Karena, efek jangka panjang dari penggunaan tak terkontrol atau ketergantungan anak-anak pada gadget ini adalah sebuah konsekuensi yang mendesak untuk dipertimbangan kembali ketika masa pandemi telah berlalu.
Apa alasannya?
Lantaran orangtua terutama yang kurang berpengalaman dalam teknologi, sering kesulitan dalam menghadapi atau mengelola situasi ini dengan bijak.Â
Dalam banyak kasus, akibat keterbatasan pengetahuan dan kurangnya keterampilan orangtua dalam menjalankan teknologi atau gadget ini dapat berdampak negatif pada anak-anak.
Di masa kini, penggunaan gadget semestinya lebih banyak difokuskan pada kegiatan edukatif. Penggunaan gadget untuk hiburan adalah sah-sah saja, tapi perlu dikunci dengan adanya batasan dan pengawasan.Â
Menakar batasan dan panduan kontrol dari guru dan sekolah
Kasus-kasus penyalahgunaan hp oleh siswa semakin sering terjadi tentu menimbulkan kekhawatiran bagi orangtua dan pihak sekolah.Â
Meskipun penggunaan gadget dalam proses pembelajaran di sekolah dianggap sebagai terobosan yang baik, tetapi munculnya kasus-kasus yang merugikan siswa akhirnya menjadi sorotan banyak pihak.Â
Ada kasus siswa mengakses konten porno, perilaku menyebarkan cerita dewasa, merekam hingga menyebarkan aksi bullying, itu telah menggambarkan adanya dampak buruk dari penggunaan hp yang melebihi batas.
Sekolah sebagai tempat pembelajaran, harus mengambil langkah dalam mendidik siswa tentang interaksi digital melalui pendekatan tiga pola, yaitu 1) literasi digital, 2) etika digital, dan 3) tanggung jawab digital.Â
Guru dan pihak sekolah sudah pasti akan memberikan pembinaan yang intensif saat menemui kasus siswa semacam ini. Serta konsisten memberikan edukasi agar siswa memahami risiko dan tanggung jawab dalam menggunakan hp.