Salah satu prinsip penting yang dihadirkan dalam Kurikulum Merdeka yakni siswa dibentuk menjadi manusia yang berkarakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Jika dulu di Kurikulum 2013, Pendidikan Karakter menjadi ciri khas dalam penerapannya. maka pada kurikulum yang teranyar ini Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang menjadi "goal" yang hendak dicapai dengan pembentukan karakter yang dimaksud ke dalam diri setiap siswa.
Profil Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai insan pelajar sepanjang hayat yang disiapkan memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.
Maka, dalam Kurikulum Merdeka, Profil Pelajar Pancasila ini menjadi tujuan dari berbagai strategi dan metode yang dihadirkan dalam pembelajaran.
Berdasarkan Kepmendikbudristek No. 56 Tahun 2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan yang dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Lalu, timbul pertanyaan, apakah sekolah bisa membentuk siswanya menjadi generasi bangsa yang berkarakter sesuai Profil Pelajar Pancasila?
Namun, sebelum itu sekolah atau guru harus memastikan bahwa setiap siswa sudah memahami dengan baik kelima sila yang terdapat dalam Pancasila.
Memahami makna Pancasila bagi siswa mungkin belum lah semudah yang dilakukan orang dewasa. Setidaknya bagi siswa SD atau siswa pendidikan dasar dan menengah, upaya memahami makna dan pesan penting yang terkandung dalam Pancasila masih butuh apersepsi dari orang dewasa seperti oleh guru maupun dari orang tuanya.
Upaya membentuk karakter P5 pada siswa tidak hanya dilakukan oleh guru di kelas dengan cara mengakselerasikannya pada materi pelajaran dalam proses pembelajaran.Â
Tapi juga dilakukan pada saat pelaksanaan Upacara Bendera.
Ya, bahwa benar sekali bahwa pada setiap pelaksanaan Upacara Bendera yang dilakukan di sekolah pasti ada momen pembacaan teks Pancasila yang dipandu oleh Pembina Upacara dan diikuti oleh segenap peserta upacara bendera yang hadir kala itu.
Sejak penulis masih kecil dan duduk di bangku Sekolah Dasar, hingga kini telah menjadi seorang pendidik yang kebetulan bertugas di Sekolah Dasar. Pola atau tata cara pembacaan teks Pancasila pada saat pelaksanaan Upacara Bendera masih tetap sama.
Bahwa akan ada seorang siswa yang ditunjuk untuk memegang teks Pancasila, lalu ketika sudah tiba waktunya sesuai urutan yang disampaikan oleh Pembawa Acara, maka siswa tadi akan menyerahkan teks Pancasila kepada Pembina Upacara.
Pola dan tata caranya seperti itu terus dan tidak ada perubahan sama sekali.
Timbul pertanyaan lagi, apakah dengan cara seperti itu siswa dapat memahami dan menjadikan Pancasila sebagai suatu hal penting dalam upaya pembentukan karakter siswa?
Kami menilai bahwa cara tersebut belum bisa dikatakan berhasil dengan baik. Bahwa sebenarnya untuk dapat memahami sesuatu hal dengan baik, salah satu caranya kita perlu mentransfer setiap kata atau teks ke dalam alam bawah sadar dan otak kita.Â
Tentu salah satu hal yang bisa dilakukan dengan menghafal teks Pancasila tersebut. Pancasila ini kami rasa perlu dihafal. Karena setiap kata yang tersusun menjadi sebuah sila dalam Pancasila sangat luar biasa dengan gaya bahasa yang nilainya tinggi sekali.
Oleh sebab itu, kami merekomendasikan ada perubahan tata cara dalam pelaksanaan Upacara Bendera.Â
Yakni, tidak perlu lagi ada seorang siswa yang ditunjuk untuk menyerahkan teks Pancasila kepada Pembina Upacara.
Ketika pembawa acara menyampaikan urutan acara selanjutnya yakni pembacaan teks Pancasila, maka pembina upacara dapat langsung membacakan sila demi sila dalam Pancasila dengan cara mendiktekan dan semua siswa mengikuti atau ikut membacakan teks Pancasila seperti biasanya.
Dengan perubahan cara tersebut, kami menilai ada beberapa hal mendasar yang akan merubah mindset warga sekolah dalam memandang Pancasila.Â
1. Pembina Upacara wajib sudah hafal teks Pancasila di luar kepala dengan fasih dan lancar.
Maka sebelum Pembina Upacara ditunjuk untuk memimpin jalannya pelaksanaan upacara bendera, yang bersangkutan dipastikan sudah hafal Pancasila dengan baik. Atau dengan kata lain bahwa Kepala Sekolah, guru serta tenaga kependidikan yang ditunjuk untuk menjadi pembina upacara pasti akan mempersiapkan dirinya dengan baik agar esok pada saat pelaksanaan upacara bendera di lapangan sekolah, ia tidak mempermalukan dirinya sendiri jika sampai Pancasila masih belum hafal.
2. Siswa akan menilai Pancasila adalah sesuatu hal yang sangat penting untuk dipahami.
Ketika pembina upacara menyampaikan Pancasila tanpa teks di hadapan seluruh peserta upacara yang notabene adalah para siswa maka siswa dapat menilai pentingnya menjadikan Pancasila sebagai sesuatu hal yang wajib untuk selalu diingat dengan baik. Dengan begitu, mereka akan menjadikan Pancasila sebagai sesuatu yang berharga. Siswa tidak hanya akan sekedar menghafalnya, namun menjadikan Pancasila sebagai pedoman untuk pembentukan karakter.Â
3. Pancasila dapat menjadi cara untuk menjadi warga negara dan generasi bangsa yang baik.Â
Bahwa sudah sangat jelas bahwa semua sila dalam Pancasila mengandung pesan yang sungguh mengandung nilai yang hakiki untuk menjalankan hidup dan kehidupan sosial, kemasyarakatan, berbangsa dan bernegara sebagaimana mestinya. Sehingga ketika seseorang sudah selalu mengingat semua sila dalam Pancasila dengan baik tanpa ada sedikitpun kekeliruan, maka ia dapat berlaku menjadi seorang manusia Pancasila secara utuh.
4. Pancasila dihadirkan bukan sekedar bentuk seremonial belaka.Â
Jika tata cara dan gaya lama dalam pelaksanaan upacara bendera masih terus dilakukan maka sama saja bahwa pembacaan teks Pancasila hanya sebagai bentuk seremonial. Pancasila hanya akan dibacakan dengan lantang tanpa ada kesalahan pada saat upacara bendera saja lantaran berpedoman pada teks Pancasila yang sudah disiapkan.Â
Lalu, ketika di luar lapangan ketika upacara bendera selesai dilaksanakan, apakah semua peserta yang tadi mengikuti upacara bendera masih tetap mengingat teks Pancasila itu dengan baik?Â
Oleh sebab itu, maka pembacaan teks Pancasila pada saat pelaksanaan upacara bendera tidak lagi dilakukan dengan membaca teks yang telah disiapkan, namun dengan membacakannya sesuai apa yang telah tersimpan dalam ingatan semua anak bangsa dengan baik dan benar.
Demikianlah rekomendasi dari kami sebagai seorang pendidik dalam upaya transformasi sistem lama pada pelaksanaan upacara bendera. Cara lama boleh ditinggalkan dan diganti dengan cara yang baru agar semua warga sekolah dapat menjadikan Pancasila sebagai sesuatu yang sangat penting dan bernilai sekali.
Bagaimana mungkin siswa mampu memahami nilai yang ada dalam Pancasila untuk kehidupannya sedangkan ia sendiri tidak mengingat teks Pancasila dengan baik.
Dengan cara baru ini, kami menilai upaya sekolah untuk membentuk siswa berkarakter Profil Pelajar Pancasila akan mampu untuk diraih dengan mudah dan memiliki efek yang luar biasa bagi setiap diri anak bangsa dalam pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta dalam peradaban dunia.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
[Akbar Pitopang]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H