Dituntut kepada para guru perlu untuk terus belajar baik secara mandiri maupun kolaboratif untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.
Kemendikbud amat menekankan kepada para guru agar dapat mengikuti pelatihan mandiri yang ada pada Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Setelah mengikuti pelatihan mandiri yang terdapat di aplikasi PMM maka diharapkan guru membuat karya aksi nyata karena telah berupaya belajar memahami Kurikulum Merdeka.
Jika pada Semester Ganjil yang lalu kebanyakan guru mungkin masih menyepelekan keberadaan Platform Merdeka Mengajar ini, maka di Semester Genap ini guru dapat kembali belajar dan meningkatkan pemahamannya tentang Kurikulum Merdeka dengan menyelesaikan pelatihan-pelatihan mandiri yang ada Platform Merdeka Mengajar.
2. Pentingnya Kontribusi Dukungan dari Orang Tua dan Stakeholder
Implementasi Kurikulum Merdeka juga tidak dapat terwujud dengan maksimal tanpa adanya dukungan dari orang tua dan stakeholder (lapisan masyarakat/pemangku kepentingan).
Jelas saja kalau diluar sana masih banyak orang tua yang belum memahami secara detail terkait penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah anaknya.
Mengapa ada sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka untuk seluruh kelas atau fase sedangkan sekolah lain Kurikulum Merdeka hanya diterapkan untuk Kelas 1 dan Kelas 4 saja?
Hal tersebut dikarenakan adanya tiga pilihan yang ditawarkan oleh Kemendikbud untuk setiap satuan pendidikan yakni Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi.
Bagi sekolah yang baru menerapkan Kurikulum Merdeka di Kelas 1 dan Kelas 4, artinya sekolah memilih Implementasi Kurikulum Merdeka jalur Mandiri Berubah.
Selanjutnya, Implementasi Kurikulum Merdeka di tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah berbeda dengan yang diterapkan di kampus atau Perguruan Tinggi.
Di sekolah ada pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pancasila yang bisa berupa pameran P5 yang melibatkan kontribusi dari orang tua atau wali murid.