Tak terasa tahun ajaran 2021-2022 sudah berakhir. Hal itu ditandai dengan telah dilaksanakannya Ujian Semester atau Penilaian Akhir Tahun (PAT) beberapa waktu yang lalu.
Hasil dari belajar siswa selama semester genap sudah diolah berdasarkan penilaian atau asesmen yang telah dilakukan tersebut.
Kemudian guru menginput nilai seluruh siswa kedalam aplikasi rapor, menyesuaikan KD, lalu mencetaknya dan dimasukkan ke rapor siswa.
Rapor siswa sudah jadi. pun sudah dibagikan kepada siswa. ditemani oleh orangtuanya di sekolah.
Sejauh ini tidak ada komplain atau laporan dari orangtua wali murid ke pihak sekolah khususnya guru tentang nilai yang tertera di rapor siswa.
Itu berarti orangtua sudah memahami sejauh mana tingkat kemampuan dan keberhasilan anaknya meraih proses pembelajaran yang telah dilakukan selama ini.
Di rapor siswa berdasarkan aplikasi nilai Kurikulum 2013, yang menjadi poin perhatian yang bisa diamati pertama sekali adalah nilai dalam bentuk angka dan huruf, serta deskripsi yang tertera berdasarkan nilai yang diraih siswa.
Atau mungkin saja orangtua terlalu cuek akan hal itu. Cukup penuhi undangan sekolah untuk mengambil rapor anaknya ke sekolah. sudah diambil, taruh dirumah atau langsung simpan di lemari. Mungkin seperti itu. Entahlah.
Semoga saja para orangtua memang sudah memahami isi rapor anaknya karena memang ketika pembagian rapor, guru atau wali kelas memanggil secara satu per satu dan menerangkan secara ringkas tentang pencapaian anak selama satu semester yang telah dilalui.
Oleh karena itu, kami yakin orangtua sudah memahami dan membandingkan berdasarkan kemampuan anaknya sendiri.
Dengan begitu, pembagian rapor kepada siswa atau orangtua wali murid sudah berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada kendala. Syukurlah.
Seperti apa bentuk tindak lanjut bagi orangtua terkait rapor anak yang sudah di tangan?
Orangtua coba perhatikan lagi dengan seksama mana nilai anak bagus atau tinggi dan nilai apa yang rendah atau hanya sedikit melampaui batas nilai KKM (Kriteria Kelulusan Minimum). Dengan mencermati nilai yang diperoleh anak sesuai mata pelajaran tersebut maka orangtua mendapatkan gambaran seperti apa kemampuan anak terhadap materi pelajaran yang telah diikutinya selama ini.
Berdasarkan nilai tersebut, orangtua memiliki gambaran tentang minat dan potensi anak. Misalkan untuk nilai IPA, anak memperoleh nilai paling tinggi dari nilai lainnya. Itu berarti anaknya memiliki kemampuan dan ketertarikan yang lebih terhadap pengetahuan alam.
Setelah mendapatkan gambaran tentang dugaan potensi dan minat yang ada dalam diri anak. Orangtua bisa menstimulasi potensi tersebut dengan fasilitas atau kegiatan yang memberikan umpan balik pengembangan potensi kepada anak saat berada dirumah.
Mengisi masa libur sekolah untuk mengunjungi tempat-tempat yang semakin mengembangkan nalar anak berdasarkan dugaan minatnya. Misalnya tadi, si anak memiliki kemampuan yang baik dalam bidang IPA. Maka untuk mengisi masa liburan sekolah, orangtua bisa mengajak anak ke kebun binatang atau ke taman pintar yang didalamnya ada wahana atau contoh sederhana tentang interaksi pengetahuan tentang alam.
Mendorong anak dengan kegiatan yang dapat menggenjot kemampuan anak terhadap mata pelajaran yang nilainya lebih rendah. Misalkan nilai PJOK anak kurang memadai sehingga orangtua bisa mengajarkan anak beberapa jenis olahraga sesuai materi yang telah didapatkan anak di sekolah. sehingga anak tidak melulu diajak berwisata, pergi ke mal, dan sejenisnya.
Nah, itu untuk rapor anak yang sudah dibagikan ke siswa dan orangtuanya. tugas siswa maupun orangtua adalah bersinergi merancang strategi bagaimana meningkatkan pemahaman yang kurang, dilakukan selama masa liburan ini.
Beberapa hari selama masa liburan, sebelum jadwal masuk sekolah, bisa dimanfaatkan untuk itu sehingga masa liburan yang sangat panjang ini menjadi lebih bermanfaat dan esensial.
Bagaimana dengan rapor pendidikan Indonesia, adakah yang perlu dikoreksi lebih lanjut?
Jelang memasuki masa Tahun Ajaran yang baru yakni T.A. 2022-2023 yang akan kita masukin sebentar lagi, ada beberapa hal yang menjadi rapor untuk pendidikan di negeri ini.
Pertama, mari kita flashback ke belakang sejenak ketika masa-masa pandemi yang juga memberikan dampaknya pada dunia pendidikan seantero dunia.Â
Dunia pendidikan di Indonesia saat itu hampir saja goyah karena cukup berat tantangan yang menghadang.Â
Namun, karena tekad semua pihak khususnya para guru untuk memberikan hak murid untuk memperoleh pendidikan, akhirnya segala permasalahan dapat teratasi. Walaupun dijalankan tetap dengan penuh rintangan dan hambatan.Â
Kedua, mengobati learning loss dengan pembelajaran yang bermakna pada masa pembelajaran tatap muka di kelas.Â
Selama masa pembelajaran daring, siswa tidak merasakan kenikmatan atas proses pembelajaran yang diberikan oleh guru. Jangankan untuk menguasai materi pelajaran, ditanyakan hal-hal yang sederhana saja siswa seperti orang yang mengalami amnesia. Siswa terlalu menganggap enteng proses pengajaran sehingga membuat mereka menjadi kehilangan motivasi untuk belajar secara lebih komprehensif.
Ketiga, meningkatkan kembali kemampuan dasar siswa yakni kemampuan literasi dan numerasi.
Akibat pandemi dan siswa tidak belajar dengan baik selama dirumah telah menyebabkan siswa menjadi lemah dari segi kemampuan dasar yang seharusnya telah mereka kuasai sejak kelas I hingga kelas II.
Sedangkan selama 2 tahun sebelumnya pada masa pandemi, siswa seakan dipaksa naik kelas. Walaupun guru dan pihak sekolah tahu bahwa nilai yang tertera tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan seutuhnya.
Jika kemampuan siswa ditelusuri lebih lanjut maka dua kemampuan dasar tadi pasti perlu di-upgrade untuk lebih mahir lagi.
Keempat, pada tahun ajaran yang baru nanti kurikulum operasional yang akan diterapkan sekolah adalah Kurikulum Merdeka.
Kurikulum prototipe ini menjanjikan perubahan yang signifikan terhadap sistem pembelajaran yang sudah membudaya selama ini dengan gaya penerapan kurikulum sebelumnya.
Padahal sejumlah pihak mempersoalkan bahwa kurikulum lama sudah tidak relevan lagi. Maka kehadiran Kurikulum Merdeka ini diharapkan mampu menjawab segala tantangan yang ada.
Oleh sebab itu, kurikulum yang baru ini memang menjadi sesuatu yang vital untuk diterapkan sesuai instruksi yang sesungguhnya agar rapor sistem pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi setelah ditandai dengan resminya kurikulum tersebut digulirkan.
Kelima, dampak buruk pembelajaran daring yang telah mencederai karakter siswa perlu diperbaiki.
Walaupun pembelajaran daring yang dilakukan selama ini sudah menjadi solusi. Namun, beberapa hal buruk telah ikut memengaruhi.
Misalnya pemanfaatan perangkat handphone yang tidak pada fungsi yang sesungguhnya guna menunjang proses pembelajaran. Maka di masa kurikulum yang baru nanti semua itu harus dapat ditransformasi dengan gaya baru yang membawa dampak positif kepada siswa tentang bagaimana mereka seharusnya memanfaatkan fasilitas pembelajaran yang telah disediakan dengan penuh kesadaran.
Sistem kurikulum pendidikan Indonesia yang baru harus mampu memperbaiki itu semua sesuai porsi nilai yang semestinya.
Kontribusi semua pihak sepertinya sangat dibutuhkan agar dapat mewujudkan rapor pendidikan Indonesia bisa mendapatkan nilai yang lebih baik dari nilai sebelumnya.
Selama ini pendidikan indonesia mendapatkan rapor yang bisa dikatakan jelek.Â
Banyak kalangan khususnya para pengamat pendidikan menjatuhi vonis bahwa pendidikan Indonesia perlu diselamatkan.Â
Mulai dari kurikulum yang kurang mengakomodir kebutuhan berdasarkan fase perkembangan siswa, kemampuan siswa yang tidak merata bahkan banyak yang terbata-bata, hingga praktek di lapangan yang penuh dengan kesan carut-marut.
Belum lagi para orangtua yang banyak mengeluhkan proses pembelajaran yang kurang mengedepankan nilai humanis.
Oleh karena itu, maka pendidikan Indonesia perlu untuk diperbaiki secara terus-menerus secara berkesinambungan agar meraih nilai yang sempurna di mata semua pihak.Â
Terutama bagi peserta didik yang menjadi objek untuk penerapan sistem dan kurikulum yang ada.
Tantangan terbesar dari pendidikan Indonesia adalah perencanaan tujuan yang masih belum terarah dengan baik.Â
Hingga kini, pendidikan Indonesia masih terus mencari mana model yang benar-benar sesuai dan cocok diterapkan bagi seluruh insan pendidikan dari Sabang sampai Merauke.
Teruslah berbenah pendidikan Indonesia, untuk sistem yang lebih baik.Â
Semoga pendidikan Indonesia menemukan jati diri yang selama ini terus-menerus diupayakan.
Salam berbagi dan menginspirasi.
[Akbar Pitopang]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H