Saya bergabung dengan Kompasiana pada 2011, yang kala itu mengusung tagline, "Bukan Sensasi Tapi Esensi".Â
Kata-kata yang akhirnya selalu terngiang-ngiang dalam benak dan alam bawah sadar disaat hendak mulai menulis dan bercerita di Kompasiana ini.Â
Kita semua belajar bahwa apa yang kita tulis di Kompasiana memiliki esensi tersendiri. Esensi itu tentu memiliki sudut pandang atau perspektif yang luas bagi para pembaca. Namun, satu hal yang pasti bahwa esensi tulisan itu tentang "nilainya".
Bila kita terbiasa untuk menulis dengan menghadirkan esensi, maka pada hakikatnya ada "sensasi" yang bisa kita rasakan. Sensasi yang akan menggambarkan hal-pengalaman yang luar biasa.
Para Kompasianer telah menghadapi tantangan atau bahkan kritik terhadap tulisan yang kita tayangkan di Kompasiana. Akan tetapi, percayalah bahwa ini adalah bagi proses kematangan diri dan kita telah bersama-sama melalui proses ini.Â
Kompasianer belajar bahwa menulis di Kompasiana bukan hanya sekedar tumpahan kata dan rasa, melainkan menjadi sebuah sarana untuk memberikan dampak positif pada kehidupan ini.
Tatkala kita mengedepankan esensi, maka Kompasianer akan mendedikasikan kemampuan diri memikul tanggung jawab moral untuk menyajikan konten dalam ruang opini bermakna.
Itulah sebuah esensi menulis yang dapat membuka wawasan dan menghadirkan cerita-cerita yang dapat merubah pandangan hidup para pembaca dan banyak orang, ke arah yang lebih baik dan benar.Â
Aamiin...
Melukiskan cerita inspirasi perubahanÂ
Pengalaman menulis di Kompasiana adalah sebuah perjalanan yang memancarkan semangat, tekad, dan dedikasi dalam mengejar keseimbangan antara produktivitas dan kualitas.Â
Perlu kita sadari sepenuhnya bahwa hidup adalah tentang pilihan, life is a choice. Dan menulis di Kompasiana adalah pilihan yang harus diambil dengan penuh keyakinan, bahkan ambisi positif.Â