Namun, di tengah euforia perayaan tersebut, seringkali ditemukan praktek-praktek yang bertentangan dengan ajaran Islam yang sejatinya mengedepankan rahmatan lil'alamin (rahmat bagi seluruh alam).Â
Fenomena ini menjadi perhatian penting, karena sebagai umat Muslim, kita seharusnya mampu menyelaraskan perayaan dengan prinsip-prinsip agama yang mulia.
Salah satu permasalahan yang muncul adalah kelalaian dalam menunaikan shalat Isya. Sebagian peserta pawai obor terkadang terjebak dalam persiapan yang begitu padat sehingga mereka melupakan waktu pelaksanaan shalat Isya.Â
Padahal, shalat adalah kewajiban utama dalam Islam dan menjadi bentuk penghambaan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Seharusnya, kita mengutamakan ketaatan kepada-Nya di atas segala hal lainnya.Â
Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran kolektif di antara peserta pawai untuk tidak mengesampingkan shalat dan tetap menjaga ketaatan terhadap perintah Allah.
Selain itu, keberlangsungan pawai obor sering kali menyebabkan kendala sosial, seperti kemacetan lalu lintas dan ketidaktertiban arak-arakan. Hal ini dapat menyulitkan mobilitas masyarakat lain yang tidak ikut serta dalam pawai tersebut.Â
Umpatan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan bisa saja menjadi dampak negatif yang merugikan citra dan toleransi umat Islam.Â
Oleh karena itu, penting bagi para peserta pawai untuk menjaga kedisiplinan dan mengkoordinasikan arak-arakan dengan baik agar tidak mengganggu kenyamanan dan keamanan lalu lintas serta harmoni dengan lingkungan sekitar.
Masih ada satu aspek penting lainnya yang perlu diperhatikan, yaitu dampak lingkungan dari acara pawai obor.Â
Atribut-atribut dan pernak-pernik pawai yang berakhir terbuang begitu saja di sembarang tempat bisa menyebabkan kerusakan lingkungan dan mencoreng keindahan pemandangan.Â
Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mewajibkan kita sebagai khalifah di bumi untuk menjaga dan merawat alam semesta dengan sebaik-baiknya.Â