Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Alasan Pentingnya Memastikan Anak Berkebutuhan Khusus Masuk Sekolah Inklusi

25 Juli 2022   04:30 Diperbarui: 26 Juli 2022   12:58 2024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi kelas saat guru mengajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) | DOK. KOMPAS.com/ELISABETH DIANDRA SANDI

Kalau diidentifikasi dari segi fisik memang semua orang khususnya kami sebagai guru tidak akan menyangka bahwa siswa tersebut berkebutuhan khusus. Lantaran kondisi fisik siswa tersebut dalam keadaan yang baik sehingga dapat bergerak dengan lincah atau aksesibilitasnya tak terbatas. 

Setelah proses pembelajaran dimulai maka barulah dapat disimpulkan siswa tersebut berkebutuhan khusus karena ia tidak lancar dalam berbicara atau berkomunikasi layaknya siswa lain seusianya. Tidak hanya itu, ternyata siswa tersebut tergolong siswa dengan kemampuan kognisi yang agak lambat atau slow learner.

Sehingga pada masa-masa awal proses pembelajaran telah dimulai, kami sebagai guru pada sekolah reguler memang cukup kewalahan menghadapi siswa yang berkebutuhan khusus tersebut.

Perlakuan atau treatment yang harus diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus tersebut tentu berbeda dengan perlakuan yang akan diberikan kepada siswa lain dengan kondisi biasa yang bukan ABK.

Jika siswa lain bisa menerima pelajaran atau materi yang disampaikan dalam waktu satu kali penyampaian maka siswa berkebutuhan khusus tersebut tentu perlu penyampaian secara berulang kali. Karena siswa berkebutuhan khusus tersebut memiliki kemampuan kognisi yang lambat tentu hasil belajarnya tidak sama dengan siswa lainnya terlihat dari hasil penilaian atau asesmen yang telah dilakukan oleh guru.

Guru memastikan proses pendidikan sesuai dengan yang dibutuhkan siswa berkebutuhan khusus (Dok. Sekolah Cikal via Kompas.com)
Guru memastikan proses pendidikan sesuai dengan yang dibutuhkan siswa berkebutuhan khusus (Dok. Sekolah Cikal via Kompas.com)
Menghadapi siswa berkebutuhan khusus semacam itu yang dapat dilakukan guru di sekolah reguler hanyalah mengusahakan yang terbaik bagi siswa berkebutuhan khusus tersebut. 

Untuk memindahkan siswa tersebut ke sekolah khusus atau ke SLB sepertinya agak susah atau sudah tidak memungkinkan lagi lantaran pasti orangtuanya akan tersinggung atau merasa keberatan jika pihak sekolah menyampaikan kondisi anaknya dalam kategori berkebutuhan khusus. 

Akhirnya guru hanya bisa menerima dengan lapang dada terhadap kondisi yang ada dan terus mengupayakan siswa berhubungan khusus tersebut dapat mengalami proses pembelajaran yang baik sebagaimana mestinya. 

Walaupun mungkin guru akan merasa sedikit kewalahan tapi bagi guru hal tersebut adalah hal yang biasa karena mendidik siswa adalah panggilan jiwa dan tugas mulia yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab meskipun harus menghadapi siswa dengan berbagai kondisi dan latar belakang.

Namun, ternyata Tuhan memang akan selalu adil terhadap hamba-Nya. Walaupun siswa tersebut berhubungan khusus dari segi kemampuan berkomunikasi dan kemampuan kognisi yang lambat, ternyata siswa berkebutuhan khusus tersebut memiliki kelebihan lain yang patut dibanggakan.

Setelah guru berhasil mengeksplorasi potensi dan minat dari siswa berkebutuhan khusus tersebut, guru dapat mengetahui siswa itu memiliki bakat dalam melukis atau menggambar yang sangat luar biasa. Ia dapat menggambar dengan baik sehingga hasil dari lukisannya sangat menarik dan dapat digolongkan menjadi karya seni dengan nilai estetis yang mumpuni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun