Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pasca Pandemi Anak Belajar Sambil Pegang HP Terus, Gak Bahaya Tah?

7 November 2023   15:01 Diperbarui: 20 November 2023   09:03 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak main ponsel atau gadget sambil belajar meskipun usai pandemi. (Wavebreakmedia via Kompas.com)

Pandemi yang terjadi telah mendorong transformasi penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan. Pertemuan antara pendidikan dengan teknologi menjadi lebih aktif daripada sebelumnya. 

Selama periode tersebut, perangkat elektronik atau gadget terutama penggunaan smartphone telah menjadi perangkat penting untuk menjalani pembelajaran jarak jauh. 

Saat pandemi, penggunaan gadget pada anak-anak diarahkan untuk kepentingan pendidikan demi kemudahan akses siswa terhadap materi pelajaran dan tetap berinteraksi dengan guru dari jarak jauh. 

Seiring berlalunya waktu, kita menyaksikan anak-anak yang semakin terpaku pada layar gadget bahkan setelah pandemi mereda hingga masa saat ini. 

Apakah penggunaan gadget pada anak-anak saat ini masih relevan dengan tujuan pendidikan?

Sebagai alat pendukung pembelajaran, penggunaan gadget mungkin saja terlihat wajar. Namun, permasalahan timbul ketika gadget tersebut lebih banyak digunakan untuk hiburan atau mengakses konten yang tidak relevan dengan pendidikan. 

Menghadapi masa depan, peran teknologi dalam pendidikan telah berkembang pesat. Namun penting bagi kita untuk memahami batasan dan risiko penggunaan gadget yang berlebihan. 

Nah, keseimbangan penggunaan gadget oleh anak untuk tujuan pendidikan dan hiburan, serta bagaimana peran orangtua dalam membimbing anak-anak mereka, akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.

Dunia pendidikan saat ini tidak bisa lagi terlepas dari teknologi. Hanya saja, sejauh mana kita mampu mengelola hubungan antara anak-anak dan gadget dalam konteks pendidikan dan kehidupan sehari-hari adalah tantangan yang harus terus kita selesaikan. 

Dengan perhatian dan kepedulian yang besar, serta dengan kesadaran akan dampak jangka panjang, kita semestinya harus mampu membimbing anak-anak menuju penggunaan gadget yang lebih terarah dan produktif.

Karena, efek jangka panjang dari penggunaan tak terkontrol atau ketergantungan anak-anak pada gadget ini adalah sebuah konsekuensi yang mendesak untuk dipertimbangan kembali ketika masa pandemi telah berlalu.

Apa alasannya?

Lantaran orangtua terutama yang kurang berpengalaman dalam teknologi, sering kesulitan dalam menghadapi atau mengelola situasi ini dengan bijak. 

Dalam banyak kasus, akibat keterbatasan pengetahuan dan kurangnya keterampilan orangtua dalam menjalankan teknologi atau gadget ini dapat berdampak negatif pada anak-anak.

Di masa kini, penggunaan gadget semestinya lebih banyak difokuskan pada kegiatan edukatif. Penggunaan gadget untuk hiburan adalah sah-sah saja, tapi perlu dikunci dengan adanya batasan dan pengawasan. 

Ilustrasi | Kontrol anak dalam penggunaan hp atau gadget di masa sekarang sangat wajib dilakukan. (foto Akbar Pitopang)
Ilustrasi | Kontrol anak dalam penggunaan hp atau gadget di masa sekarang sangat wajib dilakukan. (foto Akbar Pitopang)

Menakar batasan dan panduan kontrol dari guru dan sekolah

Kasus-kasus penyalahgunaan hp oleh siswa semakin sering terjadi tentu menimbulkan kekhawatiran bagi orangtua dan pihak sekolah. 

Meskipun penggunaan gadget dalam proses pembelajaran di sekolah dianggap sebagai terobosan yang baik, tetapi munculnya kasus-kasus yang merugikan siswa akhirnya menjadi sorotan banyak pihak. 

Ada kasus siswa mengakses konten porno, perilaku menyebarkan cerita dewasa, merekam hingga menyebarkan aksi bullying, itu telah menggambarkan adanya dampak buruk dari penggunaan hp yang melebihi batas.

Sekolah sebagai tempat pembelajaran, harus mengambil langkah dalam mendidik siswa tentang interaksi digital melalui pendekatan tiga pola, yaitu 1) literasi digital, 2) etika digital, dan 3) tanggung jawab digital. 

Guru dan pihak sekolah sudah pasti akan memberikan pembinaan yang intensif saat menemui kasus siswa semacam ini. Serta konsisten memberikan edukasi agar siswa memahami risiko dan tanggung jawab dalam menggunakan hp.

Kita sadar bahwa selama ini anak memiliki akses yang lebih intens dalam menggunakan gadget ketika berada di rumah. Inilah yang mendorong urgensi keterlibatan dan intervensi yang kuat dari orangtua terkait masalah penggunaan gadget oleh anak. 

Di satu sisi, penggunaan gadget/hp oleh anak pada masa kini membawa dampak yang baik untuk bekal generasi Alpha berinteraksi dengan perkembangan dunia. Namun disisi lain, muncul ancaman yang mengintai dalam bentuk penyalahgunaan gadget oleh anak. 

Dalam rangka menjaga keseimbangan, ada beberapa upaya yang bisa terus dilakukan oleh guru dan pihak sekolah agar penggunaan gadget anak tetap dalam koridor yang aman dan relevan.

1. Memberikan panduan kepada pendidik tentang batasan mengenai seperti apa saja proses pembelajaran yang akan melibatkan penggunaan hp atau smartphone oleh anak di rumah dalam mengakses materi atau tugas yang diberikan.

Karena dengan adanya panduan yang jelas dan pemahaman yang baik akan membantu guru dalam memberikan arahan yang tepat kepada siswa dalam menggunakan hp.

2. Memaksimalkan proses pembelajaran tatap muka di ruang kelas atau di lingkungan sekolah. Dengan alasan bahwa sekolah telah banyak menemukan kasus-kasus penyalahgunaan hp oleh anak. 

Artinya, kalau tak penting-penting amat maka lebih baik pihak sekolah membatasinya terutama bagi siswa sekolah dasar dan menengah, dimana pemahaman tentang tanggung jawab penggunaan gadget masih kurang sekali.

3. Terus mengedukasi siswa tentang bagaimana cara menggunakan atau memanfaatkan hp dengan baik. Utamakan untuk proses pendidikan atau pembelajaran. 

Setelah urusan itu selesai, aktifitas sosial dan spiritual anak harus terus dipantau agar perhatian anak tidak selalu terpaku pada hp.

4. Pada tahap lebih lanjut, pentingnya memberikan pembinaan secara bijak dan manusiawi kepada siswa yang terlibat dalam kasus penyelewengan hp. Bila pemahaman siswa meningkat maka dapat mendorong kesadaran dalam beraktivitas digital kedepannya.

5. Rutin mendorong orangtua untuk memberikan batasan-batasan dalam penggunaan hp oleh anak saat di rumah. Hp bukanlah mainan dan anak tidak harus memiliki hak penuh atas hp tersebut meskipun hp telah dianggap menjadi hak milik anak karena diberikan sebagai hadiah ataupun dibeli dari tabungan atau uang THR anak.

Dalam menjaga penggunaan gadget anak, upaya yang holistik dan kerjasama antara sekolah, guru, dan orangtua menjadi pondasi yang sangat penting. Hanya dengan kerjasama yang kokoh antara kedua belah pihak, anak-anak dapat memperoleh manfaat positif dari teknologi sambil tetap terlindungi dari dampak buruknya.

Ilustrasi anak mengoperasikan gadget. (DragonImages via Kompas.com)
Ilustrasi anak mengoperasikan gadget. (DragonImages via Kompas.com)

Orangtua harus menjadi "polisi gadget" bagi anak

Kehadiran gadget atau smartphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kepentingan pendidikan anak-anak. 

Orangtua memegang peranan penting dalam mengawasi penggunaan gadget oleh anak. Tindakan kontrol atau pengawasan dari orangtua adalah kunci utama untuk memastikan anak-anak memanfaatkan hp dengan tepat, terutama saat harus digunakan untuk belajar.

Orangtua harus aktif bertanya apakah penggunaan hp masih menjadi bagian dari pendekatan pembelajaran yang diterapkan di sekolah. 

Tatkala guru tetap memberikan PR atau tugas belajar melalui video, media sosial, atau platform e-learning. Maka dalam penerapannya harus ada pengawasan orangtua.

Meskipun hp digunakan untuk kegiatan belajar, kehadiran orangtua tetap diperlukan untuk mengawasi agar anak bijak dan bertanggung jawab dalam penggunaannya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan gadget sebagai alat bantu belajar adalah langkah cerdas. Namun, yang tak kalah penting adalah pengawasan orangtua terkait aktivitas anak dalam menggunakan hp tersebut. 

Ini adalah langkah bijak yang harus menjadi prioritas utama para orangtua. Minimnya atau terbatasnya proses pengawasan dapat membuka pintu bagi risiko penyelewengan seperti penggunaan yang tidak tepat.

Kurangnya perhatian orangtua terhadap isu ini menjadi sorotan. Meskipun tidak semua orangtua lalai, bersyukur masih ada sebagian orangtua yang tegas dalam menetapkan aturan dan batasan penggunaan gadget kepada anak-anak. 

Menetapkan aturan/batasan, waktu, dan tujuan yang jelas terkait penggunaan gadget adalah kunci supaya hp dimanfaatkan secara efektif dan produktif. 

Hal ini harus dicermati bahwa upaya tersebut bukan semata tentang membatasi, melainkan upaya keterbukaan dalam mendidik anak menggunakan gadget secara bertanggung jawab dan bermoral.

Mengawasi anak dalam penggunaan gadget bukanlah tentang menghilangkan kebebasan, akan tetapi lebih kepada bagaimana memberikan panduan dan pengarahan yang tepat. 

Keterlibatan orangtua melalui sinergitas yang kuat bersama dengan instansi pendidikan/sekolah yang konsisten pada penekanan nilai-nilai moral dan pendidikan karakter, maka akan menjadi fondasi yang kokoh dalam menjaga anak-anak dari bahaya penggunaan hp yang berlebihan dan tidak terkontrol.

Jadi, peran controlling atau pengawasan orangtua terkait penggunaan gadget/hp oleh anak merupakan aspek yang krusial dalam era digital saat ini. 

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun