Pernikahan adalah suatu hal yang sangat penting yang menjadi salah satu kebutuhan mendasar bagi semua orang.
Sepertinya tidak ada seorang pun manusia di muka bumi ini yang siap untuk hanya hidup sendiri tanpa pendamping disisinya padahal penting untuk menemani suka dan duka dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.
Namun, jika membicarakan sebuah topik tentang pernikahan ini berujung menjadi sebuah obrolan yang sangat sensitif karena menyangkut privasi seseorang.
Apalagi jika pertanyaannya seputar hal-hal yang bersifat personal seperti; "kapan menikah?".
Bagi yang sudah memiliki calon pendamping hidup tentu akan sedikit lega untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Tapi lagi-lagi pertanyaan yang bisa menjadi sebuah beban dan tekanan, kapan menikah?
Menikah bukan soal siapa paling cepat bersanding di pelaminan. Menikah bukan suatu perkara sederhana seperti melaju di lintasan sirkuit untuk mencari pemenang siapa yang paling cepat mencapai garis finish. Bukan seperti itu.Â
Apalagi untuk situasi dan kondisi seperti saat ini yang dipenuhi oleh berbagai permasalahan kehidupan yang begitu kompleks yang memengaruhi berbagai bidang.
Sehingga kemungkinan besar pasangan muda saat ini yang berasal dari generasi yang dikenal dengan istilah kaum milenial dan Gen Z, mereka memiliki pertimbangan yang sangat matang dalam menentukan kata final, yakni menikah.
Seperti yang diutarakan oleh Kakek Merza tentang pandangan anaknya sendiri dan para generasi Z, bahwa saat ini cukup sulit menjadi sebuah tantangan untuk bisa mempercayai orang lain untuk "istiqomah" seumur hidup. Sehingga sebagai langkah pengamanan diperlukan Perjanjian Pranikah (Prenuptial Agreement).