Masa-masa menjadi seorang mahasiswa dianggap oleh sebagian orang sebagai masa-masa pengenalan terhadap dunia politik menuju level yang lebih tinggi dari sebelumnya.Â
Jika semasa SMA seorang pelajar sudah mulai mengenal dunia perpolitikan misalnya dalam kegiatan pemilihan OSIS pemilihan ketua kelas dan lain sebagainya itu semua adalah bentuk politik dari cara yang sangat sederhana.Â
Sehingga ketika setelah menjadi mahasiswa maka mahasiswa akan menjadi lebih dekat dengan dunia politik. Banyak kalangan juga yang menganggap bahwa politik bagi mahasiswa adalah suatu hal yang sangat penting.Â
Bukan berarti mahasiswa terjun ke dunia politik secara gamblang dan meninggalkan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa yang harus menuntut ilmu namun lebih kepada bagaimana mahasiswa membuka wawasan dan pemikirannya tentang dunia politik.Â
Mahasiswa juga dianggap sebagai agent of change. Eksistensi mahasiswa sebagai penyambung lidah dan penyalur kepentingan dari masyarakat kepada para pejabat dan wakil rakyat.Â
Jadi sebenarnya mahasiswa memang memerlukan wawasan tentang perpolitikan agar pemikirannya menjadi lebih terbuka dan visioner. Manfaat yang akan diperoleh oleh mahasiswa adalah menjadi lebih open minded tentang perpolitikan.
Kini, KPU telah memberi izin untuk melakukan kampanye pilpres di lingkungan kampus dengan cara yang baik dan tidak menyalahi aturan.Â
Sebenarnya dari dulu mah para mahasiswa pun juga sudah aktif dengan berbagai kegiatan yang mengarah kepada politik seperti kampanye pilpres, kampanye visi misi parpol dan sebagainya.
Berikut sisi plus atau keuntungan kegiatan kampanye pilpres di kampus
1. Mahasiswa menjadi lebih open minded tentang perpolitikan.
Walaupun dunia politik menjadi sesuatu hal yang dibenci oleh hampir sebagian besar dari masyarakat. Namun kita tidak boleh mengabaikan politik begitu saja.Â
Sebenarnya dalam kehidupan kita sehari-hari kita sudah menjalankan praktek politik seperti ketika kita bernegosiasi dengan teman kerja atau atasan, menyampaikan argumen kepada tetangga ataupun pihak RT, dan sebagainya.Â
Karena dunia politik tidak hanya sekedar pilpres dan para legislatif. Lebih dari itu semua yang paling penting adalah kita mengetahui tentang bagaimana tata cara sebuah praktik politik dijalankan oleh para pemangku kepentingannya.
2. Lebih kritis terhadap visi misi paslon pilpres dan parpol pendukungnya
Dengan adanya kampanye pilpres di kampus maka warga kampus akan teredukasi tentang visi misi dari Pasangan calon yang tidak terjun pada sebuah pemilihan seperti pilpres.Â
Sebagai mahasiswa yang memiliki pemikiran yang kritis maka perlulah untuk mencermati visi misi tersebut. Jika memang ada hal-hal yang tidak masuk akal karena sulit atau mustahil untuk diraih --- janji palsu --- maka para mahasiswa perlu untuk mengkritisi dan mempertanyakan hal tersebut.
Dengan sikap kritis tersebut maka paslon yang bersangkutan dapat mencari solusi atau pengganti visi misi yang mungkin rasional dan masuk akal terkait upaya untuk meraihnya.
Apalagi jika sampai ada visi misi yang ternyata menerbitkan masyarakat baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang selama paslon tersebut menjabat ketika nanti terpilih.
Ketika mahasiswa sudah mengetahui visi dan misi dari persatuan tersebut maka mahasiswa dapat mengawal ketercapaian dari visi misi yang telah di kampanyekan tersebut.
3. Meningkatkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya hak suara dalam pencoblosan.
Ketika mahasiswa telah mengetahui visi misi dan tujuan hendak dicapai oleh paslon itu masuk akal dan relevan dengan kebutuhan masyarakat maka mahasiswa perlu untuk memperjuangkannya.Â
Jika paslon tersebut sudah memiliki keseluruhan dan menunjukkan integritas untuk meraih visi misi dan janji kampanyenya dengan track record yang baik dan Tidak diragukan lagi maka pasal tersebut perlu untuk mendapatkan dukungan dari mahasiswa.
Untuk itu mahasiswa perlu untuk memberikan suaranya dan mencoblos peraturan tersebut.
Sehingga eksistensi mahasiswa akan menjadi semakin nyata bahwa mahasiswa tidak hanya sekedar memperjuangkan hak rakyat terhadap janji kampanye pilpres namun juga telah berupaya memilih paslon yang sesuai dengan amanat rakyat.
4. Belajar lebih menghargai perbedaan pendapat.
Dalam kegiatan kampanye pilpres ini memang perbedaan pendapat adalah suatu hal yang lumrah dan pasti akan terjadi.Â
Para mahasiswa perlu untuk saling menghargai pendapat satu sama lain. Perbedaan pendapat bukanlah suatu hal yang salah. Karena yang salah adalah sikap tidak menghargai pendapat tersebut.
Apalagi kita tinggal di negara Indonesia yang majemuk yang penuh dengan berbagai perbedaan.Â
Dengan bersikap selalu menghargai perbedaan pendapat maka mahasiswa telah berupaya menciptakan kedamaian dan budaya saling rasa antar sesama warga negara yang sama-sama berhak untuk mengeluarkan pendapat masing-masing.
Sesuai dengan dasar negara kita yakni "Bhinneka Tunggal Ika", walau berbeda-beda pendapat itu tak menjadi sebuah masalah karena kita satu Indonesia.
5. Belajar menjalankan roda perpolitikan dengan cara yang benar.
Mahasiswa yang kini ikut terlibat dalam praktek perpolitikan di dunia kampus bisa saja berpotensi untuk latihan langsung ke dalam dunia politik nantinya kemudian hari misalkan dalam anggota pemilihan legislatif untuk memperjuangkan hak dan kepentingan rakyat.
Maka sejak mahasiswa berada di kampus nilai-nilai kebaikan tentang penerapan politik secara jujur dan amanah harus mulai dibiasakan agar nanti mahasiswa memiliki dasar untuk terjun ke dunia perpolitikan dengan selalu menjunjung nilai-nilai tersebut.
Dengan begitu semoga nanti kedepannya panggung politik bukanlah mengerti sebuah sandiwara untuk seputar meraih kekuasaan dan berbagai kepentingan di baliknya.
Namun lebih kepada upaya untuk mengaktualisasikan diri dan hadir sebagai manusia seutuhnya dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dan amanat bangsa dan negara.
Sedangkan sisi minus dari pelaksanaan kampanye pilpres di kampus adalah sebagai berikut
1. Berpotensi mengganggu kegiatan perkuliahan.
Kegiatan pilpres di kampus memang cukup berpotensi untuk mengganggu kegiatan perkuliahan. Ketika penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa, dulu sering kali ya terjadi keributan atau kebisingan yang disebabkan oleh kegiatan kampanye semacam itu.Â
Karena kegiatan ini dilakukan dengan cara berorasi menggunakan pengeras suara sehingga sudah jelas akan mengganggu ketertiban umum di wilayah kampus.
Untuk itu jika memang kampus yang izinkan mahasiswa untuk melakukan kegiatan kampanye pilpres atau parpol maka perlu dibuat aturan yang disepakati oleh seluruh mahasiswa dan pula memiliki konsekuensi dan pemberian sanksi secara ketat dan tegas.
Agar kegiatan kampanye ini tetap dapat berjalan dengan baik dan warga kampus pun tidak dirugikan karena kekacauan atau kebisingan yang terjadi.
Jika ya kampus memang mendukung kegiatan ini maka solusinya dari kami adalah kampus perlu mengatur jadwal perkuliahan untuk memberikan porsi kegiatan kampanye pilpres atau parpol ini. Sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik antara kegiatan perkuliahan dan kegiatan kampanye.
2. Dapat menimbulkan "perang dingin" antar mahasiswa.
Kegiatan kampanye dan penyampaian visi misi Pasangan calon yang tadi pada pilpres menjadikan mahasiswa memiliki jagoannya masing-masing. Pada akhirnya akan menimbulkan perang dingin antar sesama mahasiswa.Â
Karena memang penulis merasakannya langsung bagaimana perang dingin ini terjadi. Perang dingin yang dimaksud adalah bukanlah sebuah peperangan yang menimbulkan korban baik nyawa, moril maupun materil.Â
Tetapi lebih kepada perubahan sikap antar sesama mahasiswa dari yang awalnya akrab menjadi lebih tertutup. Itulah salah satu bentuk perang dingin yang terjadi antara sesama mahasiswa dalam masa pilpres.Â
Namun biasanya hubungan antara sesama akan kembali seperti sedia kala ketika masa bebas dalam berakhir. Untuk itu memang sah-sah saja kita melakukan kegiatan kampanye di kampus.Â
Tujuannya agar para mahasiswa menjadi lebih dewasa sehingga kedepannya tidak lagi terjadi yang namanya perang dingin.
3. Dapat menimbulkan fanatisme pada paslon atau kandidat pilpres.
Sejalan dengan poin nomor 2 di atas, kegiatan kampanye yang telah dilakukan di kampus dapat mengkotak-kotakkan mahasiswa terhadap pilihan atau jagoannya masing-masing.Â
Sikap fanatisme terhadap paslon atau kandidat pada pilpres ini memang sudah sangat sering kita temukan selama ini. Tak terkecuali mahasiswa juga mengalami hal tersebut.Â
Sebagai mahasiswa hendaknya tidak melakukan sikap fanatisme terhadap pilihan kandidat yang didukung. Karena sifatnya manusia itu adalah selalu berubah-ubah. Maka dukunglah paslon tersebut sewajarnya saja.
4. Rawan tindakan penyelewengan antar sesama mahasiswa.
Dulu pernah terjadi pengumpulan KTM oleh perwakilan mahasiswa yang berkampanye dan menjagokan kandidat.
Kebetulan para mahasiswa tersebut berasal dari organisasi mahasiswa yang cukup berkuasa di lingkungan kampus dan memiliki akses dengan dosen dan kampus.
Sehingga banyak mahasiswa lainnya yang tidak mau tahu dengan kegiatan berpolitik ini hanya pasrah dan menyerahkan data tersebut.
Cara seperti itu bisa jadi menimbulkan penyelewengan dan hal-hal yang kurang terpuji lainnya yang menyangkut dunia perpolitikan.Â
Itu hanya salah satu contoh sederhananya saja terkait bentuk penyelewengan atau tindakan negatif yang dapat menjatuhkan citra politik dalam pandangan sesama mahasiswa.
Banyak contoh penyelewengan lainnya yang mungkin saja rawan dan berpotensi untuk terjadi di lingkungan kampus. Untuk itu gigitan katanya maupun kegiatan perpolitikan lainnya yang dilakukan di kampus harus benar-benar diawasi secara ketat agar segala bentuk penyelewengan walau dalam hal sekecil apapun, tidak dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
[Akbar Pitopang]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H