Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Menerapkan Prinsip "Frugal Living" dalam Dunia Parenting

13 Juli 2022   18:29 Diperbarui: 14 Juli 2022   18:30 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seseorang hidup bersama bayi atau anak kecil dirumah maka sudah dipastikan bahwa rumah akan penuh dengan kebutuhan atau fasilitas pendukung untuk mobilitas si anak.

Tak jarang kita menyaksikan sebuah rumah yang penuh dengan berbagai pernak-pernik si anak atau bayi.

Apakah itu salah? Tentu tidak. Tapi kebanyakan yang terjadi adalah kondisi yang tidak terkontrol sehingga membuat rumah seperti kapal pecah dan tak terurus.

Bukankah memang sesuatu hal yang lumrah ketika seseorang sedang punya bayi atau anak kecil maka rumahnya pasti akan selalu berantakan?

Memang benar bahwa hal itu sangat wajar sekali. Tapi selaku orang tua bisa meminimalisir keadaan “riweuh” dengan menerapkan gaya hidup minimalis ini.

Kita akan merasakan perbedaan yang signifikan sekali ketika sebelum dan sesudah menerapkan gaya hidup minimalis atau frugal living bersama buah hati.

Agar konsep gaya hidup minimalis atau frugal living ini lebih mudah untuk dipahami seperti apa penerapannya dalam kehidupan rumah tangga bersama buah hati. Simaklah beberapa model penerapannya dibawah ini.

Seberapa penting orangtua membelikan mainan anak?

Ketika kita punya bayi atau anak kecil dirumah maka seringkali kita lupa diri dan ingin selalu membelikan mainan baru untuk anak. 

Seakan-akan kita menganggap bahwa dengan membelikan mainan baru kepada anak, kita seolah-olah bisa dicap sebagai orangtua yang penyayang dan perhatian kepada anaknya.

Orangtua memang harus selalu peduli dan senantiasa mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Tapi, tidak harus dengan terlalu sering membelikan mainan baru.

Karena, ternyata sesuai pengalaman penulis sendiri bahwa mainan baru yang disodorkan orangtua tidak sepenuhnya mampu untuk menarik perhatian si bayi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun