Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Refleksi May Day dan Hardiknas, Ekspansi AI dan Masa Depan SDM Indonesia

3 Mei 2023   01:19 Diperbarui: 23 Mei 2023   22:50 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja kemarin, 2 Mei, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Sementara di hari Senin, 1 Mei, kita memperingati May Day atau Hari Buruh Internasional. 

Meskipun kedua hari penting tersebut tampak berbeda, namun memiliki korelasi dan relevansi yang signifikan antara dunia kerja dan lulusan terdidik.

Hardiknas menjadi momentum untuk mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. 

Pendidikan adalah faktor kunci untuk menciptakan manusia yang kompeten dan terampil yang siap bila diterjunkan ke dunia kerja misalnya. Lulusan yang terdidik dengan baik tentu dapat menjadi modal penting dalam meningkatkan daya saing perusahaan dan atau negara di pasar global. 

Dengan kata lain, Hardiknas merupakan hari yang mengingatkan kita bahwa pendidikan yang baik dan berkualitas akan membawa manfaat jangka panjang bagi pembangunan bangsa yang berguna untuk memperjuangkan kepentingan atau bahkan kedaulatan negara.

Sedangkan peringatan Hari Buruh juga memberikan gambaran tentang pentingnya perlindungan tenaga kerja sebagai manusia yang hidup dengan hak-hak. May Day merupakan momen penting bagi kita untuk menghormati dan mengakui kontribusi para pekerja dalam membangun ekonomi dan keberlangsungan kehidupan masyarakat. 

Korelasi antara Hardiknas dan May Day terletak pada keterkaitan antara pendidikan dan pekerjaan. Dalam era persaingan global yang semakin ketat, lulusan terdidik dengan baik tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai tetapi juga kemampuan untuk mengembangkan keterampilan dan beradaptasi dengan perubahan dunia kerja yang cepat. 

Dengan melindungi hak-hak pekerja dan menjamin pendidikan yang baik, kita dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi, kemakmuran masyarakat dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. 

Lantas, Hardiknas dan May Day bisa dilihat sebagai sesuatu yang saling melengkapi dalam mencapai tujuan yang sama yakni menciptakan masyarakat yang terampil, kompeten, dan sejahtera.

= Hari Buruh dan pembicaraan tentang kesejahteraan

Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day mengingatkan kita tentang isu-isu yang berkaitan dengan hak-hak pekerja dan kondisi dunia kerja di seluruh dunia. 

Beberapa isu utama yang sering dibahas dalam peringatan May Day diantaranya adalah mengenai upah yang layak, jam kerja yang adil, kesehatan mental pekerja dan keselamatan kerja, isu pekerja migran.

Dan isu-isu lainnya tentang hak asasi manusia yang harus dihormati dalam tempat kerja, termasuk perlindungan dari diskriminasi, pelecehan, dan eksploitasi. 

Seturut dengan itu, peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day menjadi momen penting untuk menguatkan solidaritas antar pekerja serta meningkatkan kesadaran atas pengawasan kondisi kerja yang ada.

Kewirausahaan yang perlu diajarkan kepada siswa untuk menghadapi dunia kerja dan masa depan. (Foto Akbar Pitopang)
Kewirausahaan yang perlu diajarkan kepada siswa untuk menghadapi dunia kerja dan masa depan. (Foto Akbar Pitopang)

= Tantangan pendidikan menciptakan kualitas manusia bedaya saing

Di tengah persaingan global yang semakin ketat, pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk mempersiapkan generasi yang unggul dalam menghadapi tantangan masa depan. 

Tidak pun menjadi seorang pekerja, karena mungkin bisa saja membuka usaha atau lapangan pekerjaan, namun tetap saja pendidikan dituntut dapat menghadirkan manusia Indonesia yang cakap dan dapat diandalkan.

Untuk itu, sebagai upaya menciptakan generasi yang unggul dan berdaya saing maka pemerintah Indonesia mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, Platform Merdeka Mengajar dan konsep Merdeka Belajar.

Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan pada sekolah dan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang esensial, sesuai dengan kebutuhan daerah, potensi dan profil siswa, serta mempertimbangkan tantangan global. 

Dengan Kurikulum Merdeka dan semarak Merdeka Belajar, diharapkan para siswa tidak hanya terampil dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta mampu beradaptasi dengan cepat dalam menghadapi masalah. 

Pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam mempersiapkan generasi yang siap menghadapi persaingan di dunia kerja. Untuk itu, kurikulum pendidikan harus dirancang sedemikian rupa agar lulusan dapat memiliki keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini dan nanti.

Dalam era digital saat ini, ada beberapa keterampilan dasar yang perlu dipersiapkan terhadap kapasitas SDM generasi Indonesia. 

  • Kemampuan penerapan teknologi: mencakup penggunaan komputer, internet, media sosial, pengetahuan tentang teknologi terbaru dan perkembangan dalam bidang TIK.

  • Dapat berpikir kritis dan kreatif: peserta didik dapat terlibat dan proaktif melalui metode pembelajaran yang berorientasi pada masalah (problem based learning) dan proyek/P5.

  • Bisa berkomunikasi dan mampu berkolaborasi; dengan melatih siswa berkomunikasi secara efektif secara lisan maupun tulisan. Serta membiasakan mereka bekerjasama dan berkolaborasi dengan orang lain atau tim.

  • Time management: siswa dilatih untuk menyelesaikan tugas dengan perencanaan, proses, dan evaluasi, dalam tenggat waktu yang ditentukan. Supaya kedepannya mereka terbiasa untuk selalu produktif.

  • Pendidikan karakter dan etika kerja: tentang nilai-nilai seperti integritas, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, dan inisiatif sebagai SDM yang profesional.

Tantangan intervensi AI dalam dunia kerja di masa depan nantinya. (SHUTTERSTOCK via Kompas.com)
Tantangan intervensi AI dalam dunia kerja di masa depan nantinya. (SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

= Kemajuan Artificial Intelligence, akankah menjadi ancaman?

May Day saat ini seringkali kali antiklimaks karena meskipun menjadi momentum bagi para pekerja untuk menyuarakan tuntutan, namun pada beberapa tahun terakhir, peringatan ini seringkali dirayakan dengan aksi demo dan unjuk rasa yang cenderung mengalihkan perhatian dari isu utama yang seharusnya diangkat.

Bahkan, kini dunia kerja semakin diwarnai oleh kehadiran teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan otomasi yang berdampak pada peran pekerja manusia yang semakin tergantikan. 

Berbagai jenis pekerjaan mulai beralih ke mesin AI yang memungkinkan pekerjaan-pekerjaan tertentu dapat dilakukan tanpa campur tangan manusia. Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa mesin dan AI akan mengambil alih pekerjaan manusia, sehingga memperburuk kondisi sosial-ekonomi dan merugikan pekerja.

Artificial Intelligence (AI) telah menjadi topik yang sering dibicarakan belakangan ini. Banyak yang berpendapat bahwa AI akan semakin mengambil alih banyak pekerjaan manusia di masa depan. 

Meskipun begitu, ada hal-hal tertentu yang hanya bisa dikuasai oleh manusia. Seperti misalnya kemampuan kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan yang sangat penting dalam dunia kerja, mampu memimpin tim dengan baik dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit. 

Kemampuan manajerial juga sangat penting dalam dunia kerja yang melibatkan banyak aspek, seperti merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengontrol. 

Meskipun AI dapat membantu dalam mengumpulkan dan menganalisis data, namun keputusan akhir tetap berada dibawah kendali manusia dengan mempertimbangkan faktor emosi dan etika.

Nah, pada dasarnya kemampuan-kemampuan humanisme tersebut tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh AI. Itulah peluang yang yang harus mampu diraih oleh manusia di masa-masa yang terintervensi oleh AI.

Peran dunia pendidikan dapat berfokus pada pengembangan kemampuan-kemampuan tersebut agar lulusan memiliki keunggulan yang dibutuhkan di dunia kerja yang semakin kompetitif. 

Dengan demikian, SDM Indonesia akan memiliki peluang yang lebih baik untuk meraih kesuksesan dan memajukan karir mereka untuk masa depan yang gemilang.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==
[Program Merdeka Belajar Favorit seri 15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun