Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ada 7 Misi Mulia Guru Memberikan PR, Orangtua dan Stakeholder Wajib Tahu

27 Oktober 2022   00:06 Diperbarui: 2 November 2022   01:35 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa sekolah. (Dok. Abdul Rahmat via Kompas.com)

Semenjak berprofesi sebagai seorang guru, ada banyak pengalaman dan hal menarik yang mewarnai perjalanan proses belajar-mengajar bersama seluruh peserta didik yang kami banggakan.

Sehingga sebagai seorang guru kami menghadapi berbagai tantangan dan hal menarik lainnya dalam mewujudkan proses pembelajaran yang sesuai dengan yang dicita-citakan.

Mulai dari menyiapkan manteri pembelajaran berupa pembuatan video materi interaktif, pertemuan tatap muka pembelajaran secara virtual, pemberian tugas atau PR untuk dikerjakan dirumah dengan bimbingan dan support dari orang tua, hingga pilihan untuk memanfaatkan aplikasi atau platform pembelajaran untuk proses penilaian hasil belajar.

Semua itu kami upayakan demi memberikan pengalaman belajar yang diharapkan mampu mendorong semangat dan motivasi peserta didik agar tetap mengikuti proses pembelajaran walau dengan berbagai keterbatasan dan situasi yang tidak bersahabat layaknya yang kita alami bersama semasa pandemi.

Jika niatnya untuk membangun karakter, maka PR ada baiknya juga. (Ilustrasi Thinkstockphotos via Kompas.com)
Jika niatnya untuk membangun karakter, maka PR ada baiknya juga. (Ilustrasi Thinkstockphotos via Kompas.com)

Sesuai pengalaman kami dalam memberikan tugas atau PR, ada tujuan tersendiri yang hendak diraih oleh guru demi memaksimalkan tingkat pemahaman peserta didik pada sebuah materi pembelajaran yang telah diajarkan di kelas.

Kini, mencuat pula rencana peniadaan PR bagi siswa di Surabaya yang diusulkan oleh Walikota Eri Cahyadi. Alasannya adalah agar siswa lebih bisa menguatkan pembentukan karakter dengan didampingi oleh keluarganya di rumah.

Kami selaku guru menanggapi rencana tersebut dengan santai saja sebagai suatu ide yang cukup menarik dengan adanya tujuan lain yang hendak dicapai yakni pembentukan karakter.

Namun, sebelumnya sebagai pihak yang berinteraksi secara langsung dengan peserta didik di sekolah menurut kami pemberian PR ini masih memegang peranan penting dalam proses pembelajaran secara kontinuitas.

Oleh karena itu, selaku guru izinkan kami memaparkan alasan atau pandangan bahwa PR ini masih diperlukan. Para orang tua dan wali murid sekalian sangat perlu untuk mengetahuinya.

Ilustrasi siswa sedang belajar di kelas. (Dok: Pintek via Kompas.com)
Ilustrasi siswa sedang belajar di kelas. (Dok: Pintek via Kompas.com)

Pertama, PR untuk me-review dan meningkatkan pemahaman materi ajar

Materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru selama proses pembelajaran di kelas sangat perlu untuk direview atau diulang-ulang kembali oleh peserta didik ketika sudah berada dirumah.

Sejauh ini berdasarkan kurikulum yang diterapkan di sekolah baik itu Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka, sama-sama memiliki beban belajar yang cukup besar untuk dapat dicapai oleh peserta didik.

Materi-materi pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik memiliki kompleksitas yang cukup tinggi dengan berbagai tema, bab, topik dan sebagainya.

Tingkat kemampuan siswa tentu sangat beragam dan tidak semuanya memiliki tingkat kemampuan yang memadai untuk mampu menguasai pembelajaran hanya dengan sekali penyampaian ketika berada di kelas.

Maka untuk itulah PR diberikan oleh guru kepada peserta didik agar mereka dapat mengulang-ulang kembali materi yang sudah diajarkan sehingga diharapkan tingkat pemahaman mereka menjadi lebih baik sesuai dengan yang diharapkan.

Kedua, PR untuk memaksimalkan alokasi jam pembelajaran yang terbatas

Terutama bagi guru bidang studi yang menghadapai keterbatasan jam pelajaran (JP) untuk dialokasikan untuk proses pembelajaran selama di kelas.

Di sekolah kami, ada guru bidang studi yang mengampu 6 rombongan belajar (rombel) dari Kelas I hingga Kelas VI.

Untuk masing-masing kelas, guru bidang studi hanya memiliki 4 JP. Sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan yakni 24 JP dalam seminggu.

Oleh sebab itu, guru perlu memberikan PR agar peserta didik dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang mungkin belum terlalu maksimal diterangkan guru di kelas akibat terbatasnya alokasi jam pelajaran tersebut.

Ketiga, PR untuk merangsang minat dan motivasi peserta didik 

Mengajar, mendidik dan membina peserta didik di zaman sekarang ini memiliki tantangan yang cukup berat dan beragam.

Pasalnya iklim pembelajaran harus dihadapkan dengan kurangnya motivasi peserta didik untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan bersungguh-sungguh dan penuh kesadaran.

Fokus dan perhatian peserta didik kini terpecah antara belajar dengan ketertarikan terhadap hal-hal yang bersifat entertainment misalnya game online, konten di media sosial, dan lain sebagainya.

Walaupun semua guru pasti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk merangsang dan membangun iklim belajar yang diharapkan sesuai dengan yang dibutuhkan peserta didik.

Namun, pasti tetap akan ada satu atau dua orang peserta didik yang menunjukkan gejala demotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Dengan adanya PR maka guru berharap dapat terus menjaga minat dan motivasi belajar bagi peserta didik yang bersangkutan.

Orang tua adalah support system tanpa batas (Dokpri/Akbar Pitopang)
Orang tua adalah support system tanpa batas (Dokpri/Akbar Pitopang)

Keempat, PR untuk membangun relasi orang tua sebagai support system

Zaman terkini kembanyakan diantara para orang tua pasti memiliki tinkat kesibukan yang tinggi karena padatnya aktivitas dan tugas dalam bekerja.

Tidak hanya ayah yang bekerja menjadi nafkah, terkadang ibu juga harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Orang tua akan pergi berangkat bekerja sejak pagi lalu baru pulang di sore hari atau ketika matahari sudah terbenam.

Kalau begitu, kapan waktu yang tepat bagi orang tua untuk membangun relasi atau kedekatan emosional dengan anak-anaknya?

Momen terbaik menurut kami tentu ketika orang tua membimbing anaknya saat mengerjakan PR.

Orang tua diharapkan mampu menjaga eksistensi dan posisinya yang sangat strategis sebagai support system yang harus mampu mengelola kedekatan emosional dengan anak sevara personal.

Dengan begitu maka peran dan fungsi orang tua dalam mengontrol karakter anak dapat lebih berdaya.

Kelima, PR untuk penguatan karakter peserta didik bersama orang tua dan keluarga dirumah

Hal yang harus dipahami oleh orang tua dan semua stakeholder yang ada bahwa tujuan guru memberikan PR adalah untuk memupuk rasa tanggung jawab anak seawal dan semaksimal mungkin.

Tujuan yang hendak dicapai guru adalah peserta didik tidak hanya memiliki kemampuan kognitif namun juga memiliki karakter yang baik salah satu yakni sikap tanggung jawab.

Sebenarnya hal tersebut sangat baik dan relevan dengan kebutuhan atau kompetisi peserta didik di masa depan.

Sikap tanggung jawab atau integritas ini sampai kapanpun masih sangat dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan begitu maka ketika terbangun sikap tanggung jawab yang mumpuni dalam diri setiap peserta didik, diharapkan mereka memiliki daya saing yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan dunia kerja di masa mendatang.

Ilustrasi siswa sekolah. (Dok. Abdul Rahmat via Kompas.com)
Ilustrasi siswa sekolah. (Dok. Abdul Rahmat via Kompas.com)

Keenam, PR untuk acuan penilaian hasil belajar secara padu

Sebenarnya ada banyak cara yang dapat ditempuh oleh guru untuk merangkum nilai sebagai proses untuk mengetahui hasil belajar peserta didik.

Selain guru mengadakan ulangan harian atau ujian-ujian, remedial, dan bentuk pengayaan lainnya, maka terkadang masih perlu memberikan tugas atau PR.

Tujuannya agar guru dapat merangkum nilai hasil belajar peserta didik sesuai dengan yang dibutuhkan agar mencapai KKM/KKTP sebagai kriteria ketunttasan minimun yang harus digapai oleh setiap peserta didik yang ada.

Ketujuh, PR untuk menghindarkan peserta didik dari loss learning dan loss control selama dirumah

Nah, yang ini sangat relevan sekali menurut hemat kami dengan kondisi yang ada saat ini. dimana kini waktu luang anak ketika berada dirumah lebih banyak diisi dengan hal-hal yang kurang bermanfaat dan lebih mengarah kepada sesuatu hal yang bersifat unfaedah.

Misalnya anak hanya akan menghabiskan waktunya untuk bermain game online, mengakses media sosial, menonton video atau live streaming, dan sebagainya.

Kami pernah mensurvei beberapa orang peserta didik yang tidak maksimal hasil belajarnya. mereka mengatakan bahwa hampir keseluruhan waktunya ketika dirumah dihabiskan hanya untuk bermain game atau memegang handphone di tangan.

Kejadian ini benar-benar terjadi dan nyata, kami benar-benar telah menanyakannya langsung kepada peserta didik yang bermasalah dalam belajar.

Belum lagi dampak buruk yang harus dihadapi ketika anak ketagihan terpapar konten-konten yang tidak sesuai dengan kriteria usia mereka yang masih anak-anak dan remaja.

Itulah 7 hal penting yang dapat dicapai dengan adanya pemberian PR bagi peserta didik untuk dikerjakan dirumah.

PR bukan semata-mata berhubungan dengan kemampuan kognitif namun diharapkan juga mampu membangun karakter peserta didik dengan adanya dukungan orang tua atau wali murid selama berada dirumah.

Tenang saja, guru pasti memberikan PR yang tidak akan memberatkan atau membuat siswa menjadi stress untuk mengerjakannya.

Apakah menurut anda PR memang masih relevan diberikan guru untuk peserta didiknya?

Jika sekiranya ada alasan lain diluar 7 hal yang sudah penuh sampaikan diatas, silahkan dan mohon dapat ditambahkan di kolom komentar dibawah ini.

Semoga informasi ini dapat mencerahkan dan menjadi bahan pertimbangan bagi kita semua dalam memadang masih perlu atau tidaknya pemberian PR ini.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

Akbar Pitopang untuk Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun