Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kasus Luluk Nuril dan Peran Sekolah Menangani Dampak Cyberbullying pada Siswa

7 September 2023   17:55 Diperbarui: 8 September 2023   16:31 2627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut informasi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), siswi yang menjadi korban awalnya merasa sangat malu kepada teman-temannya setelah kasus viral tersebut. Bahkan, ia sempat berpikir untuk berhenti mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) karena merasa terhina dan terintimidasi. [sumber]

Pihak sekolah juga memberikan gambaran yang jelas tentang dampak nyata dari kekerasan verbal tersebut. Meskipun siswi tersebut kembali menjalani PKL, ia telah kehilangan rasa percaya diri yang dulu dimilikinya. 

Korban lebih memilih ditempatkan di bagian belakang yang tidak berhadapan langsung dengan konsumen. Ini adalah bukti nyata bahwa korban telah mengalami penurunan kepercayaan diri dan kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain secara normal.

Kasus ini juga mengingatkan kita pada fakta bahwa cyberbullying dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius. Korbannya bisa mengalami depresi, mudah marah, gelisah, bahkan mencoba menyakiti diri sendiri, atau dalam kasus yang paling tragis, merasa lebih pantas untuk mengakhiri nyawanya sendiri. 

Dampaknya juga bisa terlihat dalam kehidupan sekolah, dengan penurunan prestasi akademik, malas ke sekolah atau memilih absen, terlibat konflik emosional di sekolah, kesulitan beradaptasi atau berinteraksi, dan sebagainya.

Artinya bahwa kita harus memahami bahwa kekerasan verbal dan cyberbullying, tidak bisa diabaikan sebagai "fenomena biasa" di dunia maya. 

Dalam dunia pendidikan, tidak ada alasan yang bisa membenarkan perilaku semacam ini. Kita semua harus terus memperjuangkan lingkungan pendidikan yang aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan, serta memberikan dukungan emosional yang diperlukan bagi para korban untuk pulih kembali melanjutkan kehidupannya.

Sebuah konten bisa sangat berdampak pada komunitas online. Bagaimana bertanggung jawab dengan platform digital di era disrupsi.(Pexels/Magnus Mueller)
Sebuah konten bisa sangat berdampak pada komunitas online. Bagaimana bertanggung jawab dengan platform digital di era disrupsi.(Pexels/Magnus Mueller)

Sadar etika dan tanggung jawab digital

Kisah ini mencerminkan dampak buruk dari perilaku cyberbullying yang bisa merusak kehidupan seseorang dalam sekejap, meskipun kejadian awalnya hanya merupakan kesalahpahaman biasa. 

Ini juga mengingatkan kita bahwa tidak ada alasan untuk mengabaikan moralitas, budaya, etika dan kesopanan yang diakui oleh masyarakat, terlepas dari apapun situasinya. 

Bagaimanapun juga, kita harus mengambil pelajaran berharga dari kasus ini untuk memastikan bahwa dunia maya tetap menjadi tempat yang aman dan inklusif bagi semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun