Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Harga Mi Instan Naik, Anak Kost Jangan Galau! Ada 3 Hal yang Perlu Dicermati

11 Agustus 2022   12:36 Diperbarui: 13 Agustus 2022   21:19 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mie instan (freepik via Kompas.com)


Aduh, harga mie instan bakalan naik atau tambah mahal. Bikin panik gak tuh..

Kini, harga-harga kebutuhan pokok sebagai kebutuhan mendasar mulai merangkak naik. Semua disinyalir akibat pengaruh perang Rusia-Ukraina, resesi dan inflasi di banyak negara, dan sebagainya.

Efek dari permasalahan global tersebut juga berimbas pada harga berbagai barang di dalam negeri.

Indonesia menjadi latah dan ikut-ikutan menaikkan harga berbagai barang dan produk dalam negeri.

Termasuk berita teranyar adalah kenaikan harga mie instan. Padahal eksistensi mie instan ini sangat erat kaitannya dengan berbagai sendi kehidupan masyarakat dari berbagai kalangan.

Rencana kenaikan harga mie instan ini menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat baik di dunia nyata, apalagi di dunia maya sebagai netizen yang hanya bermodalkan bacotan tanpa memikirkan ulang komentar yang akan dikirimkan terlebih dahulu.

Sehingga rencana kenaikan harga mie instan ini menjadi heboh dan cepat sekali viralnya.

Mie instan termasuk menu makanan yang sangat populer dan terjangkau. Semua kalangan sangat menyukainya bahkan mie instan punya segmentasi penggemarnya tersendiri.

Mie instan ikut mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Untuk berbagai kegiatan yang melibatkan banyak orang, biasanya mie instan menjadi pilihan menu makanan yang akan dihidangkan untuk disantap bersama.

Karena konsep yang diusung adalah instanisasi atau kemudahan dalam proses atau cara mengolahnya sehingga mie instan menjadi pilihan nomor wahid ketika dalam keadaan darurat atau urgent.

Kenaikan harga mie instan ini disebabkan tak lain karena bahan bakunya berupa gandum yang distribusinya terhambat karena adanya perang Rusia-Ukraina. Dimana Rusia termasuk negara yang mengekspor komoditas gandum termasuk untuk Indonesia.

Oleh sebab itu, kini ada alasan logis untuk menaikkan harga mie instan. 

Kenaikan harga mie instan ini sebenarnya cukup disayangkan sekali. Sehingga ada beberapa hal yang perlu dilakukan guna menyikapi isu yang satu ini.

1. Mengembangkan bahan baku mie instan dari bahan baku lokal

Selama ini yang kita tahu bahwa bahan baku yang sangat populer untuk memproduksi mie instan berasal dari gandum. Negara Indonesia sebagai salah  satu negara yang memproduksi mie instan skala massal dan ikut pula menjadi pemain untuk ekspor mie instan ini masih sangat bergantung kepada bahan baku gandum.

Seharusnya mungkin Indonesia jangan sampai bergantung kepada gandum untuk produksi mie instan ini. Lantaran Indonesia memiliki banyak bahan baku lokal yang bisa dijadikan alternatif bahan baku pembuatan mie instan.

Sebut saja misalnya jagung, umbi-umbian, sorgum, sagu, dan lain sebagainya. Jumlah bahan baku lokal ini tentu akan lebih mudah untuk didapatkan karena proses produksinya sejalan dengan kondisi tanah di negeri ini. 

Biji sorgum sebagai alternatif bahan baku mie (SHUTTERSTOCK/MAREKULIASZ via Kompas.com)
Biji sorgum sebagai alternatif bahan baku mie (SHUTTERSTOCK/MAREKULIASZ via Kompas.com)

Sudah selayaknya Indonesia memanfaatkan bahan baku lokal sehingga biaya produksi yang disebabkan oleh kegiatan impor gandum ini bisa ditekan sedemikian rupa sehingga harga produk mie instan masih bisa dijual dengan harga yang terjangkau di pasaran.

Untuk kedepannya, jika gandum belum mampu untuk digantikan seratus persen, maka untuk bahan baku pembuatan mie instan ini tetap dengan mencampurkan gandum dengan bahan baku lokal yang terpilih.

Intinya, kita tidak boleh terus-menerus bergantung kepada gandum. Lantas untuk mendapatkan gandum masih harus didapatkan dengan cara impor. 

Seharusnya jika memang Indonesia memang menjadi salah satu pemain yang cukup menonjol untuk produksi mie instan ini, Indonesia harus dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk memberikan pengaruh dalam pemilihan bahan baku pembuatan mie instan. 

Agar lidah para pelanggan mie instan menjadi terbiasa dengan mie instan berbahan baku lokal. Dan hal itu memberikan banyak manfaat dan keuntungan jika memproduksi mie instan ini berbahan baku lokal.

2. Mengganti mie instan dengan panganan lokal

Jika memang kedepannya harga mie instan akan menjadi mahal bahkan katanya harganya naik 3 kali lipat. Maka masyarakat dengan cerdas bisa beralih memanfaatkan produk serupa yang merupakan panganan lokal yang cukup menjanjikan.

Misalnya saja mie sagu sebagai salah satu produk olahan mie berbahan baku sagu yang menjadi salah satu produk mie yang diproduksi di wilayah Riau dan menjadi menu makanan yang sangat populer di Pekanbaru.

Mie sagu adalah salah satu kuliner yang menjadi menu makanan khas masyarakat di Riau khususnya masyarakat Selat panjang dan Pulau Tebing Tinggi yang berada di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. 

Mie sagu ini terbuat dari bahan baku sagu yang berasal dari wilayah Bengkalis dan Kepulauan Meranti. 

Berbeda dengan masyarakat dari wilayah timur Indonesia yang mengolah sagu menjadi papeda. Sedangkan bagi masyarakat Riau, sagu diolah menjadi mie yang khas dengan tekstur yang lembut dan kenyal dibandingkan mie dari terigu.

Mie sagu (Sumber foto dari riau.go.id)
Mie sagu (Sumber foto dari riau.go.id)

Mie sagu memiliki karakteristik yang berbeda dengan mie yang terbuat dari  bahan tepung terigu. Mie sagu ini berukuran lebih besar dan lebih transparan dibandingkan mie dari terigu. 

Mie Sagu sudah ada sejak dahulu kala dan menjadi panganan yang diminati masyarakat hingga hari ini. Karena mie sagu sendiri mudah didapat di pasaran. 

Penulis pun termasuk salah satu penggemar mie sagu ini. Jika ada dua pilihan yakni mie instan dan mie sagu, maka penulis lebih memilih mie sagu untuk dikonsumsi. Sungguh sangat menarik sekali dan memiliki sensasi tersendiri ketika mengkonsumsi mie sagu ini. 

Untuk memasak mie sagu pun juga sangat gampang dan mudah sekali. Anak kost sekalipun bisa dengan mudah untuk memasaknya. Maka untuk para perantau atau anak kost boleh mencoba mie sagu sebagai andalan untuk solusi jitu akibat harga mie instan yang makin mahal.

3. Menimbang kembali takaran gizi pada mie instan

Selama ini memang benar bila mie instan menjadi pilihan nomor wahid ketika dalam keadaan darurat misalkan pada saat momen akhir bulan. 

Emak-emak doyan sekali memasak mie instan ini ketika pikirannya sedang buntu dan tidak memiliki ide untuk memasak menu yang lainnya. 

Begitu pula dengan pelajar atau warga yang merantau, ketika uang di kantong mulai menipis maka mie instan bisa menjadi penyelamat dan obat mujarab penghilang rasa lapar.

Tapi, sejauh ini kita masih acuh dengan takaran gizi yang terkandung pada mie instan itu sendiri.

Dalam sebungkus mie instan dilengkapi dengan bumbu-bumbu khas yang sangat menggoda selera. rasanya yang unik dan begitu lezat menjadikan kita semua tidak bisa menolak jika dihidangkan menu mie instan di hadapan kita masing-masing.

Namun, sebenarnya kita semua tahu bahwa produksi mie instan dicampur dengan bahan pengawet, pewarna dan bahan lainnya yang cukup membahayakan kesehatan tubuh dalam jangka panjang.

Seharusnya mengkonsumsi mie instan bukan dijadikan sebagai suatu kebiasaan. Namun, hendaknya hanya sekedar selingan untuk penghilang rasa jenuh.

Ilustrasi mie instan (freepik via Kompas.com)
Ilustrasi mie instan (freepik via Kompas.com)

Dalam seporsi mie instan umumnya mengandung; 219 kalori yang terdiri atas 14% lemak, 73% karbohidrat, dan 13% protein. serta pula ada 3,3 gram total lemak, 40,02 gram karbohidrat, 7,22 gram protein, 46 mg kolesterol dan 378 mg sodium.

Karena kurangnya gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam seporsi menu mie isntan, maka memasak mie instan selayaknya dicampur dengan bahan lain berupa telur, seafood, nori, sayuran, dan bahan organik lainnya yang bermanfaat untuk tubuh. 

Kita semua tidak perlu terlalu risau ketika nanti harga mie instan memang diharuskan naik bahkan hingga 3 kali lipat seperti yang diwacanakan oleh pemerintah. 

Jika memang harganya naik menjadi 3 kali lipat, itu artinya harga mie instan sudah sejajar dengan seporsi nasi padang. Jika memang demikian, lebih kita kita memilih nasi padang dengan lauk yang cukup bervariatif dan juga bergizi.

Itu hanya contoh sederhananya saja. Bila harga mie instan menjadi mahal, lebih baik kita memilih menu makanan lainnya yang lebih menguntungkan baik segi ekonomi maupun kesehatan tubuh. 

Demikianlah beberapa hal yang bisa kita sikapi mengenai rencana kenaikan harga mie instan ini. 

Mie instan memang lezat, tapi mie instan bukan segalanya.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

[Akbar Pitopang]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun