Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sepenggal Romantisme Jalan Kaki Semasa Sekolah

14 Oktober 2022   13:04 Diperbarui: 14 Oktober 2022   22:35 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang paling krusial saat itu adalah tentang bagaimana cara untuk pulang sendiri ke rumah menggunakan angkot atau angkutan umum. 

Dari kecil sebenarnya memang penulis sudah diarahkan untuk dapat mandiri dalam melakukan segala sesuatu.

Karena kedua orang tua kami sama-sama bekerja maka tidak ada ritual antar-jemput ke sekolah layaknya siswa yang lain.

Oleh sebab itu penulis harus bisa pulang sendiri ke rumah dengan menggunakan angkot dengan cara menyisihkan uang untuk membayar ongkosnya.

Namun yang namanya anak SD yang masih labil dan belum mampu mengelola keuangannya dengan baik. Sehingga pada hari itu penulis menghabiskan semua uang jajan yang diberikan oleh orang tua tanpa menyisihkan uang 1 rupiah untuk membayar ongkos angkot.

Kira-kira ketika tidak ada uang untuk bayar ongkos, bagaimana caranya ya untuk bisa pulang ke rumah?

Ya, mau nggak mau tentu solusinya adalah harus dengan berjalan kaki.

Dan pada akhirnya penulis memutuskan untuk jalan kaki dari sekolah menuju rumah yang jaraknya cukup jauh. Anehnya jarak sejauh itu tidak menjadi sebuah penghalang bagi seorang anak SD untuk mau jalan kaki dan dibawah teriknya sinar matahari di siang bolong. 

Tapi coba kita ulangi kembali momen jalan kaki semasa SD ketika kini kita sudah dewasa pasti kita punya 1001 alasan untuk menolaknya.

Pada saat itu penulis jalan kaki berdua dengan teman yang arah tujuan rumah kami memang searah. Buah dari momen yang sangat unik dan menggelitik tersebut, kami terus menjalin persahabatan hingga kini.

Luar biasa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun