Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Problematika Kelas 1 SD: Siswa Ujian Tapi Belum Mahir Membaca dan Menulis

10 Desember 2022   08:03 Diperbarui: 12 Desember 2022   07:31 2978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaksanaan Ujian Semester Ganjil pada Tahun Ajaran 2022-2023 telah selesai dilaksanakan khususnya untuk jenjang SD di Kota Pekanbaru. Hari ini, Sabtu (10/12) merupakan hari terakhir pelaksanaannya. 

Selanjutnya selama seminggu kedepan, guru akan melakukan pemeriksaan lembar jawaban, melakukan penginputan pada aplikasi rapor atau e-raport, serta ditutup dengan pembagian rapor yang direncanakan pada 17 Desember 2022 ini. 

Sementara itu dalam waktu seminggu ini bagi siswa yang kemarin sempat berhalangan hadir karena sakit maka mereka dapat mengikuti ujian susulan.

Pelaksanaan ujian merupakan sesuatu yang penting bagi siswa untuk mengukur tingkat ketercapaian pemahaman siswa terhadap materi pelajaran atau konten pembelajaran yang telah diajarkan oleh guru selama satu semester yang telah berlalu.

Nilai yang diperoleh siswa bisa dijadikan bahan evaluasi tentang bagaimana siswa belajar selama satu semester, selain itu dapat pula menjadi bahan evaluasi bagi guru untuk memperbaiki kekurangannya seperti tentang strategi mengajar di kelas.

Kali ini, saya akan membagikan pengalaman menarik tentang pelaksanaan kegiatan ujian ini secara istimewa pada siswa Kelas 1 SD.

Bagi Bapak/Ibu guru yang pernah berkesempatan mengajar di Kelas 1 pasti akan merasakan betapa campur-aduknya perasaan guru saat anak-anak yang baru lulus dari PAUD itu melaksanakan ujian.

Kali ini saya akan mengisahkan pengalaman yang sangat berkesan ketika mengawasi dan menuntun siswa Kelas 1 melaksanakan ujiannya.

Bagi siswa Kelas 1 SD, selama satu semester awal semenjak mereka duduk di bangku Sekolah Dasar merupakan momentum untuk beradaptasi mengenai segala sesuatu dan seluk-beluk lingkungan pendidikan yang terjadi di Sekolah Dasar.

Berbeda dengan siswa Kelas VII SMP atau bagi siswa Kelas X SMA yang mana masa pengenalan lingkungan sekolah bisa dipahami dengan mudah dan mereka gampang untuk bisa langsung beradaptasi.

Sedangkan bagi siswa Kelas 1 SD, mereka akan butuh waktu yang cukup lama untuk bisa memahami betul tentang seperti apa dunia pendidikan yang sedang mereka jalani. Kondisi tersebut jelas sangat jauh berbeda dengan apa yang mereka alami ketika masih belajar di PAUD.

Dilema guru yang mengajar di Kelas 1 ketika siswa mengikuti ujian di sekolah (foto Akbar Pitopang)
Dilema guru yang mengajar di Kelas 1 ketika siswa mengikuti ujian di sekolah (foto Akbar Pitopang)

Oke, baiklah. Mari kita bahas mengenai pelaksanaan ujian yang dialami oleh siswa Kelas 1 SD dan saya sebagai guru yang terlibat secara langsung dalam situasi ini.

Nah, setelah siswa selesai berdoa sebelum ujian dan memastikan kesiapan segenap siswa, selanjutnya saya membagikan lembar jawaban kepada masing-masing siswa. 

Tapi terlebih dahulu saya menyuruh siswa untuk menuliskan namanya di lembar jawaban tersebut.

Setelah itu barulah saya membagikan lembaran soal bagi setiap siswa yang hadir di ruangan kelas kala itu.

Ketika lembaran soal dan lembaran jawaban sudah ada di tangan siswa lalu diletakkan di atas meja mereka masing-masing. 

Awalnya saya mempersilahkan siswa untuk mencoba mengerjakan ujian secara mandiri. Selang beberapa waktu, ketika saya berjalan menghampiri beberapa siswa untuk menengok lembar jawaban tapi ternyata banyak yang belum mengisinya sama sekali.

Dari situ saya teringat bahwa siswa Kelas 1 SD yang ada di ruangan tersebut banyak yang belum mahir calistung (baca, tulis dan berhitung). 

Sehingga itulah yang menyebabkan lembar jawaban mereka banyak yang masih kosong lantaran belum bisa membaca dengan lancar. Seturut dengan itu tentu mereka belum bisa memahami maksud dari soal atau pertanyaan.

Sehingga untuk solusinya adalah saya membacakan semua pertanyaan satu persatu lalu menanyakan kepada seluruh siswa tentang mana jawaban yang benar. 

Jika jawabannya memang benar maka saya tinggal mendiktekan jawaban tersebut. Lalu siswa yang menuliskannya secara mandiri di lembar jawaban. 

Sedangkan bila jawaban yang mereka sampaikan salah maka saya akan menerangkan mana jawaban yang benar.

Ketika guru membacakan soal ujian bagi siswa Kelas 1 SD (foto Akbar Pitopang)
Ketika guru membacakan soal ujian bagi siswa Kelas 1 SD (foto Akbar Pitopang)

Awalnya saya mengira bahwa dengan cara tersebut maka seluruh siswa dapat menyelesaikan ujiannya. Semestinya siswa sudah menuliskan jawaban yang disebutkan tadi di lembar jawaban.

Namun, ketika saya perhatikan kembali lembaran jawaban siswa ternyata masih saja ada beberapa siswa yang belum selesai mengerjakannya atau masih ada yang bolong-bolong lembar jawabannya.

Pada akhirnya saya mengulangi langkah yang saya jelaskan diatas tadi yakni dengan membacakan soal dan memverifikasi mana jawaban yang benar. Lalu, saya mendiktekan jawaban kepada siswa untuk mereka tulis di lembar jawabannya secara mandiri.

Tak lama setelah itu maka waktu ujian pun berakhir dan saya memungut kembali seluruh lembar soal dan jawaban yang ada pada siswa. 

Selanjutnya saya mencoba kembali mencermati seperti apa jawaban yang telah dituliskan oleh siswa pada lembar jawabannya.

Saya menemukan ada sedikit kemajuan dari yang tadi awalnya lembar jawaban siswa masih ada yang bolong-bolong maka kini lembaran itu sudah terisi penuh.

Selain itu bagi siswa yang sudah bisa membaca dan memahami sebuah pertanyaan maka jawaban yang mereka tulis menjadi semakin sempurna. 

Selebihnya, tetap saja ada siswa yang lembar jawabannya belum sempurna terisi secara penuh baik pada kolom jawaban untuk pertanyaan pilihan ganda maupun pertanyaan untuk jawaban isian.

Ya, begitulah dilema yang harus dialami oleh guru ketika menghadapi siswa Kelas 1 SD mengikuti ujian pada semester awal. 

Lalu, seperti apa guru menyikapinya?

Guna menyikapi kondisi diatas memang sangat dibutuhkan kebijaksanaan dari guru. Guru harus menyadari dan memahami kondisi yang dialami siswa Kelas 1 SD bahwa mereka masih dalam masa adaptasi dengan pola dan kebiasaan baru yang dilakukan di Sekolah Dasar. 

Kemampuan masing-masing siswa pun berbeda sebagaimana yang ditekankan oleh Kurikulum Merdeka. Bahwa latar belakang setiap anak itu berbeda dan istimewa sehingga kemudian diwujudkan melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. 

Seperti apapun nilai yang diperoleh siswa Kelas 1 SD dari hasil ujiannya maka nilai-nilai tersebut tetap harus diapresiasi oleh guru.

Fleksibilitas yang ditawarkan oleh Kurikulum Merdeka bahwa guru diberi kebebasan untuk menentukan seperti apa bentuk penilaian hasil belajar yang akan dilakukan. Selain tentunya ada penilaian sumatif, penilaian formatif, sumatif tengah semester dan sumatif akhir semester. Baik ujian tulis maupun ujian lisan, nilai yang diinput ke dalam aplikasi rapor adalah nilai yang padu.

Jelang ujian, guru sudah berupaya memastikan kesiapan siswa Kelas 1 mengikuti ujian (foto Akbar Pitopang)
Jelang ujian, guru sudah berupaya memastikan kesiapan siswa Kelas 1 mengikuti ujian (foto Akbar Pitopang)

Nilai yang diperoleh siswa dari kegiatan ujian dapat dijadikan bahan evaluasi secara keseluruhan untuk proses pembelajaran. 

Bagi guru sendiri dapat dijadikan landasan tentang bagaimana sebaiknya guru mengajar, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan siswa atau masih harus ditingkatkan secara berkesinambungan. 

Sedangkan bagi siswa sendiri dari nilai ujian yang mereka peroleh tersebut dapat ditelaah kembali tentang level kemampuan, profil siswa, motivasi untuk belajar, dan seterusnya.

Pemetaan yang dilakukan itu akan memberikan kontribusi akhir pada perolehan nilai ujian sebagai acuan pengukuran terkait pencapaian hasil belajar siswa selama satu semester.

Perlunya dukungan orang tua untuk mempersiapkan anak mengikuti ujian

Khusus untuk siswa Kelas 1 SD, memang sangat dibutuhkan kerjasama dari orang tua atau wali murid untuk memastikan anaknya sudah siap untuk mengikuti pelaksanaan ujian dengan baik dan sebagaimana mestinya. 

Guru tentu sudah berupaya secara maksimal dalam mempersiapkan siswanya dalam persiapan mengikuti ujian. 

Bahkan jelang ujian pun guru telah mereview kembali materi yang telah diajarkan serta ditutup dengan pembahasan kisi-kisi soal ujian agar siswa dapat lebih fokus mempersiapkan dirinya.

Selain itu pula biasanya guru menuntun siswa membahas kembali contoh soal-soal ujian yang keluar pada semester yang lalu. 

Dengan sebegitu besarnya upaya yang telah dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan siswa mengikuti ujian. 

Selaku orang tua yang bijak hendaknya juga perlu memastikan atau memberikan tutorial kepada anak tentang seperti apa mengikuti ujian --- memahami soal dan menuliskan jawaban --- dengan baik dan sesuai arahan.

Kemarin, sempat ada orang tua atau wali murid dari Kelas 1 yang menghubungi saya via WhatsApp untuk menanyakan model soal ujian dengan maksud untuk mengajarkan anaknya bagaimana menjawab soal dan mengisi lembar jawaban. 

Apa yang telah dilakukan oleh wali murid tersebut menunjukkan bahwa ia selaku orang tua sudah sangat peduli terhadap persiapan anaknya mengikuti ujian.

Diperlukan dukungan orangtua memperispkan anak mengikuti ujian. Proses tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter (foto Akbar Pitopang)
Diperlukan dukungan orangtua memperispkan anak mengikuti ujian. Proses tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter (foto Akbar Pitopang)

Itu artinya bahwa orang tua tersebut dapat memerankan posisi dan fungsinya sebagai orang tua yang arif dan bijaksana serta peduli terhadap segala sesuatu yang dialami oleh anaknya di sekolah.

Upaya yang telah dilakukan oleh orang tua atau wali murid tersebut perlu ditiru oleh para orang tua yang lainnya di manapun berada. 

Dukungan dan perhatian dari orang tua dapat menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajarannya di sekolah. 

Karena pada dasarnya selain guru dan pihak sekolah yang mengetahui tingkat kemampuan siswa, sejatinya para orang tua tentu sudah lebih dulu khatam memahami kemampuan anaknya dalam berbagai aspek --- potensi, bakat dan minat.

Kalaupun ternyata anaknya belum mendapatkan hasil yang maksimal dalam ujiannya, maka setidaknya dengan apa yang telah dilakukan tadi dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan orang tua dalam mempersiapkan anaknya mengikuti ujian.

Alhasil, kedepannya para siswa akan siap mengikuti segala bentuk proses penilaian dengan persiapan yang semakin matang dan terencana.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

Akbar Pitopang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun