Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Langkah yang Mendidik untuk Menjaga Eksistensi Toko Buku di Kehidupan Modern

26 Mei 2023   11:21 Diperbarui: 26 Mei 2023   17:35 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendidik anak mencinta buku untuk merawat kehidupan toko buku. (foto Akbar Pitopang)

Penutupan toko buku mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh industri penerbitan dan penjualan buku fisik secara umum. Untuk survive di era digital ini, toko buku dan penerbit harus beradaptasi dengan mengembangkan strategi baru. 

Beberapa toko buku telah meluncurkan platform e-commerce mereka sendiri untuk menjual buku secara online. sementara yang lain mengadopsi model bisnis kombinasi antara fisik dan online dengan memanfaatkan platform marketplace maupun media sosial, sebagaimana yang dilakukan oleh toko buku yang disana saya juga bergabung sebagai reseller.

Di sisi lain, sebagai individu dalam masyarakat, kita juga memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan dan mempromosikan minat membaca secara offline. Kita dapat mengunjungi toko buku yang masih bertahan, bergabung dengan komunitas pecinta buku atau penggiat literasi, dan mesti ikut berpartisipasi bila ada kegiatan literasi di sekitar kita. 

Mempertahankan minat baca adalah sebuah tantangan di kehidupan saat ini. (foto Akbar Pitopang)
Mempertahankan minat baca adalah sebuah tantangan di kehidupan saat ini. (foto Akbar Pitopang)

Usah meratapi realita rendahnya minat baca buku 

Dalam era informasi yang begitu cepat dan canggih seperti saat ini, kita seringkali terperangkap dalam kenyamanan dan efisiensi yang ditawarkan teknologi. Akan tetapi dibalik kemajuan tersebut, kita tidak boleh mengabaikan dampaknya pada minat membaca dan kehadiran buku dalam kehidupan sehari-hari. 

Sayangnya, kita tidak bisa menutup mata terhadap realitas yang menunjukkan adanya penurunan antusiasme masyarakat dalam membeli dan membaca buku.

Seturut dengan itu, gaya hidup juga berkontribusi pada menurunnya minat membaca. Tuntutan pekerjaan, aktivitas sosial, dan hiburan digital yang gampang sekali diakses dari smartphone yang selalu ada dan tak terpisahkan, telah menggadaikan waktu yang sebelumnya bisa kita gunakan untuk menikmati buku. 

Kondisi ekonomi juga berperan dalam menurunnya minat membaca buku. Biaya hidup yang semakin tinggi dan harga buku yang kadang-kadang tidak terjangkau bagi sebagian orang dapat menjadi hambatan dalam mengembangkan kebiasaan membaca. 

Hal ini membuat orang lebih memilih untuk mengakses informasi secara instan dan gratis daripada mengeluarkan uang untuk membeli buku.

Dampak dari menurunnya minat membaca ini sangat luas. Keterampilan literasi dan kemampuan berpikir kritis bisa terhambat mengingat buku merupakan sumber pengetahuan dan wawasan yang tak ternilai. 

Membaca buku adalah jendela ke dunia yang tak ternilai harganya. Kita tidak boleh membiarkan kekayaan literasi dalam buku-buku yang menginspirasi itu tenggelam dalam banjir informasi digital. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun