Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jadilah "Duta Lingkungan Sustainable" Versi Dirimu

2 Februari 2024   17:06 Diperbarui: 2 Februari 2024   17:07 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terimakasih sudah peduli lingkungan. (Dokpri)

Selain itu, memanfaatkan fasilitas transportasi umum untuk mobilitas ke kantor adalah langkah yang sangat baik dan terpuji. Pengurangan jumlah kendaraan pribadi dapat mengurangi emisi karbon dan mempromosikan transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan ini di tempat kerja, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang berkelanjutan dan berkontribusi pada upaya menjaga lingkungan secara kolektif. 

Tak usah gengsi di tempat umum

Ketika berbicara tentang keberlanjutan lingkungan, coba kita kesampingkan dulu dan tidak ada tempat untuk rasa malu atau gengsi. Sebaliknya, coba lah menjadi pionir peduli lingkungan ketika berada di luar rumah, di tempat umum, atau saat berada di area ramai adalah langkah penting menuju gaya hidup peduli lingkungan berkelanjutan.

Tidak perlu malu membawa totebag saat berbelanja di pasar atau supermarket/minimarket, serta membawa tempat makan sendiri —misalnya sedotan stainless steel— dari rumah ketika dari rumah sudah merencanakan ke tempat makan. 

Tindakan sederhana seperti itu bukan hanya menunjukkan kesadaran terhadap lingkungan, tetapi juga dapat menjadi inspirasi bagi orang di sekitar untuk mengikuti langkah yang sama.

Tampak sampah dibuang sembarangan. Lokasi di salah satu halte busway. (Dokpri)
Tampak sampah dibuang sembarangan. Lokasi di salah satu halte busway. (Dokpri)

Membuang sampah pada tempatnya ketika mengunjungi taman, meskipun pengunjung lain atau orang di sekitar mungkin melakukan tindakan sebaliknya, adalah bukti nyata dari komitmen kita terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan. 

Terus ngapain juga kita malu untuk menggunakan transportasi umum? Selain ongkosnya murah, juga merupakan kontribusi positif dalam mengurangi emisi karbon atau polusi udara.

Kita bisa membangun gaya hidup berkelanjutan asalkan kita gampang merasa malu atau gengsi. Karena selama ini, tantangan terbesarnya adalah rasa gengsi atau stigma bahwa yang mengurusi sampah hanyalah para pemulung atau petugas kebersihan.

Di era media sosial seperti saat ini, kita bisa memanfaatkannya untuk menyebarkan semangat peduli lingkungan. Kita bisa kok kampanye peduli lingkungan hanya melalui hp masing-masing dan dapat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita.

Jadilah pelopor perubahan, jadilah “duta lingkungan” menurut versi diri kita masing-masing. Dengan keyakinan dan konsistensi, kita dapat memotivasi orang lain untuk ikut berperan dalam mengupayakan lingkungan sustainable.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun