Pertama, mari kita flashback ke belakang sejenak ketika masa-masa pandemi yang juga memberikan dampaknya pada dunia pendidikan seantero dunia.Â
Dunia pendidikan di Indonesia saat itu hampir saja goyah karena cukup berat tantangan yang menghadang.Â
Namun, karena tekad semua pihak khususnya para guru untuk memberikan hak murid untuk memperoleh pendidikan, akhirnya segala permasalahan dapat teratasi. Walaupun dijalankan tetap dengan penuh rintangan dan hambatan.Â
Kedua, mengobati learning loss dengan pembelajaran yang bermakna pada masa pembelajaran tatap muka di kelas.Â
Selama masa pembelajaran daring, siswa tidak merasakan kenikmatan atas proses pembelajaran yang diberikan oleh guru. Jangankan untuk menguasai materi pelajaran, ditanyakan hal-hal yang sederhana saja siswa seperti orang yang mengalami amnesia. Siswa terlalu menganggap enteng proses pengajaran sehingga membuat mereka menjadi kehilangan motivasi untuk belajar secara lebih komprehensif.
Ketiga, meningkatkan kembali kemampuan dasar siswa yakni kemampuan literasi dan numerasi.
Akibat pandemi dan siswa tidak belajar dengan baik selama dirumah telah menyebabkan siswa menjadi lemah dari segi kemampuan dasar yang seharusnya telah mereka kuasai sejak kelas I hingga kelas II.
Sedangkan selama 2 tahun sebelumnya pada masa pandemi, siswa seakan dipaksa naik kelas. Walaupun guru dan pihak sekolah tahu bahwa nilai yang tertera tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan seutuhnya.
Jika kemampuan siswa ditelusuri lebih lanjut maka dua kemampuan dasar tadi pasti perlu di-upgrade untuk lebih mahir lagi.
Keempat, pada tahun ajaran yang baru nanti kurikulum operasional yang akan diterapkan sekolah adalah Kurikulum Merdeka.
Kurikulum prototipe ini menjanjikan perubahan yang signifikan terhadap sistem pembelajaran yang sudah membudaya selama ini dengan gaya penerapan kurikulum sebelumnya.