Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bisakah Pantun (Gombal) Menjadi Sarana Edukasi Penangkal Isu Resesi Seks?

15 Februari 2023   14:30 Diperbarui: 24 Februari 2023   12:26 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi pantun gombal berisi tentang pesan cinta. (Sumber: Pexels)
Ilustrasi pantun gombal berisi tentang pesan cinta. (Sumber: Pexels)

Mampukah pantun gombal sebagai jurus untuk menepis resesi seks?

Lambat laun budaya pantun yang berkembang dan dikenalkan pada masa sekarang ini menjelma dalam wujud pantun gombal yang lebih banyak dikenal atau lebih populer di kalangan masyarakat saat ini.

Terlebih media massa seperti televisi mengadakan program acara yang menayangkan penampilan pantun gombal yang dibawakan oleh selebriti atau public figure.

Kemudian kebiasaan menyampaikan pantun gombal menjadi lebih sering dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat terutama bagi generasi muda sebagai bentuk pencarian perhatian kepada pasangannya.

Pantun gombal ini dalam kalimat baku bisa dikatakan sebagai pantun cinta. Pantun cinta adalah jenis pantun yang memuat pesan tentang cinta, romantisme, atau perasaan rindu. Hingga kini masih banyak orang yang menggunakan pantun cinta untuk mengungkapkan perasaannya.

Lalu, belakangan ini beredar isu resesi seks di Indonesia yang krusial dan menjadi perhatian kita bersama.

Bagi pasangan yang telah menikah tentu saja perspektif dan sudut pandang tentang resesi seks yang melanda hubungan akan berpengaruh buruk terhadap geliat dan hasrat untuk melakukan hubungan suami istri yang pada akhirnya dapat pula berpengaruh kepada keharmonisan dan kebahagiaan pada pasangan tersebut.

Sebenarnya hal tersebut dapat dialami oleh sepasang suami istri karena berbagai faktor dan alasan yang membuat hubungan terasa renggang sehingga membuat hasrat berhubungan suami istri menjadi menurun.

Resesi seks yang dialami pasangan suami istri bisa saja diakibatkan oleh konsekuensi dari budaya hook up, tekanan ekonomi, tingkat kecemasan yang tinggi, kelemahan psikologis, penggunaan antidepresan, televisi streaming, smartphone, adanya informasi yang berlebihan, faktor lingkungan, bahkan karena adanya pertimbangan untuk memprioritaskan sekolah atau pekerjaan/ karir daripada cinta dan seks — setidaknya untuk sementara waktu. [sumber] 

Meskipun begitu, salah satu faktor mendasar yang menjadi penyebab terjadinya resesi seks pada pasangan suami istri ini adalah karena gaya komunikasi kepada pasangan yang kurang mesra.

Oleh sebab itu, setiap pasangan perlu membenahi cara atau gaya berkomunikasi dengan pasangannya untuk mewujudkan hubungan yang semakin erat, harmonis, dan diliputi rasa kebahagiaan yang hakiki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun