Ungkapan kata bermasalah yang saya maksud akan menitik beratkan pada aspek pendidikan karakter. Sedangkan konotasi bermasalah yang saya akan tekankan disini bukanlah bermakna buruk dari sisi teoritis melainkan dari sisi praktis.
Kembali lagi pada bahasan kali ini yakni menemukan kasus murid bermasalah pasti akan ditemukan di berbagai satuan pendidikan.Â
Bahkan di sekolah tempat saya bertugas pun juga tidak luput dari adanya murid yang bermasalah.
Fenomena semacam itu harus dapat dimaklumi oleh pihak sekolah khususnya bagi pendidik untuk bisa menyikapi dengan penuh kebijaksanaan terhadap murid yang bermasalah.
Sekolah bukan hanya untuk murid yang pintar dan "bisa diatur"
Tentu sekolah bukan hanya untuk membina murid-murid yang dianggap pintar sehingga bisa diatur.
Bila semua orang terlahir sudah pintar dan berkarakter baik tentu keberadaan sekolah tidak lagi dibutuhkan. Karena proses belajar saat ini bisa dilakukan dimana saja, kapan saja bahkan tanpa harus bertatap muka yakni secara daring atau virtual.
Sekolah adalah tempat pembinaan, pemberian bimbingan, pendorong untuk berubah dan mendidik menjadi lebih baik.
Maka untuk itulah pada dasarnya sekolah menjadi tempat yang sangat tepat untuk menunaikan fungsi mendidik, membina dan membimbing murid-murid bermasalah untuk bertransformasi menjadi anak yang baik dan berakhlak.
Sekolah untuk mencetak kepribadian generasi-generasi bangsa yang dicita-citakan sesuai dengan konsep kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara atau memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Setiap murid akan melewati fase pencarian jati diri dan penemuan kepribadian
Sekolah bisa saja menjadi tempat bagi seluruh murid mengenal berbagai model karakter dari sesama teman sejawat.
Dari sekian banyak murid yang ada dalam satu kelas maupun secara luas dalam satu sekolah akan memiliki beragam jenis karakter bawaan dari lingkungan keluarga atau pendidikan informal.