Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Senior Pensiun Dini karena Gaptek, Ini 7 Cara Mengatasinya

7 Januari 2023   19:53 Diperbarui: 7 Januari 2023   22:13 2057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program Guru Penggerak. (Tangkapan layar Instagram Itjen Kemendikbud)

Liburan sekolah beberapa waktu yang lalu masih menyisakan banyak hal penting yang perlu kita cermati bersama.

Langsung saja to the point, bahwa sesuai judul tulisan ini diketahui adanya guru-guru senior yang sudah lanjut usia yang akhirnya memutuskan untuk pensiun dini dikarenakan tidak mampu bersaing atau beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang telah banyak diadaptasi ke dunia pendidikan saat ini.

Apa pasal?

Sebagaimana yang kita ketahui bersama saat ini memang dunia pendidikan di indonesia telah mengarah kepada digitalisasi pendidikan.

Banyak hal penting di berbagai sektor dan aspek dalam dunia pendidikan yang dilakukan secara digital, online, daring, dan seterusnya.

Mulai dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi, kini telah dilakukan yang namanya digitalisasi pendidikan.

Sehingga para guru secara sengaja dan dengan penuh kesadaran dan kemauan yang tinggi untuk beradaptasi dengan teknologi demi meningkatkan kompetensi dan daya saingnya.

Mau tidak mau, suka atau tidak suka, guru atau tenaga kependidikan harus selalu update dengan perkembangan teknologi yang diterapkan di dunia pendidikan seraya meng-upgrade kemampuan dan kapasitas diri di dalamnya.

Semua guru yang masih bertugas di berbagai jenjang pendidikan di Indonesia memang telah menyadari adanya proses digitalisasi dalam dunia pendidikan di tanah air yang terus berlanjut hingga kini.

Sebagian besar sudah melakukan upgrade kompetensi diri yang tetap dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. 

Namun, sebahagiannya lagi mungkin sudah enggan karena faktor usia menjelang masa purna bakti yang tak lama lagi.

Bagi guru-guru muda, upaya meningkatkan kompetensi dan kemampuan pengoperasian perangkat yang terkoneksi dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) jelas mampu digapai dengan mudah begitu saja.

Sedangkan bagi guru-guru senior, untuk dapat memahami kondisi yang ada saat ini agar mampu menggunakan perangkat TIK memang tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan.

Belum lagi pengaruh domisili ikut mempersulit upaya guru senior untuk belajar terkait teknologi ini.

Guru yang berada di daerah-daerah tentu akan menghadapi tantangan yang berat dibanding guru-guru yang bertugas di ruang lingkup wilayah perkotaan.

Karena itulah ditemukan adanya guru senior yang dengan terpaksa namun tetap sadar diri harus mengambil keputusan untuk pensiun dini.

Setelah diteliti lebih dalam ternyata yang mempengaruhi guru senior untuk pensiun dini lantaran kurangnya kerjasama dan dukungan dari guru-guru muda.

Ibaratnya, guru muda merasa ogah-ogahan untuk membantu urusan pekerjaan guru senior yang menyangkut digitalisasi pendidikan atau TIK.

Walau masa bakti guru senior tersebut masih tersisa sekitar 5 tahun lagi, namun tidak ada kata lain selain hal yang memungkinkan untuk dilakukan yakni pensiun dini.

Bagi guru senior yang bertugas di daerah mungkin tidak terlalu pusing memikirkan keputusannya memilih untuk pensiun dini. Lantaran adanya aset lahan produktif yang bisa diolah dan dikelola pasca pensiun dini.

Ada sawah, ladang, kolam ikan, dan lain sebagainya yang bisa dijadikan lahan untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah pasca pensiun dini.

Terkait dengan guru senior yang pensiun dini dan sesuai dengan yang saya maksud tersebut adalah guru senior yang punya aset kebun sawit. Hasil panen sawit tentu jauh lebih besar dan menguntungkan ketimbang penerimaan gaji bulanan yang diterima selama ini.

Jadi, selain memang tidak adanya kesempatan untuk bertahan, faktor ekonomis dari hasil kebun sendiri juga ikut mempengaruhi keputusan untuk pensiun dini.

Terlepas dari fenomena pensiun dini yang dilakukan guru senior. Apa yang bisa kita telaah lebih lanjut?

1. Memaknai kembali arti istilah "long life education"

Untuk dapat membangun segala upaya untuk dapat bertahan dengan segenap daya dan kemampuan diri adalah karena adanya pemahaman yang baik tentang arti dari pendidikan sepanjang hayat (long life education).

Artinya, proses belajar dan mengalami pendidikan berlaku selagi nafas masih dikandung badan.

Sejatinya tidak ada kata berhenti untuk terus belajar, ada banyak hal walau sekecil apapun itu yang bisa dipelajari.

Dengan adanya dorongan dan niat yang kuat sebagai hasil dari pemahaman tentang makna istilah tersebut, dapat diaplikasikan dengan upaya untuk terus belajar demi memantaskan diri guna meningkatkan kompetensi sebagai seorang guru.

Seminar Nasional Inovasi LPTK Ciptakan Guru Unggul, digelar Tanoto Foundation, 4 LPTK dan Kemdikbudristek pada waktu lalu | Dok. Tanoto via kompas.com
Seminar Nasional Inovasi LPTK Ciptakan Guru Unggul, digelar Tanoto Foundation, 4 LPTK dan Kemdikbudristek pada waktu lalu | Dok. Tanoto via kompas.com

2. Aktif mengikuti pelatihan dan workshop di luar jam mengajar

Walaupun jam mengajar guru saat ini sudah sangat padat ditambah dengan berbagai pekerjaan penting lainnya dilakukan di luar jam mengajar, seperti penilaian, perekapan, penginputan dan berbagai hal yang berhubungan dengan kelengkapan administrasi dan perangkat pembelajaran.

Akan tetap, guru juga perlu untuk selalu aktif mengikuti berbagai pelatihan dan workshop di luar jam mengajar untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan guru.

Terutama bagi guru senior agar dapat mengikuti pelatihan tentang pengoperasian TIK.

Sekecil apapun usaha yang dilakukan pasti akan membuahkan manfaat. 

3. Berkolaborasi bersama rekan guru sejawat

Dalam dunia kerja dimanapun itu, pasti upaya untuk berkolaborasi sangatlah penting untuk dilakukan oleh sesama rekan kerja.

Tak terkecuali oleh para guru juga perlu untuk membangun relasi dan menjalin hubungan baik dengan rekan guru sejawat.

Apalagi bagi guru senior sangat perlu untuk bisa berkolaborasi dengan guru-guru muda yang lebih handal dalam pengoperasian TIK di lingkungan sekolah.

Bila perlu, lakukanlah prinsip "take and  give" dalam hubungan kolaborasi ini. yang mana guru senior --- apalagi bagi yang sudah sertifikasi --- untuk dapat memberikan sedikit rezekinya, hitung-hitung untuk saling membantu dan berbagi dengan rekan guru sejawat yang sudah dengan tulus dan ikhlas membantu dan menjadi support system selama ini.

Dunia kerja erat kaitannya dengan persaingan dan kompetisi, namun dengan berkolaborasi, jurang pemisah tersebut akan dapat teratasi dan semua guru dapat sama-sama berkembang maju.

Guru saling berkolaborasi untuk meningkatkan kemampuan bidang TIK dan digitalisasi pendidikan (Dok. Tanoto via kompas.com)
Guru saling berkolaborasi untuk meningkatkan kemampuan bidang TIK dan digitalisasi pendidikan (Dok. Tanoto via kompas.com)

4. Bergabung dan terlibat dalam Kelompok Kerja Guru (KKG)

Walaupun sudah lanjut usia, tidak ada alasannya untuk enggan terlibat dalam kegiatan yang diadakan oleh Kelompok Kerja Guru (KKG) atau MGMP.

KKG merupakan wadah untuk terus meningkatkan kompetensi antar sesama guru. akan banyak hal bermanfaat yang dapat dilakukan dalam KKG.

Saya pun sudah merasakan banyak manfaat dan keuntungan setelah bergabung dengan KKG dan aktif mengikuti pertemuan yang diadakan setiap bulannya.

5. Rajin bertanya dan sharing dengan generasi muda

Disamping itu, guna meningkatkan kemampuan guru senior di bidang TIK ini maka dapat bertanya atau belajar dengan anak sendiri.

Generasi tua tidak usah malu untuk bertanya dan belajar kepada generasi muda. 

Sampaikan saja kekurangan diri kepada anak-anak di rumah bahwa diri ini butuh untuk memacu kemampuan di bidang TIK. 

Maka selayaknya para generasi muda tersebut pasti akan sangat welcome untuk mengajari orang tuanya sendiri agar mampu beradaptasi dengan TIK dan ramah digitalisasi pendidikan.

6. Belajar mandiri melalui video interaktif

Saat ini, proses pencarian ilmu pengetahuan untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan diri tidaklah sulit untuk dilakukan.

Jika misalnya guru senior sudah mampu menggunakan smartphone maka hendaklah gawai yang dimilikinya dimanfaatkan untuk menyimak video-video tentang TIK yang banyak beredar di YouTube bahkan di lintas media sosial.

Banyak sekali video-video interaktif yang menarik untuk disimak. kegiatan itu dapat dilakukan sambil mengurus rumah atau pekerjaan rumah tangga lainnya.

Program Guru Penggerak. (Tangkapan layar Instagram Itjen Kemendikbud)
Program Guru Penggerak. (Tangkapan layar Instagram Itjen Kemendikbud)

7. Maju bersama guru penggerak dan sekolah penggerak

Kini, sudah banyak guru penggerak dan sekolah penggerak yang diwujudkan oleh Kemendikbud. Program ini sangat berguna dan membantu guru untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan diri.

Para guru penggerak ditugaskan untuk mentransfer pengetahuan dan wawasan kepada sesama guru guna saling berproses dan belajar memperbaiki kekurangan diri agar proses pembelajaran dapat bergulir dengan baik dan terarah.

Program guru penggerak dan sekolah penggerak ini erat kaitannya dengan digitalisasi pendidikan sehingga kedepannya seluruh guru, staf dan tenaga kependidikan lebih ramah dan tak gagap teknologi.

Itulah yang dapat saya bagikan kali ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua terutama bagi rekan guru senior dimanapun berada agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.

Salam edukasi.

*****

Berbagi dan menginspirasi.

== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun