Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Janji Belajar Kelompok di Era Disrupsi, Apakah Semuanya Seindah yang Terlihat?

7 Februari 2024   09:09 Diperbarui: 9 Februari 2024   06:53 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar kelompok bareng teman sepulang sekolah. (via KOMPAS.id)

Sejalan dengan perkembangan zaman, relevansi belajar kelompok di era digital terbuka untuk ditinjau ulang. 

Dengan pemahaman yang baik tentang tantangan dan peluang yang ada, belajar kelompok dapat tetap menjadi metode pembelajaran yang memperkaya pengalaman belajar siswa.

Pesan penting untuk orangtua bijak

Berdasarkan pengalaman, terkadang tak semua janji belajar kelompok berjalan sebagaimana mestinya. Ada orangtua yang pernah menyaksikan ada gelagat mencurigakan dari dua orang remaja yang masih duduk di bangku SMP terlibat dalam janji belajar kelompok.  

Kejadian ini mengingatkan kita bahwa semua janji belajar kelompok tidak selalu berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini membuka ruang untuk refleksi dan (mungkin) peringatan bagi para orangtua untuk tetap menjalankan fungsi controlling.

Kewaspadaan yang muncul dari adanya contoh kejadian tersebut bukanlah semata-mata untuk meragukan esensi belajar kelompok, tetapi sebagai alarm untuk tetap mengawasi dan terlibat secara aktif dalam dinamika aktivitas belajar/pendidikan anak. 

Meskipun belajar kelompok dapat memberikan manfaat signifikan, tapi rasanya juga terdapat potensi risiko yang perlu diwanti-wanti.

Penting bagi orangtua untuk tetap terhubung dengan anak-anak mereka. Dengan mendiskusikan rencana belajar kelompok anak dengan teman-teman sekolah. 

Komunikasi terbuka dapat membantu membangun kepercayaan dan memastikan keamanan anak. Karena pola anak zaman now semakin susah diprediksi semenjak adanya penggunaan Hp di tengah-tengah kehidupan mereka saat ini.

Selain itu, orangtua sangat perlu mengetahui siapa teman-teman sekelas anak dan atau siapa saja teman yang kerap menjadi teman belajar kelompok anak. Bahkan bila perlu juga mengenal orangtua mereka juga dapat menjadi langkah preventif yang efektif.

Reputasi belajar kelompok tidak seharusnya tercemar oleh kejadian seperti yang digambarkan diatas. Orangtua memiliki hak dan tanggung jawab untuk menjaga keamanan anak-anak mereka. 

Ini juga merupakan kesempatan bagi orangtua untuk mengajarkan nilai-nilai kewaspadaan dan keamanan diri anak dalam interaksi sosial, bahkan di dunia belajar kelompok yang seharusnya memberikan rasa aman.

Dengan memahami kejadian-kejadian tak terduga tersebut, kita dapat membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas dunia pendidikan di era digital saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun