sungguh dari para anggota KPPS, namun masih terdapat cacat-cacat yang signifikan dalam pelaksanaan tugas mereka. 

Menurut saya, cacat-cacat ini memiliki potensi untuk menghambat partisipasi pemilih dan bahkan dapat berakibat fatal dalam proses pemilu.

Hal ini terlihat dari beberapa insiden di tempat pemungutan suara yang saya saksikan, dimana kurangnya koordinasi dan komunikasi di antara anggota KPPS menjadi masalah serius yang mempengaruhi efisiensi proses pemungutan suara.

Hal ini menciptakan hambatan-hambatan yang tidak perlu bagi pemilih dan dapat menyebabkan frustasi serta penurunan antusiame terhadap proses pemilu.

Suasana di TPS dan kinerja para petugas KPPS. (foto Akbar Pitopang)
Suasana di TPS dan kinerja para petugas KPPS. (foto Akbar Pitopang)

Peran petugas KPPS yang efektif dalam Pemilu

Pemilihan petugas yang cekatan dan berpengalaman menjadi kunci penting dalam menjamin kelancaran proses pemilu. Pengalaman saya saat berada di tempat pemungutan suara juga menegaskan hal ini. 

Saya memperhatikan keberadaan petugas yang nampaknya masih sangat muda dan mungkin baru pertama kali menjabat sebagai anggota KPPS. Hal ini terlihat dari geraknya yang lamban dan agak kerepotan dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Salah satu insiden yang saya saksikan adalah saat petugas muda tersebut bertugas sebagai pemanggil pemilih. Meskipun sudah memiliki formulir pendaftaran di depannya, ia seringkali salah menyebutkan nama pemilih yang harus segera memasuki bilik suara. 

Selain itu, keputusannya untuk memanggil pemilih menunggu bilik suara kosong terlebih dahulu juga terlihat kurang efisien.

Seperti yang saya amati, proses pemungutan suara membutuhkan waktu yang cukup lama, mulai dari pemilih menandatangani kehadiran, mengambil surat suara, memilih di bilik suara dengan cermat, hingga memasukkan suara ke dalam kotak suara. 

Dengan waktu yang terbuang sia-sia karena kesalahan petugas dan keputusan yang kurang efisien, panjangnya antrian dan tingginya tingkat kegelisahan di antara pemilih menjadi semakin membesar.

Oleh karena itu, langkah awal yang harus diambil adalah memastikan bahwa petugas yang ditugaskan memiliki pengalaman yang memadai atau minimal telah menjalani pelatihan yang cukup untuk menjalankan tugas-tugas mereka dengan baik. 

Seleksi yang ketat dan pelatihan yang intensif perlu dilakukan untuk memastikan bahwa setiap petugas memiliki pemahaman yang mendalam dan dapat bertindak dengan cepat dan tepat dalam ragam situasi yang mungkin timbul di TPS.

Selain itu, penting juga untuk meningkatkan koordinasi antar petugas KPPS. Dengan komunikasi yang baik, kesalahan-kesalahan seperti yang saya saksikan dapat dicegah atau diatasi dengan lebih efektif. 

Dengan demikian, proses pemungutan suara dapat berjalan lebih lancar dan efisien, mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan memastikan bahwa setiap pemilih dapat menggunakan hak suaranya dengan nyaman dan tanpa hambatan.

Pelajaran penting untuk masa depan demokrasi

Selain pemilihan petugas yang berpengalaman, penting juga untuk memastikan bahwa para anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) mendapatkan briefing yang memadai sebelum memulai tugas mereka. 

Pengalaman saya di TPS menunjukkan bahwa kurangnya briefing dapat menyebabkan potensi ketegangan antara petugas, seperti yang saya saksikan ketika dua petugas KPPS sama-sama meninggikan volume suara dari mulut masing-masing.

Ini terjadi pukul 12 siang, ketika pelayanan kepada para Daftar Pemilih Khusus (DPK) telah dimulai. Ketegangan muncul karena perbedaan pendapat mengenai pelayanan yang seharusnya diberikan kepada DPK pada masa waktu tersebut. 

