Di kala rapor sudah berada di tangan orangtua, kemudian orangtua atau wali murid tersebut langsung membuka halaman laporan hasil pelajaran anaknya untuk semester yang telah lalu.
Kebanyakan yang saya perhatikan bahwa hal pertama kali yang orangtua akan lakukan adalah memperhatikan bagian nilai mata pelajaran berupa angka yang telah tertera di rapor.
Ada beberapa nilai mata pelajaran yang ditandai oleh orangtua misalnya nilai mata pelajaran pendidikan agama, matematika atau ilmu pengetahuan alam/sosial.
Kemudian, selanjutnya orangtua jelas akan bertanya tentang peringkat anaknya kepada guru.
Ya, memang benar bahwa untuk tampilan rapor yang berlaku saat ini tidak lagi mencantumkan peringkat anak di kelasnya. Hal ini bukan tanpa alasan bahwa khususnya pada Kurikulum Merdeka yang telah diimplementasikan ini, semua anak adalah istimewa dengan latar belakang kemampuan, bakat, profil belajar dan seterusnya.
Sistem peringkat kelas bisa saja diterapkan apabila seluruh siswa memiliki kemampuan yang sama.
Sedangkan yang kita tahu bahwa dalam satu kelas tersebut siswa memiliki latar belakang kemampuan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
Ada anak yang lahir mata pelajaran matematika, namun kurang pada mata pelajaran olahraga. Ada anak yang kurang pada mata matematika, tapi sangat pintar dalam pelajaran agama. Dan seterusnya.
Jadi, seluruh siswa memiliki level kemampuan yang berbeda-beda. Semua itu disesuaikan dengan minat, motivasi, bakat dan potensi anak terhadap suatu mata pelajaran.
Oleh sebab itu, saat ini seharusnya yang ditanyakan oleh orangtua bukan lagi tentang peringkat. Namun yang perlu diketahui oleh orangtua adalah tentang ketuntasan anaknya pada suatu pelajaran yang nilainya telah tercantum di dalam rapor.
Mungkin masih sedikit orangtua yang peduli dengan deskripsi yang terdapat di dalam rapor anaknya. Padahal deskripsi ini sangat penting untuk dipahami oleh orangtua bahwasanya deskripsi tersebut menjelaskan tentang tuntas atau tidaknya anak dalam suatu mata pelajaran.