pendidikan di Indonesia semakin sering disorot oleh adanya kejadian-kejadian yang mengejutkan, atau bahkan "memalukan".Â
DuniaSalah satu contohnya adalah seorang guru honorer di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang dilaporkan oleh orangtua muridnya sendiri. [Kompas.com]
Ini mencerminkan potret dari ketidakmengertian dalam pendidikan yang kian meresahkan kita. Pendidikan seharusnya menjadi sinar pencerahan bagi semua kalangan, bukan sumber kontroversi dan kekeliruan.
Mengapa fenomena seperti ini semakin sering terjadi?Â
Pendidikan bukanlah urusan satu pihak, melainkan tanggung jawab bersama. Orangtua, pendidik, pemerintah, dan masyarakat perlu bekerja bersama-sama untuk membangun sistem pendidikan yang lebih baik.Â
Ketika orangtua berhadapan dengan guru, seharusnya itu adalah kesempatan untuk berdiskusi dan mencari solusi bersama demi perkembangan anak-anak mereka.Â
Alih-alih melaporkan guru ke polisi, lebih bijak rasanya bila orangtua ikut memahami seperti apa inti permasalahan, dan mendukung upaya guru dalam mendidik anak.Â
Kita harus lebih mendalam membahas bagaimana melakukan transformasi sistem pendidikan di Indonesia.Â
Pemerintah harus memprioritaskan alokasi anggaran untuk pendidikan, memastikan keberadaan guru yang berkualitas, dan meningkatkan fasilitas pendidikan.Â
Di sisi lain, orangtua perlu dilibatkan dalam proses pendidikan anak-anak mereka, mendukung mereka dalam belajar di rumah, serta berkomunikasi dengan guru secara terbuka.Â
Sebaliknya, para pendidik juga perlu memperkuat kualitas pengajaran dan mendengarkan masukan dari orangtua.
Demi apa orangtua mengkriminalisasi guru?
Pendidikan seharusnya menjadi sebuah aliansi yang kuat dan kerjasama antara guru, sekolah, dan orangtua, untuk membentuk generasi masa depan yang unggul.Â