Setiap semester, mahasiswa dapat diarahkan untuk menyelesaikan tugas membaca dan meresensi sejumlah buku. Langkah ini akan membantu melatih kemampuan analisis, lalu mengekspresikan pemahaman mereka dalam bentuk tulisan atau bahkan video interaktif.
Ketiga, mendorong mahasiswa untuk aktif menulis juga menjadi bagian krusial dalam menjaga budaya literasi.Â
Sudah banyak universitas yang menggunakan platform seperti Kompasiana sebagai sarana untuk menerbitkan artikel atau konten literasi.Â
Tinggal lebih dimaksimalkan lagi, kampus bisa mendorong mahasiswa untuk merangkai gagasan-gagasan mereka dalam bentuk tulisan, blog, atau reportase dalam bentuk video pendek, dan membagikannya dengan publik melalui platform-platform digital yang ada.
**
Perubahan dalam dunia pendidikan tidak selalu merugikan literasi mahasiswa. Dengan panduan yang tepat, kebijakan baru ini dapat menjadi peluang untuk mengembangkan budaya literasi yang lebih beragam dan relevan dengan era digital.Â
Pembuatan makalah dalam bentuk video, tugas laporan dari buku-buku yang dipilih, dan dorongan untuk menulis/blogging, bisa menjadi opsi dalam membentuk kultur literasi bagi generasi mahasiswa, tetapi juga mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman yang terus berkembang.Â
Dalam perjalanan dan seperti apa proses eksekusinya nanti, Perguruan Tinggi memiliki peran krusial dalam menjaga api literasi terus menyala dalam setiap benak mahasiswa. Sambil tetap menemukan formula yang tepat untuk meningkatkan kualitas lulusan.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==