Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Humor Ramadan: Bocah Polos dan Sepucuk Surat

12 April 2023   13:39 Diperbarui: 12 April 2023   13:41 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya masih kecil, Ramadan selalu menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu. Ada sebuah masa ketika itu dimana setiap hari saya selalu berbuka puasa di rumah paman\ bersama bibi dan sepupu. 

Suasana di sana selalu begitu bersahaja dan penuh kehangatan. Namun, pada suatu hari, saya tidak bisa menghadiri buka puasa bersama mereka karena harus mengikuti acara di sekolah.

Saya merasa sedih karena tidak bisa merasakan kebersamaan dan kelezatan hidangan buka puasa yang disajikan bibi. 

Namun, saya tidak ingin membuat keluarga paman saya khawatir, jadi saya memutuskan untuk menulis sebuah surat dan meminta tolong tetangga untuk menyampaikannya kepada mereka.

Saat itu, saya tidak menyadari bahwa lokasi rumah kami hanya berjarak 9 rumah atau hanya sekitar 500 meter saja kalau saya tidak salah. 

Saya pikir surat tersebut akan sampai dengan cepat ke tangan keluarga paman saya. Tapi ternyata, tidak semudah itu.

Beberapa hari kemudian, ketika saya berbuka puasa bersama keluarga paman saya, saya dibuat terkejut dengan reaksi mereka. 

Mereka semua tertawa terbahak-bahak sambil menunjukkan sebuah surat yang terlipat-lipat dan tercoreng, yang ternyata adalah surat yang saya kirimkan.

"Surat yang datang udah kena air hujan, tintanya jadi melebar, dan terlempar ke semak-semak," bibi menjelaskan sambil masih tertawa. 

"Bibi dan paman berpikir kamu berangkat benar-benar dalam keadaan terburu-buru hingga tak bisa berpamitan secara langsung dirumah ini".

"Padahal jarak antara rumahmu dan rumah paman hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari sini loh."

Saya merasa sangat malu dan merah padam. Tetapi di saat yang sama, kami semua tidak bisa menahan tawa ketika mengingat kejadian tersebut. 

Selama sisa bulan Ramadan, kami terus membicarakan kembali kisah itu dan tertawa bersama.

Mungkin bagi orang lain, kejadian itu terdengar sepele. Tapi bagi kami, itu adalah momen yang sangat menghibur dan menggelikan. 

Bagaimana mungkin seorang anak kecil yang rumahnya hanya berjarak 500 meter saja dari rumah paman, harus mengirimkan surat untuk memberitahu bahwa ia tidak bisa hadir berbuka puasa?

Tapi itu adalah salah satu contoh betapa pentingnya Ramadhan bagi keluarga kami. Selama Ramadan, kami semua berkumpul bersama-sama dan menikmati hidangan lezat yang disajikan bibi. 

Kami juga selalu menjaga tradisi Ramadhan dengan berpuasa dan beribadah.

Momen-momen seperti itu adalah kenangan yang selalu kami ingat dengan penuh canda dan tawa. Meskipun mungkin terdengar sederhana, namun momen itu telah membentuk kenangan indah yang kami selalu ingat setiap kali Ramadhan tiba.

Selain berbuka puasa bersama, kami juga selalu mengikuti acara-acara Ramadhan seperti Tarawih dan tadarus. Meskipun terkadang kami merasa lelah, namun itu semua terbayar dengan kehangatan dan kebersamaan yang terasa di antara kami.

Momen itu menjadi pengingat bagi kami untuk tidak selalu mengandalkan orang lain dan memastikan semua hal terkait komunikasi dan koordinasi dilakukan dengan tepat. 

Namun, selain itu, momen itu juga mengajarkan kami untuk bisa tertawa dan menghibur diri sendiri di saat situasi sulit.

Meskipun Ramadhan saat ini tidak lagi dirayakan dengan kebersamaan seperti dulu karena berbagai alasan kekinian, namun saya selalu merindukan momen-momen indah tersebut dan berharap bisa merayakannya kembali bersama keluarga dan orang-orang tercinta. 

Ramadan bukan hanya tentang berpuasa, namun juga tentang kehangatan, kebersamaan, dan rasa syukur yang selalu mengalir di dalam hati.

Semoga terhibur ya! Based on true story soalnya. He he.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.
Akbar Pitopang | 21 Ramadhan 1444 H.
[SAMBER 2023 Hari ke-12: Fiksi Humor Ramadan]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun