Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lagu Anak dan Lagu Daerah Jadi Konten Kesenian Pembentuk P5 Kurikulum Merdeka

19 Agustus 2022   07:00 Diperbarui: 3 September 2022   18:49 3751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menyanyikan lagu anak-anak bersama teman sebaya (Sumber Gambar: Freepik.com via Kompas.com)

Apa yang telah terjadi di Istana Negara kemarin pada perayaan HUT Kemerdekaan ke-77 RI menarik perhatian terutama aksi seorang bocah yang menyanyikan lagu dangdut koplo di hadapan para undangan dan semua hadirin.

Pertunjukan aksi tersebut cukup disayangkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Masyarakat mempertanyakan mengapa hal tersebut harus terjadi karena ada beberapa catatan yang dirasa kurang pantas terkait aksi tersebut.

Disini kita tidak menjustifikasi sosok bocah yang menampilkan bakat bernyanyi dengan suaranya yang merdu tersebut. Masyarakat mengapresiasi keberanian dan rasa percaya dirinya yang patut diacungi jempol.

Hanya saja, ketika menyaksikan seorang bocah menyanyikan lagu dewasa sepertinya menjadi pemandangan yang jauh dari unsur edukasi. Padahal aksi tersebut dipertontonkan kepada seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di istana negara dan dimanapun masyarakat berada termasuk yang menyaksikannya secara streaming dan dari layar kaca di rumah masing-masing.

Penampilan bocah tersebut tidak hanya mengundang perhatian orang dewasa tetapi tentu juga akan mengundang perhatian dari anak-anak atau generasi muda yang seusia dengannya.

Untuk penampilan bakat yang ditampilkan oleh bocah tersebut memang patut diacungi jempol dan perlu kita apresiasi. Dimana baca tersebut sudah berani dan tampil percaya diri untuk membawakan lagu di tempat yang cukup sakral bagi sebagian masyarakat yakni di lingkungan Istana Negara.

Hanya saja sepertinya aksi tersebut telah mencederai “kehikmatan” dan kesakralan perayaan HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara.

Masyarakat banyak yang menilai bahwa lagu tersebut tidak pantas dipertontonkan oleh seorang penyanyi yang masih anak-anak dan masih berstatus sebagai siswa sekolah.

Jika memang niatnya untuk mengapresiasi kepopuleran yang telah diraih oleh bocah tersebut karena sempat menjadi trending di YouTube dan lintas media sosial, seharusnya lagu yang dibawakannya adalah lagu nasional atau lagu daerah maupun lagu anak-anak sesuai dengan usianya saat ini.

Sehingga perayaan HUT Kemerdekaan ke-77 RI dianggap sebagai momentum hancurnya marwah lagu anak-anak di mata masyarakat luas. 

Sepertinya tidak ada lagi yang peduli dengan eksistensi lagu anak-anak yang sudah mulai dilupakan dan tidak lagi dikenalkan kepada anak-anak. 

Sehingga dewasa ini keberadaan lagu anak-anak seperti sudah menjadi sesuatu hal yang langka dan mulai memasuki masa kepunahan.

Akibatnya anak-anak saat ini sudah jarang mendengarkan lagu anak-anak yang lebih pantas untuk mereka dengar dan simak bait liriknya. 

Sebaliknya, anak-anak malah setiap saat terpapar lagu dewasa seperti yang mereka simak di akun media sosial yang mereka miliki.

Maka jangan heran jika anak-anak saat ini banyak yang sudah puber sebelum masanya. Banyak dari sikap anak-anak saat ini yang tidak pantas dan menyalahi aturan dan norma kesusilaan. 

Bahkan aksi bully yang terjadi selama ini bisa jadi sebabkan oleh rendahnya rasa toleransi anak-anak karena mereka tidak lagi mendengarkan lagu-lagu yang mengajarkan hal baik yang sebenarnya terdapat pada lagu anak-anak.

Walaupun sikap dan karakter anak-anak dan para generasi muda saat ini sudah banyak yang menyimpang dan seakan-akan seperti sudah tidak terarah lagi namun tetap saja masyarakat seperti acuh dan mengabaikannya begitu saja. 

Bahkan pihak istana negara atau pihak pemerintah sekalipun juga tutup mata dan telinga terhadap permasalahan anak bangsa yang satu ini. 

Seolah-olah negara benar-benar akan melupakan eksistensi dari lagu anak-anak karena sudah tidak tampak lagi rasa kepedulian untuk menyelamatkan eksistensi lagu anak-anak.

Salah satu buktinya tentu berkaitan dengan insiden yang telah terjadi kemarin di Istana Negara.

Hal ini menjadi PR bagi kita semua untuk mengembalikan marwah lagu anak-anak agar kembali eksis dan membawa manfaat positif bagi para generasi yang hidup di masa kini dan menjadi warisan kebaikan untuk generasi yang akan datang dan seterusnya.

Kemendikbud: anak butuh lagu sesuai usianya. (ilustrasi Shutterstock via Kompas.com)
Kemendikbud: anak butuh lagu sesuai usianya. (ilustrasi Shutterstock via Kompas.com)

Korelasi antara lagu anak-anak sebagai konten pelajaran kesenian dan upaya pembentukan Profil Pelajar Pancasila

Sepertinya penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka saat ini dapat dijadikan momentum untuk kembali mengenalkan dan mengajarkan lagu anak-anak.

Pengenalan lagu anak-anak ini bisa menjadi sebuah konten pelajaran pada muatan lokal atau mata pelajaran kesenian.

Untuk mengisi kegiatan kesenian maka para siswa diperdengarkan lagu anak-anak baik dari lagu yang sudah beredar saat ini maupun merangsang siswa untuk menciptakan lagu anak-anak secara mandiri maupun berkelompok.

Kegiatan pada muatan lokal dan mata pelajaran kesenian ini akan memiliki efek positif yang berbanding lurus dengan upaya pembentukan Profil Pelajar Pancasila.

Dalam Profil Pelajar Pancasila terdapat 6 dimensi yang semuanya memiliki tautan dan keterkaitan kepada lagu anak-anak.

Lirik yang ada pada lagu anak-anak ini bisa menjadi pelajaran positif untuk membentuk Profil Pelajar Pancasila.

Nah begitu luar biasa manfaatnya jika lagu anak-anak kembali diajarkan kepada para siswa karena dapat memiliki efek dan dampak positif untuk membentuk karakter Profil Pelajar Pancasila pada diri siswa sebagaimana yang dicita-citakan oleh Kurikulum Merdeka.

Peranan dan tanggung jawab semua pihak membentuk karakter bangsa melalui lagu anak-anak

Tanggung jawab untuk pembentukan generasi bangsa dengan ciri Profil Pelajar Pancasila sejatinya tidak boleh hanya dibebankan kepada guru, sekolah atau dunia pendidikan saja. Namun hendaklah semua pihak mengambil peran dan posisinya masing-masing.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan oleh semua pihak terkait demi menjaga eksistensi untuk terus menyebarkan nilai-nilai positif pada lagu anak-anak.

1. Orang tua mendukung pengenalan lagu anak-anak kepada anak saat di rumah

Untuk mengisi dan menghibur anak saat berada di rumah maka orang tua bisa memutar lagu anak-anak.

Bahkan orang tua dan anak bisa menyanyikannya secara bersama untuk membangun kekompakan antara orang tua dan anak.

Jika misalkan orang tua lupa judul atau lirik lagu anak-anak yang hendak didengarkan kepada anak maka orang tua bisa memanfaatkan handphone yang terhubung ke jaringan internet untuk mengakses lagu tersebut.

Agar anak menjadi lebih terhibur tentu orang tua bisa membantu memutarkan lagu anak-anak dari video-video yang telah diunggah di media sosial ataupun di YouTube. Sehingga anak-anak menjadi semakin tertarik untuk mengenal lagu anak-anak yang penuh dengan nuansa keceriaan yang sesuai dengan usia dan fase perkembangan kognitif dan karakter anak-anak.

Jika ada kegiatan lomba cipta lagu anak-anak maka orang tua juga dapat memotivasi anak untuk mengikuti ajang perlombaan tersebut. Hal tersebut tentu akan semakin merangsang dan menemukan rasa cinta lagu anak-anak pada diri mereka masing-masing.

2. Peranan media dalam menjaga eksistensi lagu anak-anak

Minimnya pengetahuan generasi muda saat ini tentang lagu anak-anak penyebabnya karena kurangnya perhatian dan kepedulian media.

Saat ini program televisi semuanya sudah didominasi oleh program yang cocok untuk orang dewasa.

Bahkan untuk program pencarian bakat yang dibuat oleh stasiun televisi tidak lagi memberikan perhatian lebih terhadap isi lagu anak-anak. Ada peserta anak-anak yang mengikuti acara pencarian bakat tersebut tapi yang bakat yang ditampilkan adalah kelihaian dalam membawakan lagu dewasa.

Mungkin kedepannya alangkah lebih baiknya jika media massa yang ada saat ini memberikan porsi untuk pendengaran lagu anak-anak.

Misalkan dengan kegiatan cipta lagu anak-anak atau lomba menyanyikan lagu anak-anak yang sudah dipopulerkan saat ini.

Pihak radio pun sebaiknya juga ikut memberikan kontribusi dengan mempertentangkan lagu anak-anak.

3. Pemerintah membuka mata dan menunjukkan kepedulian untuk melestarikan lagu anak-anak

negara yang maju tentu dibangun oleh generasi yang berkarakter dan memiliki moral yang baik.

kemajuan suatu negara tidak hanya diukur dari banyaknya gedung-gedung pencakar langit, dibangunnya jalan tol, atau berbagai infrastruktur yang futuristik lainnya. 

Lebih dari itu semua bahwa pembangunan karakter bangsa jauh lebih penting dan harus lebih diprioritaskan oleh pemerintah.

Bagaimana mungkin para generasi bisa ikut berkontribusi membangun negaranya jika yang ada dalam benaknya hanya kegalauan karena asrama, jatuh cinta, dan semacamnya.

Pemerintah harus mengambil langkah preventif untuk kembali berupaya menciptakan generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang sesuai amanat dan cita-cita para pendiri negara ini.

Walau sepertinya sudah terlambat, tapi setidaknya pemerintah harus menunjukkan keseriusan untuk memulihkan kembali keadaan agar kasus-kasus yang pelakunya masih dibawah umur atau anak-anak ini tidak terulang lagi di kemudian hari.

4. Para content creator dan influencer ikut kampanye lagu anak-anak menjadi konten yang menarik

Upaya mengembalikan eksistensi lagu anak-anak ini dapat sejalan dengan apa yang telah dilakukan oleh seniman Alffy Rev yang mengangkat atau memperkenalkan kembali lagu-lagu daerah yang dikemas secara apik dan penuh dengan daya imajinasi “tingkat dewa”.

Jika lagu anak-anak dikemas dengan pembawaan yang apik seperti hasil karya yang ditunjukkan seniman Alffy Rev tersebut maka kami rasa marwah lagu anak-anak akan kembali bangkit dan terangkat ke level yang pantas dan layak.

Untuk karya “Wonderland Indonesia” 1 dan 2 ini Alffy Rev berkolaborasi dengan penyanyi seperti Novia Bachmid. Maka kedepannya Alffy Rev bisa mengajar penyanyi cilik untuk menyanyikan lagu anak-anak. Sepertinya penyanyi cilik yang sedang naik daun yakni Farel Prayoga bisa diajak untuk berkolaborasi maupun penyanyi cilik lainnya.

Apa yang dilakukan seniman yang satu ini hendaknya dapat menginspirasi para influencer atau para content creator lainnya untuk ikut mengambil peran dalam upaya mengangkat eksistensi lagu anak-anak atau lagu daerah yang dibawakan oleh anak-anak.

Nilai-nilai positif yang disematkan pada lagu anak-anak sebenarnya juga ditemukan pada lagu-lagu daerah. 

Anak-anak dan generasi muda ini selain diajarkan lagu anak-anak, sebaiknya juga diajarkan lagu-lagu daerah.

Karena ketika anak-anak mengenal lagu-lagu daerah ini maka akan timbul rasa mencintai negeri ini karena kaya akan keberagaman dan “kebersatuan”.

Murid-murid SD Gemala Ananda, Lebak Bulus, Jakarta, berlatih menyanyi lagu anak dan lagu daerah di sekolahnya (KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)
Murid-murid SD Gemala Ananda, Lebak Bulus, Jakarta, berlatih menyanyi lagu anak dan lagu daerah di sekolahnya (KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

Marilah kita sama-sama kembali mengenalkan lagu anak-anak maupun lagu-lagu daerah kepada generasi muda.

Daripada anak terus-menerus terkontaminasi efek negatif dari lagu-lagu dewasa yang belum cocok mereka nyanyikan.

Alangkah lebih pantas bila anak-anak kita ajarkan lagu anak dan lagu daerah sehingga mereka dapat menemukan penawar atas efek negatif yang telah menjangkiti pikiran dan kepribadian mereka selama ini.

Siapapun anda, semuanya bertanggung jawab dan dapat mengambil peran untuk mengajarkan lagu anak-anak sebagai upaya pembangunan karakter bangsa yang berbudi luhur dan berbudi pekerti.

Jika anda sudah berstatus sebagai orang tua, anda tentu akan memiliki beban moral yang sangat besar. Mana mungkin anda akan membiarkan anak terpapar efek negatif yang dimaksud yang dapat merubah anak anda menjadi pribadi yang tidak berkarakter.

Sedangkan bagi anda yang masih lajang dan tergolong sebagai generasi muda, maka langkah sederhana yang bisa ditempuh dalam ikut mengajarkan lagu anak-anak ini kepada adik, sepupu maupun keponakan.

Pada intinya, kita semua memiliki tanggung jawab dan janganlah kita menutup mata atau mengabaikan peranan untuk upaya menciptakan generasi bangsa yang berkarakter dan menjadi generasi yang luar biasa yang dapat kita banggakan. 

Semoga ulasan ini membawa manfaat dan mencerahkan. Aamiin..

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

[Akbar Pitopang]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun