Konsep kemudahan dan praktis yang disuguhkan oleh air minum kemasan ini menjadikan pola hidup dan kebiasaan masyarakat menjadi berubah drastis.
Masyarakat lebih tertarik untuk membeli air minum kemasan atau mengisi ulang galon di rumah daripada memasaknya di dapur.
Sudah sangat kontras dengan apa yang dulu dilakukan oleh orang-orang terdahulu.Â
Ketika dulu di masa kanak-kanak, ibu masih terbiasa untuk memasak air untuk diminum menggunakan kayu bakar.
Sedangkan kini untuk kebutuhan air minum keluarga, cukup mengandalkan air galon dan air minum kemasan lainnya.
Apalagi hal tersebut ditunjang dengan adanya alat elektronik rumah tangga berupa dispenser yang bisa menghadirkan air dingin dan panas dalam waktu sekejap saja.
Berbeda halnya jika air dimasak dulu dengan api di kompor gas misalnya, akan ada banyak hal yang akan dikorbankan karena masyarakat juga memandangnya dari segi ekonomi agar lebih hemat biaya.
Sehingga mau tak mau masyarakat terpaksa harus bergantung kepada air minum kemasan atau air galon yang sebenarnya kini dalam ancaman terkontaminasi kandungan Bisphenol-A (BPA) yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Berdasarkan riset yang dilakukan Kompas.id, mengenai informasi air minum kemasan galon terkontaminasi kandungan Bisphenol-A (BPA) menimbulkan kekhawatiran bagi warga khususnya yang berada di Jakarta.
Hal ini terus menjadi polemik lantaran penggunaan air minum dalam kemasan galon berbahan polikarbonat masih terus terjadi. Dari sejumlah studi yang menjadi rujukan, paparan BPA pada penggunaan air minum dalam kemasan galon berbahan polikarbonat berpotensi berbahaya bagi kesehatan.