Guru sebagai pilar dalam pembentukan karakter dan pengetahuan siswa seharusnya mendapatkan tempat yang layak dalam hati setiap murid dan kalangan stakeholder.Â
Kita perlu menyadari bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya guru semata. Semua pihak, termasuk pemerintah, orang tua, dan masyarakat, harus bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai proses belajar-mengajar.Â
Kita tidak boleh mengabaikan persoalan yang muncul, melainkan menghadapinya dengan kepala dingin dan memperbaiki apa yang perlu diperbaiki.
Dalam era teknologi dan media sosial yang mempercepat penyebaran informasi, setiap aksi dan respons kita dapat menjadi bagian dari gunjingan publik.Â
Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan digital yang beradab dan penuh empati, agar video viral yang mengandung pesan negatif dapat diimbangi oleh informasi yang membangun dan inspiratif.
Pengalaman ini dapat menjadi cambuk bagi kita untuk mengintrospeksi diri tentang bagaimana murid memperlakukan gurunya. dan bagaimana guru merespons tindakan muridnya.Â
Dengan berkomunikasi, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih harmonis dan memberdayakan, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang baik, berakhlak, tidak hanya sekedar berpengetahuan luas.
Kemerdekaan belajar dan pendidikan, menyalurkan energi melalui pembelajaran berdiferensiasi
Kurikulum Merdeka telah membawa angin segar dalam dunia pendidikan dengan memperkenalkan konsep pembelajaran berdiferensiasi.Â
Bagi guru, tugasnya tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga mengupayakan pendekatan yang dapat menjangkau semua siswa dengan gaya belajar yang berbeda.Â
Pembelajaran berdiferensiasi menekankan pada pendekatan yang mencakup aspek proses, produk, konten, dan lingkungan, sehingga memungkinkan siswa untuk meraih potensi terbaik mereka dan mengalirkan energi berlebih ke dalam banyak kegiatan positif.