Seharusnya, para petugas KPPS memiliki pemahaman yang sama terkait prosedur dan jadwal pelayanan kepada DPT-DPK, serta dapat mengontrol emosi dan volume suara mereka, terutama karena masih banyak pemilih lain yang berada di tempat pemungutan suara.

Juga, dapat mengganggu kenyamanan dan ketenangan pemilih lain yang sedang menunggu giliran mereka untuk memilih. Oleh karena itu, penting bagi penyelenggara pemilu untuk memberikan briefing yang jelas dan komprehensif kepada setiap anggota KPPS sebelum hari pemungutan suara dimulai.

Briefing yang baik harus mencakup semua aspek penting, termasuk pentingnya menjaga sikap dan perilaku yang profesional di hadapan pemilih. Sehingga setiap petugas dapat merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan dengan tenang dan bijaksana.

Mengapa pelatihan KPPS adalah investasi yang penting

Masalah ketidaktepatan waktu dalam proses pemilihan suara juga mempengaruhi partisipasi pemilih secara signifikan. Saya melihat langsung bagaimana banyak pemilih yang akhirnya tidak dapat memberikan suaranya karena terlalu lama menunggu di tempat pemungutan suara (TPS). Penyebabnya adalah kinerja petugas KPPS yang terkesan lamban dan kurang efisien.

Saat berada di TPS, saya melihat petugas KPPS memanggil nama pemilih berulang kali, namun sayangnya, banyak di antara mereka telah meninggalkan tempat tersebut karena sudah tidak sanggup menunggu lebih lama. 

Mereka mungkin harus kembali ke pekerjaan atau aktivitas lainnya yang tidak bisa lagi ditunda. Jumlah pemilih yang tidak memberikan suara karena alasan ini cukup signifikan, bahkan saya perkirakan ada sekitar belasan orang atau lebih.

Ketidakmampuan petugas KPPS untuk mengelola antrian dengan efisien berkontribusi pada masalah ini. Dengan lebih disiplin dan efisien dalam memanggil pemilih, serta mengurangi waktu yang terbuang sia-sia, mungkin proses pencoblosan bisa lebih cepat dan semua pemilih dapat memberikan suaranya. 

Penumpukan antrian yang panjang hanya menambah frustasi pemilih dan berpotensi mengurangi partisipasi pemilih.

Oleh karena itu, diperlukan peningkatan dalam manajemen waktu dan koordinasi di antara petugas KPPS. Pelatihan tentang manajemen antrean dapat membantu mengatasi masalah ini. 

Beruntung saya bisa nyoblos pada Pemilu 2024 ini. (foto Akbar Pitopang)
Beruntung saya bisa nyoblos pada Pemilu 2024 ini. (foto Akbar Pitopang)

Ketika setiap pemilih dapat memberikan suaranya dengan mudah dan tanpa hambatan, ini tidak hanya memastikan integritas proses pemilu, tetapi juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem demokrasi kita. 

Sebagai bagian dari proses evaluasi pemilu, penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah seperti ini agar setiap warga negara dapat merasakan kehadiran mereka dalam pesta demokrasi.

Tentu ada ruang untuk perbaikan dan peningkatan di masa mendatang. Pelatihan dan pembinaan yang terus-menerus bagi anggota KPPS menjadi hal yang penting untuk memastikan kualitas dan profesionalisme mereka tetap terjaga. 

Dengan tetap mengapresiasi dedikasi dan kerja keras anggota KPPS, kita dapat melihat Pemilu 2024 sebagai kesuksesan yang patut dirayakan. 

Semangat untuk terus memperbaiki dan memperkuat proses demokrasi harus terus dijaga, agar setiap pemilu yang akan datang dapat berjalan lebih baik lagi. 

Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa suara setiap warga negara dihargai dan demokrasi kita terus berkembang menuju arah yang lebih baik.

Pemilu adalah tonggak penting dalam demokrasi, dan keberhasilannya sangat bergantung pada integritas dan efisiensi pelaksanaannya. 

***
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun