Dengan jumlah nominal gaji tiap bulan yang tidaklah besar, pendapatan itu dimanfaatkan ibunda untuk keperluan sehari-hari, biaya sekolah dua orang adik, serta disisihkan untuk kiriman bulanan bagi kami sendiri.
Jika dipikir-pikir, sepertinya memang tidak akan cukup dan akan selalu defisit. Dulu, kami sempat menyampaikan maksud kepada ibunda untuk mengisi waktu luang dengan bekerja.Â
Tapi ibunda melarangnya karena khawatir kami bisa mempertaruhkan jadwal perkuliahan. Kata ibunda, serahkan masalah keuangan ini kepada ibunda saja, dan kami dituntut untuk kuliah dengan baik dan kalau bisa lulus tepat waktu.
Karena itulah kami tidak bisa nyambi kerja sambil kuliah. Kami selalu patuh pada arahan dan nasehat ibunda. Jika kami nekad, bisa saja kuliah menjadi terbengkalai. Oleh sebab itu, selain kuliah kami aktif berorganisasi, kegiatan kerelawanan, hingga aktif menulis di Kompasiana ini dimulai pada 2011 atau semester ketiga perkuliahan.
Ternyata fakta yang sebenarnya telah terjadi terkuak setelah kami lulus kuliah dan balik ke kampung.Â
Untuk mencukupi semua kebutuhan yang diperlukan termasuk untuk biaya kuliah, karena gaji PNS tidak mencukupi maka ibunda terpaksa harus meminjam ke bank.
Pinjaman di bank tersebut terus diperbarui bahkan diperbesar jumlah dana dan tenornya. oleh karena itulah akhirnya ibunda kami harus angsuran ke pihak bank hingga kini, walaupun penulis sudah lulus sejak 8 tahun yang lalu.
Belum lama ini ibunda mengatakan kepada kami bahwa hampir keseluruhan gajinya digunakan untuk mencicil angsuran di bank. Bahkan ketika nanti ibunda sudah pensiun 2 tahun lagi maka uang pensiun tersebut tidak akan bisa dinikmati karena sudah menjadi jatah bank akibat adanya pinjaman tersebut.
Mendengar fakta sesungguhnya yang disampaikan oleh ibunda, kami menjadi sangat sedih sekali. Bagaimana tidak, demi bisa menguliahkan anak, terpaksa ibunda harus berhutang ke bank yang tenornya sangat lama hingga ibunda memasuki masa purnabakti.
Walau begitu, satu hal yang selalu ditunjukkan oleh ibunda adalah raut keikhlasan dan tak pernah mengutuk nasib yang telah digariskan Tuhan.