Kebutuhan tersebut wajar saja jika ingin dipenuhi oleh pasangan muda dengan dasar total pendapatan yang cukup logis untuk dialokasikan untuk pembiayaan kebutuhan yang disebutkan di atas.
Dua hal yang terkadang secara buru-buru ingin dipenuhi oleh pasangan muda adalah kebutuhan untuk memiliki rumah sendiri dan mobil pribadi.
Kedua hal tersebut masing-masing memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Namun harus benar-benar dilakukan dengan perhitungan yang matang agar pasangan muda di kemudian hari tidak terjebak akibat kesulitan membayar cicilan rumah beserta cicilan mobil.
Pasangan muda harus berembuk dan menimbang-nimbang mana saja kebutuhan yang perlu untuk pertama sekali dipenuhi.
Jika dilakukan perhitungan secara matang tentu kemungkinan besar kebutuhan rumah tangga yang wajib dipenuhi adalah keberadaan rumah untuk tempat tinggal bersama keluarga tercinta.
Oleh sebab itu, pasangan muda harus mendahulukan menyelesaikan cicilan rumah, baru setelah itu membayar cicilan yang lain misalkan untuk mobil, tanah, ruko dan sebagainya.
Karena jika tidak seperti itu maka pasangan muda bisa terjebak pada fenomena "two-income trap" atau jebakan dua sumber penghasilan.
Akibat suami dan istri yang sama-sama memiliki penghasilan, mereka langsung mengalokasikan semua pendapatannya untuk membayar cicilan. Dengan kata lain total pendapatan yang ada, lebih besar dialokasikan untuk membayar cicilan ketimbang disisihkan untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih penting.
Rekan kerja kami yang sudah senior dan atau hampir memasuki masa purnabakti pernah mengingatkan untuk segera memiliki rumah karena secara kebetulan suami dan istri sama-sama bekerja dan memiliki penghasilan yang cukup untuk membeli sebuah rumah.
Caranya adalah gaji suami dapat dialokasikan dengan jumlah yang cukup besar untuk membayar cicilan rumah. Sedangkan penghasilan istri dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan harian rumah tangga.