Serta deskripsi tersebut menerangkan tentang pelajaran apa saja yang sudah dipahami oleh anak dengan baik.
Jadi, hendaknya mindset orangtua pada saat sekarang ini harus berubah bahwa yang perlu dipahami pertama sekali adalah tentang ketuntasan anak pada pelajaran yang telah dipelajari selama satu semester.
Hendaknya peringkat kelas bukanlah sebuah patokan untuk menentukan berhasil atau tidaknya anak di kelasnya. Untuk saat ini bahwa di rapor tidak ada lagi dicantumkan peringkat kelas.
Namun biasanya guru tetap melakukan perangkingan nilai secara manual. Tetap ada apresiasi dan apersepsi yang dilakukan oleh guru kepada orangtua terhadap anak yang memiliki tingkat ketercapaian atau ketuntasan belajar sesuai Capaian Kompetensi yang telah ditentukan.
Sedangkan bagi siswa lainnya yang perlu bimbingan maka ditekankan kepada orangtua adalah tentang bagaimana menjadi supporter atau support system bagi anak dalam memperbaiki gaya belajar agar menjadi lebih baik lagi pada semester berikutnya.
Kedua, tulus dan ikhlas dalam berbagi dengan guru.
Mindset kedua yang telah membudaya selama ini adalah terkait tentang pemberian hadiah untuk guru pada momen pembagian rapor.
Jika berniat hendak memberi sesuatu untuk guru maka sebenarnya tidak perlu dilakukan di momen pembagian rapor. Dan poin penting yang perlu diniatkan oleh orangtua jika hendak memberi adalah dilakukan dengan tulus dan ikhlas.Â
Bahwasanya saya sempat menyimak percakapan orangtua murid dari sekolah lain tentang pemberian hadiah bagi guru ketika menjemput rapor anaknya.
Saya benar-benar telah menyimak percakapan orangtua terkait hal itu. Dan hal itu sejatinya sungguh tidak etis. Menurut saya seperti itu.
Pada intinya adalah bahwa sebenarnya guru tidak mengharapkan hal semacam itu dilakukan orangtua saat menerima rapor anaknya di sekolah.