Jadi, dapat disimpulkan bahwa keponakan kami ini tumbuh dengan wajar dan sejatinya bisa dikatakan sebagai anak yang bukan termasuk kategori ABK. Sayang sekali, selama ini ia mengenyam pendidikan di SLB.Â
Penting bagi Orangtua Memastikan Kondisi Riil yang Dialami Anak
Sungguh suatu catatan yang sangat berharga yang perlu kami bagikan di sini kepada para orang tua agar selalu dapat memastikan kondisi riill atau kondisi sesungguhnya dari masing-masing anak.Â
Hal ini penting sekali bagi orang tua guna menyimpulkan kondisi anaknya apakah dikategorikan menjadi ABK atau tidak. Sehingga penanganan yang akan diberikan kepada anak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.Â
Pada kasus yang dialami keponakan kami yang terkena hidrosefalus ini sebenarnya ia bisa saja berpotensi untuk dimasukkan ke sekolah reguler karena kondisinya baik-baik saja. Hanya dari sisi pembentukan tengkorak kepalanya saja yang berbeda sedangkan dari sisi yang lainnya ia memiliki kemampuan yang dibutuhkan oleh anak di sekolah reguler.
Khusus untuk para orang tua yang memiliki kasus serupa dengan kondisi yang dialami oleh keponakan kami maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar anak mendapatkan akses pendidikan yang semestinya.
1. Orang tua bisa berkonsultasi ke psikolog atau ke dokter spesialis untuk memastikan seperti apa kondisi kognisi dan mental dari anak yang bersangkutan. Jika memang kondisi anaknya baik-baik saja maka bisa didaftarkan ke sekolah reguler. Sedangkan jika hasil pemeriksaan memutuskan bahwa anaknya termasuk kategori ABK maka orang tua bisa mantap memasukkan anaknya ke SLB atau sekolah inklusi.
2. Jika anak yang terkena hidrosefalus bukanlah ABK dan orang tuanya berani untuk mendaftarkan ke sekolah reguler maka orang tua dapat menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk memastikan anak tersebut pantas untuk dimasukkan ke sekolah reguler dengan memperlihatkan bukti rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter spesialis dan psikolog.
3. Guru dan pihak sekolah bisa mengawasi bagaimana sikap dari anak-anak dalam kondisi normal dalam berinteraksi dengan anak yang terkena hidrosefalus ini. Dengan pengawasan yang baik dan terkontrol maka hal-hal yang tidak inginkan seperti kasus bullying atau perundungan dapat terhindarkan sejak awal.
Demikianlah beberapa hal yang bisa kami bagikan terkait pengalaman keluarga kami mengambil langkah penanganan untuk anak yang terkena hidrosefalus. Sehingga informasi ini hendaknya dapat menjadi rekomendasi proses penanganan bagi orang tua yang anaknya juga terkena hidrosefalus.
Pesan kami kepada orang tua yang anaknya terkena hidrosefalus adalah jangan minder dan yakin bahwa anaknya bisa tumbuh dengan baik layaknya anak-anak yang lainnya. Sehingga orang tua harus dapat mengambil keputusan yang pas sesuai dengan kondisi riil yang dialami oleh anak yang terkena hidrosefalus ini.
Karena semua anak berhak mendapatkan pengalaman belajar dan proses pendidikan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan anak sehingga potensi yang tersimpan di dalam diri setiap anak dapat tereksplor dan dikembangkan secara baik dan berkelanjutan. Sebagaimana yang telah diamanatkan oleh UU dan peraturan menteri terkait.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah wawasan khususnya bagi orang tua yang anaknya terkena hidrosefalus.
Tetap semangat, jangan khawatir karena anak-anak yang terkena hidrosefalus bisa tumbuh normal dan berpotensi untuk tidak dikelompokkan menjadi ABK.