Long Distance Parenting dapat diartikan sebagai pola pengasuhan anak secara jarak jauh. dimana antara orangtua dan anak berada di tempat yang berbeda dipisahkan oleh jarak.
Pola asuh anak dengan cara ini bisa saja diterapkan oleh orangtua dengan mobilitas tinggi yang tinggal atau menetap di perantauan, tidak memiliki anggota keluarga di tempat yang sama, serta tidak ada tempat untuk menitipkan anak dalam kurun waktu tertentu.
Biasanya, cara orangtua menerapkan long distance parenting ini dilakukan dengan menitipkan anak kepada orang yang bisa dipercaya dan diminta pertanggungjawaban misalnya anggota keluarga di kampung.Â
Selanjutnya, kita sebut saja anggota keluarga di kampung yang menggantikan sementara peran orangtua untuk mengasuh anak dengan sebutan pengasuh.
Keputusan untuk mengambil pilihan model pengasuhan anak secara long distance parenting ini tentunya ada sisi plus dan minus.
Long distance parenting memiliki sisi minus dimana orangtua tidak dapat memperhatikan tumbuh kembang anak secara langsung dari pertemuan tatap muka. Interaksi dengan cara sentuhan langsung dari orangtua kepada anak menjadi terbatas.
Namun, pada akhirnya semua itu dapat diatasi jika orangtua dan pengasuh saling bekerja sama dengan baik.
Sejauh ini, antara kami selaku orangtua yang sedang menerapkan long distance parenting membangun pola komunikasi jarak jauh kepada pengasuh dengan saling menjaga kualitas interaksi dan pola komunikasi dua arah.
Walaupun untuk beberapa saat ini kami mengasuh dan memantau anak dari jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi digital via video call, kami tidak rela untuk melewatkan segala kemajuan tumbuh kembang yang dialami oleh buah hati kami.
Menurut pendapat Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, long distance parenting memang punya tantangan tersendiri. Namun, selama komunikasi, kepercayaan, dan perasaan saling memahami terus diusahakan semaksimal mungkin, seharusnya hubungan jarak jauh tersebut bukanlah menjadi sebuah masalah. (sumber)