Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pentingnya Menyatukan Visi-Misi Pemberian MPASI Antara Ibu dan Mertua

22 Agustus 2022   04:00 Diperbarui: 30 Agustus 2022   15:37 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tatkala seorang nenek dikarunia seorang cucu, hal itu akan menjadi anugerah yang luar biasa yang akan dirasakan yang sensasinya sama ketika dulu melahirkan anak-anaknya yang kini telah memberikannya cucu.

Pada situasi ini para nenek—orang tua kita sendiri maupun mertua—akan mencurahkan perhatian yang lebih terhadap segala proses tumbuh kembang cucunya. 

Apalagi jika cucunya tersebut merupakan cucu pertama, pasti perlakuan para nenek terhadap cucunya tersebut akan terasa sangat istimewa.

Terutama bagi nenek yang tinggal langsung bersama cucunya tersebut—baik yang tinggal dirumah orang tua sendiri maupun yang tinggal dirumah mertua—perhatiannya kadang melebihi apa yang bisa kita tunjukkan kepada anak kita sendiri.

Euforia yang dirasakan oleh para nenek sama dengan yang mereka rasakan dulu ketika melahirkan anak-anaknya. Para nenek tidak akan segan untuk mengurusi segala urusan dan tetek bengek kebutuhan cucunya.

Bahkan untuk memandikan hingga membersihkan kotoran cucunya, para nenek dengan senang hati akan melakukannya. 

Hingga cucunya telah memasuki masa pemberian MPASI. Para nenek akan memberikan makanan yang mereka anggap adalah makanan terbaik untuk cucunya.

Memang benar terkadang antara orang tua dan mertua memiliki pandangannya masing-masing terkait makanan mana saja yang perlu diberikan kepada cucunya.

Pada masa pemberian MPASI ini seringkali terjadi perselisihan paham baik antara anak, orang tua hingga mertua. Semuanya memiliki pandangannya masing-masing tentang bagaimana, seperti apa, atau apa saja yang boleh atau tidak boleh diberikan kepada bayi pada masa pemberian MPASI.

Padahal pemberian menu MPASI bagi si buah hati perlu dipersiapkan dan direncanakan dengan baik, mengingat semua bayi ini masih rentan terhadap apa yang dicernanya.

Suatu hal yang pasti adalah memberikan menu MPASI harus disesuaikan dengan usia si buah hati. Jenis menu MPASI yang akan diberikan untuk bayi usia 6 bulan tentu tidak sama dengan usia 10 bulan. 

Ilustrasi bubur MPASI. (SHUTTERSTOCK/WIKTORY via Kompas.com)
Ilustrasi bubur MPASI. (SHUTTERSTOCK/WIKTORY via Kompas.com)

Selain itu, komposisi menu MPASI dan tekstur makanan juga sangat penting sekali untuk diperhatikan bersama.

Hal lumrah yang seringkali terjadi adalah baik orang tua maupun mertua membuat masakan atau memberikan makanan yang sebenarnya belum atau tidak boleh diberikan kepada bayi untuk dikonsumsi sesuai usia si buah hati.

Akan tetapi, masalah ini tidak boleh dianggap sebagai hal sepele begitu saja. Orangtua dan mertua kerap menyama ratakan apa yang mereka terapkan dulu bisa disamakan dengan zaman sekarang.

Bila di zaman dulu menurut literasi yang kami baca maupun dari informasi para tetua yang dikabarkan secara lisan menyebutkan bahwa bayi-bayi zaman dulu memiliki kondisi fisik yang relatif kuat. Ketika belum genap usia pemberian MPASI pun bayi sudah bisa disuapi pisang oleh neneknya.

Berbeda dengan zaman sekarang, kondisi bayi lebih rentan dan memerlukan perlakuan khusus dan hati-hati. Dalam artian bahwa memperlakukan "bayi zaman now" perlu ilmu atau wawasan parenting.

Jika memperlakukan bayi secara asal-asalan maka akibatnya akan sangat fatal, bisa saja nyawa bayi yang menjadi taruhannya.

Kasus kematian bayi karena minimnya pengetahuan tentang MPASI

Sebagaimana yang terjadi di kampung kami bahwa pernah ada kejadian yang menghebohkan warga sekitar bahwa seorang bayi meninggal dunia setelah disuapi pisang oleh neneknya.

Karena cucunya rewel dan masih saja menangis walaupun sudah diberikan ASI oleh ibunya. Sehingga menyebabkan si nenek merasa bahwa bayi tersebut masih merasa lapar. 

Berbekal pengalaman yang sejak dulu ia amalkan pada anak-anaknya yang sudah memberikannya cucu saat ini, akhirnya si nenek melakukan hal yang sama pada cucunya tersebut.

Padahal kala itu belum waktu yang pas untuk memberikan pisang pada bayi lantaran usia bayi yang belum mencapai usia 6 bulan.

Tidak hanya sekali saja pemberian pisang kepada bayi tersebut. 

kompas.com
kompas.com

Pada awalnya setelah bayi memakan pisang yang sudah dikerok walau dengan tekstur yang dirasa sudah halus, bayi memang diam tidak menangis lagi lalu bayi tersebut tertidur.

Tak lama setelah itu ketika bayi kembali terbangun dan setelah mendapatkan ASI dari ibunya, ia masih saja cenderung rewel dan menangis.

Akibatnya, si nenek kembali berinisiatif untuk memberikan kerokan pisang kepada cucunya itu.

Keesokan harinya si bayi mengalami kondisi kesehatan yang sangat menurun secara drastis. Kemudian pihak keluarga membawa bayi ke rumah sakit. Dalam perjalanan bayi tersebut telah menghembuskan nafas terakhirnya.

Dari hasil pemeriksaan pihak dokter rumah sakit diketahui bahwa kondisi lambung bayi tersebut telah membiru seperti memar yang sangat parah.

Kata dokter hal tersebut terjadi akibat lambung bayi belum kuat mencerna makanan yang dianggap masih padat.

Maka sangat kuat dugaan bahwa semua itu terjadi akibat pemberian pisang tadi. dan dokter memang membenarkan bahwa hal tersebutlah yang biasanya menjadi penyebab kasus kematian bayi yang diberikan MPASI tapi belum cukup umur.

Pentingnya mengedukasi para nenek tentang pemberian MPASI (ilustrasi Shutterstock via Kompas.com)
Pentingnya mengedukasi para nenek tentang pemberian MPASI (ilustrasi Shutterstock via Kompas.com)

Perlunya mengedukasi para generasi tua terkait MPASI di zaman kini

Kasus kematian bayi yang diakibatkan kurangnya wawasan ilmu pengetahuan tentang pemberian MPASI sebagaimana yang telah penulis kisahkan diatas memang sangat disayangkan sekali jika hal tersebut harus terjadi.

Dari kasus tersebut menyadarkan kita bahwa perlunya memberikan edukasi atau pencerahan kepada pada generasi tua atau para nenek bahwa pentingnya pengetahuan dan perencanaan yang benar-benar matang dan terukur terkait pemberian MPASI ini.

Pertama, berterus terang kepada orang tua atau mertua tentang kesiapan bayi menerima MPASI. Jika memang usia bayi belum mencukupi untuk diberikan MPASI maka tidak perlu dipaksakan untuk buru-buru memberikan bayi MPASI.

Apa yang dialami oleh bayi seperti segala proses tumbuh kembang bayi perlu disampaikan secara terus terang kepada neneknya.

Hal ini bisa menjadi langkah preventif agar nenek si bayi tidak melakukan tindakan yang tanpa sadar ternyata bisa saja membahayakan bayi.

Kedua, mengedukasi para nenek dengan wawasan kekinian tentang pemberian MPASI. Seperti yang sama-sama kita ketahui bahwa apa yang dialami oleh para orang tua dan bayi pada zaman dahulu akan ada beberapa hal yang berbeda dengan apa yang dialami oleh orang tua dan bayi zaman kini.

Dunia parenting telah semakin maju setelah dilakukannya berbagai riset, penelitian dan kajian terkait kondisi terkini yang dialami oleh para bayi di seluruh dunia.

Oleh karena itu kita bisa memberikan pencerahan secara bijak dengan metode penyampaian secara sopan santun agar generasi tua ini tidak tersinggung atau merasa bahwa pengalamannya menjadi tidak dihargai pada masa kini.

Selain informasi ini disampaikan secara lisan dengan baik-baik kepada orang tua maupun mertua. untuk lebih meyakinkan para nenek maka kita bisa memperlihatkan info dari berita atau video terkait kasus kematian bayi akibat “malpraktek” pemberian MPASI.

Dengan cara demikian kami rasa para nenek akan mendapatkan pencerahan dan menghargai itu semua.

Sehingga orang tua kita atau mertua tidak perlu capek-capek memasakkan menu MPASI yang pada akhirnya akan kita tolak karena masih belum layak untuk diberikan kepada bayi.

Ketiga, selalu berdiskusi kepada para nenek terkait segala hal yang dialami oleh bayi. Ketika para nenek telah mendapatkan pencerahan dan wawasan kekinian tentang dunia parenting dan perkembang kondisi bayi di masa kini. Maka langkah berikutnya adalah dengan selalu mengajak orang tua atau mertua untuk berdiskusi.

Walau bagaimanapun perhatian yang dipersembahkan oleh para nenek untuk cucunya adalah suatu hal yang sangat berarti.

Oleh sebab itu kita perlu selalu mengajak generasi tua atau para nenek ini untuk berdiskusi tentang segala hal yang dirasa pilihan keputusan paling tepat yang akan diterapkan kepada bayi.

Berbekal wawasan dan ilmu parenting yang kita miliki dan ditambah dengan pengalaman dan informasi penting dari para nenek, maka diharapkan wawasan kita akan semakin kaya dan bermanfaat.

Nenek peduli pemberian MPASI untuk cucu (via arigetas.com)
Nenek peduli pemberian MPASI untuk cucu (via arigetas.com)

Pandangan berbeda soal pemberian menu MPASI ini harus dapat kita tangani dengan baik dan secara bijak dalam menyikapinya. Di sisi lain jika ada hal-hal yang dirasa kurang sesuai atau tidak tepat untuk diterapkan kepada bayi, maka kita tidak perlu sungkan untuk menolaknya.

Tidak ada yang perlu kita khawatirkan misalnya hubungan kita dengan mertua akan menjadi renggang ataupun ketakutan-ketakutan tak beralasan lainnya yang ada di benak kita.

Karena sejatinya orang tua maupun mertua akan menghargai itu semua jika menyangkut kebaikan atau kepentingan si bayi.

Seperti itulah yang bisa kami paparkan disini perihal pentingnya memberikan pencerahan dan edukasi kepada para nenek tentang hal sepatutnya yang harus diterapkan kepada bayi.

Semoga membawa manfaat dan menambah wawasan kita semua tentang seluk-belum pemberian MPASI ini.

 

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

[Akbar Pitopang]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun