Karena memang penulis merasakannya langsung bagaimana perang dingin ini terjadi. Perang dingin yang dimaksud adalah bukanlah sebuah peperangan yang menimbulkan korban baik nyawa, moril maupun materil.Â
Tetapi lebih kepada perubahan sikap antar sesama mahasiswa dari yang awalnya akrab menjadi lebih tertutup. Itulah salah satu bentuk perang dingin yang terjadi antara sesama mahasiswa dalam masa pilpres.Â
Namun biasanya hubungan antara sesama akan kembali seperti sedia kala ketika masa bebas dalam berakhir. Untuk itu memang sah-sah saja kita melakukan kegiatan kampanye di kampus.Â
Tujuannya agar para mahasiswa menjadi lebih dewasa sehingga kedepannya tidak lagi terjadi yang namanya perang dingin.
3. Dapat menimbulkan fanatisme pada paslon atau kandidat pilpres.
Sejalan dengan poin nomor 2 di atas, kegiatan kampanye yang telah dilakukan di kampus dapat mengkotak-kotakkan mahasiswa terhadap pilihan atau jagoannya masing-masing.Â
Sikap fanatisme terhadap paslon atau kandidat pada pilpres ini memang sudah sangat sering kita temukan selama ini. Tak terkecuali mahasiswa juga mengalami hal tersebut.Â
Sebagai mahasiswa hendaknya tidak melakukan sikap fanatisme terhadap pilihan kandidat yang didukung. Karena sifatnya manusia itu adalah selalu berubah-ubah. Maka dukunglah paslon tersebut sewajarnya saja.
4. Rawan tindakan penyelewengan antar sesama mahasiswa.
Dulu pernah terjadi pengumpulan KTM oleh perwakilan mahasiswa yang berkampanye dan menjagokan kandidat.
Kebetulan para mahasiswa tersebut berasal dari organisasi mahasiswa yang cukup berkuasa di lingkungan kampus dan memiliki akses dengan dosen dan kampus.