Kota Payakumbuh merupakan daerah yang menjadi penghubung antara Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Riau.
Payakumbuh menjadi kota persinggahan dan mengandalkan sektor jasa dan perdagangan serta menjadi transit hasil pertanian dan peternakan dari wilayah Kabupaten 50 Kota dan sekitarnya.
Kota Payakumbuh sudah berkembang menjadi salah satu daerah administrasi distrik sejak pemerintahan kolonial Hindia Belanda waktu itu.
Semenjak campur tangan Belanda dalam Perang Padri, kawasan ini berkembang menjadi depot atau kawasan gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi.
Belanda sempat membangun jembatan batu untuk menghubungkan kawasan Aia Tabik dengan pusat kota sekarang. Jembatan itu sekarang dikenal juga dengan nama Jembatan Ratapan Ibu dan menjadi landmark kota untuk saat ini.
Sedangkan pada zaman pemerintahan Jepang, Payakumbuh menjadi pusat kedudukan pemerintah Luhak Limo Puluah (baca Kabupaten 50 Kota).
Menurut Wikipedia, dengan ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1970 maka Payakumbuh resmi menyandang status kotamadya pada 17 Desember 1970.
Payakumbuh sejak zaman sebelum kemerdekaan hingga detik ini telah menjadi pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan dan pendidikan.
Selain itu, Kota Payakumbuh juga terkenal dengan kuliner hingga kawasan wisatanya, tidak hanya bagi turis lokal, namun juga mancanegara.
Oleh sebab itu, Kota Payakumbuh termasuk salah satu kota di Sumatera Barat yang serius dalam membranding kotanya. Setidaknya hingga saat ini telah ada 4 slogan bagi kota yang dalam Bahasa Minang adalah Payokumbuah/Pikumbuah.