Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bisakah Pantun (Gombal) Menjadi Sarana Edukasi Penangkal Isu Resesi Seks?

15 Februari 2023   14:30 Diperbarui: 24 Februari 2023   12:26 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Topik Pilihan di Kompasiana kali ini yang merangsang minat Kompasinaer untuk menciptakan sebuah pantun gombal sangat menarik dan menimbulkan berbagai persepsi dan pemahaman tentang apa itu pantun (gombal).

Apakah pantun adalah media untuk menggombal?

Dikarenakan selama ini yang sudah saya pelajari sejak masih duduk di bangku sekolah, pantun adalah salah satu jenis sastra.

Ya, pantun merupakan salah satu bentuk karya sasta (dari lisan, berubah menjadi tulisan) puisi lama yang memiliki keindahan tersendiri dari segi bahasa yang terdiri dari empat baris yang bersajak a-b-a-b. Pada baris pertama dan kedua disebut sampiran, lalu baris ketiga dan keempat disebut dengan isi.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dapat ditelusuri secara online, pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b).

Melansir Kompas.com, Pantun berasal dari bahasa Minangkabau yaitu “patuntun”, yang berarti penuntun. Awalnya, pantun adalah salah satu bentuk sastra lisan yang menjadi tradisi di kalangan masyarakat Minangkabau-Melayu. Namun, saat ini sudah sering dijumpai pantun dalam bentuk tertulis bahkan dirangkum menjadi buku kumpulan pantun.

Hingga akhirnya pantun menjelma menjadi salah satu budaya lisan yang berkembang di berbagai pelosok negeri ini dan dituturkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Dalam masyarakat Minangkabau maupun pada masyarakat melayu, pantun sudah menjadi salah satu akar budaya yang terus dilestarikan hingga kini. Pantun ditampilkan dalam berbagai acara atau kegiatan di masyarakat seperti misalnya pada saat ada perwakilan keluarga untuk kegiatan lamaran hingga pada saat acara pernikahan. Di mana kegiatan berbalas pantun ini dilakukan oleh niniak mamak atau penghulu adat dari kedua belah pihak suku yang berbeda tersebut.

Tradisi pantun disebut masih tetap eksis sampai saat ini baik dituturkan pada kegiatan formil semacam itu maupun pada kegiatan lainnya yang bersifat entertainment atau hiburan.

Jenis pantun yang diciptakan sejak dahulu berupa pantun nasehat, pantun agama, pantun teka-teki, pantun jenaka, pantun kiasan, pantun peribahasa, dan pantun cinta.

Di sekolah atau satuan pendidikan yang ada --- khususnya di Minangkabau dan wilayah Melayu --- tradisi pantun masih tetap diajarkan kepada para peserta didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun