Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bonus Demografi dan Model Penetrasi oleh Generasi Milenial Terkini

20 Juni 2022   05:03 Diperbarui: 20 Juni 2022   07:40 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah penerawangan yang dilakukan tiga hari lalu, hadirlah sebuah inspirasi dalam diri ini terkait masalah demografi yang terjadi saat ini. Benar sekali, tiba-tiba kami terlintas dalam benak kami untuk mengangkat isu yang sangat menarik ini ke permukaan.

Hal yang terlintas di benak kami pada saat itu adalah fenomena anak-anak muda yang saat ini berkarir dengan berbagai profesi dan variasi jenis pekerjaan.

Serta kondisi di mana generasi tua saat ini yang sudah banyak tergantikan posisinya oleh para generasi muda. Sebutan bagi generasi hasil bonus demografi saat ini yang menjadi tren dengan istilah kaum milenial.

Topik yang mencuat ke permukaan yang kali ini dimunculkan oleh Kompasiana bertajuk "jangan tua sebelum kaya" sangat erat kaitannya dengan kondisi yang saat ini terjadi dan dialami oleh kaum muda yang dalam usia produktif.

Ungkapan jangan tua sebelum kaya ini, harus dipahami oleh generasi muda dengan cara yang benar. 

Ungkapan yang seringkali muncul dari mulut orang-orang tua saat berinteraksi dengan anak muda memiliki beban psikologis tersendiri.

Jika tidak diselipkan informasi dan cara yang benar untuk meraih makna jangan tua sebelum kaya ini maka generasi muda bisa saja tergelincir ke jalan yang salah dan tak bertanggung jawab.

Maka tak heran jika kita melihat fenomena hal buruk yang terjadi saat ini pada generasi muda. Banyak sekali di antara generasi muda yang menjalankan usaha yang salah dalam upaya mencapai makna ungkapan jangan kayak sebelum tua ini.

Ada anak muda yang terlibat investasi bodong yang sangat merugikan banyak orang hanya demi kepentingannya mengumpulkan pundi-pundi rupiah agar dapat mempertontonkan kemewahan dan gaya hidup hedonisme kepada para pengikutnya di jagat maya lintas media sosial.

Selain itu, banyak pula anak muda yang tertarik bergabung dalam bidang startup tapi tak menemukan bagaimana cara mengembangkan potensi diri untuk mengembangkan startup tersebut, maka akhirnya posisi mereka harus di take down atau menemukan kata tamat karena terkena PHK.

Generasi milenial saat ini dapat berbuat seperti itu memang lantaran melihat peluang yang begitu mudah dan akses yang ditawarkan juga sangat accessable.

Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab generasi tua dalam meluruskan makna ungkapan jangan tua sebelum kaya ini memang sangat dibutuhkan sekali.

Generasi tua jangan lepas tangan begitu saja walaupun niat awalnya baik untuk membuka pola pikir generasi muda untuk dapat "move on" dan keluar dari zona nyaman menyambut berbagai tantangan.

Saat ini posisi generasi tua dalam berbagai sektor mulai "terancam" dan akan mudah digantikan oleh generasi muda.

Persentase generasi tua yang hendak memasuki masa purnabakti atau masa pensiun cukup banyak jumlahnya di berbagai kantor, perusahaan maupun instansi pemerintah.

Dari jumlah generasi tua yang ada, baik yang akan memasuki masa pensiun serta yang masih bertahan menunggu masanya untuk purnabakti. Jumlahnya tidak sebanyak generasi muda yang ada pada instansi tersebut.

Sebut saja misalnya di instansi tempat penulis bekerja dan menjalani profesi saat ini. Dari total jumlah personil yang ada, bisa dibilang selisih antara generasi tua dan generasi mudanya adalah 25:75.

Hanya 25% jumlah generasi tua yang saat ini tetap bertahan. Sisanya adalah generasi muda yang dalam usia produktif. Rentang usia fresh graduate hingga usia di bawah kepala empat.

Maka sudah tak heran kami melihat fenomena saat ini di mana banyak guru muda yang sudah dilantik dan menduduki posisi menjadi seorang kepala sekolah.

Rekan kami sendiri yang baru berusia 34 tahunan dan juga baru mendapatkan penghargaan sebagai guru berprestasi pada tahun 2020 yang lalu. Kemudian diangkat menjadi kepala sekolah jelang akhir tahun 2021 kemarin.

Ilustrasi pekerja milenial (SHUTTERSTOCK/RED MANGO)
Ilustrasi pekerja milenial (SHUTTERSTOCK/RED MANGO)

Selain itu pula, banyak kawan akrab kami semasa kuliah dulu yang kini sudah menjadi dosen di berbagai kampus se-Indonesia.

Kawan akrab kami banyak yang tetap melanjutkan studi. Setelah lulus S1 langsung melanjutkan studi ke level pendidikan S2 atau magister.

Setelah mereka lulus S2 bertepatan pula dengan momentum regenerasi tenaga dosen dan pendidik yang membuka kran besar-besaran lantaran dosen lama yang sudah lanjut usia dan memasuki purnabakti.

Sehingga kesempatan emas ini dimanfaatkan oleh mereka untuk berkarir di dunia pendidikan untuk melanjutkan estafet perubahan.

Tidak hanya sampai di situ, ada juga teman SD kami yang seumuran dengan penulis yang saat ini masih berusia 30 tahunan tapi sudah lulus pendidikan S3 dan menduduki posisi vital di kampusnya.

Bahkan adik kelas satu tingkat di bawah kami yang dulu semasa SMA dan semasa kuliah yang kami anggap mungkin jauh dari radar dosen, malah sekarang sudah menerima SK dan aktif mengajar sebagai dosen. 

Informasi terakhir yang kami dapatkan bahwa ia malah sudah menjadi dosen penguji untuk skripsi atau tugas akhir mahasiswanya.

Sungguh luar biasa fenomena yang saat ini terjadi dan dialami oleh orang-orang yang erat kaitannya dengan penulis sendiri. 

Kami tak menyangka bahwa hal ini akan benar-benar terjadi. Semua ini jelas disebabkan oleh kondisi yang tak dapat dielakkan sebagai bonus demografi.

Keterampilan adalah kunci keberhasilan generasi (via Kompas Data)
Keterampilan adalah kunci keberhasilan generasi (via Kompas Data)
Selain contoh yang disebutkan di atas, ada pula rekan kami yang membuka usaha pendistribusian hasil pertanian yang disalurkan antar provinsi.

Berbekal ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan jurusan yang ia pilih terkait dengan dunia pertanian, serta bekal pengalaman dan wawasan yang didapatkan ketika menjalani program magang di Jepang membuat ia mantap untuk memilih jalannya sendiri yang berbeda dengan kebanyakan profesi yang dipilih generasi muda yang lainnya saat ini.

Terutama bagi teman kami yang menjalankan usaha sebagai agen distributor hasil pertanian yang disalurkan antar provinsi, selain mengejar keuntungan tentu ia dapat memberikan manfaat bagi orang lain.

Terutama manfaat yang ia bagikan kepada petani yang saat ini masih didominasi oleh generasi tua. Walaupun orang tua hanya bisa menjadi pekerja kasar sebagai petani secara konvensional. Dengan kehadirannya maka dapat menjadi solusi segi pemasaran hasil panen sehingga produksi selalu sejalan dengan jumlah permintaan pasar.

Poin penting yang dapat menjadi pesan moral bagi kita sesama khususnya sesuatu yang dapat diaplikasikan oleh para generasi muda adalah jangan tua sebelum kaya dan menyebarkan manfaat bagi sesama.

Kalau generasi muda hanya semata-mata menyiapkan jaminan hari tuanya dengan mengejar kekayaan atau materi tentu segala cara bisa saja ditempuh untuk mendapatkannya. Mereka mungkin tak menghiraukan dampak buruk yang ditimbulkannya hingga harus merugikan orang lain.

Tapi jika generasi muda dapat diarahkan menjadi generasi yang peduli dengan jaminan hari tua yang berkualitas maka mereka tidak hanya sekedar mengejar harta kekayaan namun juga dapat berbagi, memberikan manfaat dan menginspirasi sesama dalam hal kebaikan.

Dari sini kita dapat menilai bahwa semua pihak hendaknya dapat terlibat dalam mengelola bonus demografi ini dengan baik untuk kemajuan bangsa dan negara.

Bagi orang tua, agar generasi yang dilahirkan dapat menjadi generasi yang bermanfaat maka beberapa hal ini dapat dilakukan, antara lain:

Mengarahkan anak sesuai potensinya

Potensi setiap anak berbeda-beda dan tidak dapat serta merta harus disamakan dengan temannya. Anak sebenarnya punya cara untuk meraih kesuksesan dengan caranya sendiri.

Tapi mereka banyak yang belum menemukan jalan yang sesuai yang dapat mengarahkan mereka menuju tujuan yang hendak dicapai.

Untuk itu orang tua harus dapat mengarahkan anaknya agar selalu berada di jalan yang semestinya.

Menyokong dan menjadi support system

Tidak hanya sekedar mengarahkan anak agar anaknya dapat meraih jalan keberhasilan dan kesuksesannya. Tapi, orang tua juga harus dapat memberikan dukungan kepada anaknya baik moril maupun materil.

Hendaknya orang tua tidak mudah mematahkan semangat anaknya untuk mengeluarkan ide-ide brilian dalam upaya keluar dari zona nyaman meraih apa yang dicita-citakannya.

Jika memang apa yang diupayakan anak memiliki potensi untuk sukses di masa depan maka orang tua harus siap pasang badan dan menyiapkan dukungan moril berupa semangat dan doa serta dukungan materil berupa dana keuangan.

Meluruskan jalan anak meraih kesuksesan dan terus mengawasi.

Kesalahan terbesar dan seringkali diabaikan oleh para orang tua adalah tidak peka dan membiarkan anak meraih sesuatu sesuai keinginan si anak.

Jika hal itu yang terjadi maka tentu kiamat dan mimpi buruk yang akan menimpa orang tua akibat ulah anak dan pembiaran dari orang tua itu sendiri.

Ilustrasi jangan tua sebelum kaya (iStock) 
Ilustrasi jangan tua sebelum kaya (iStock) 

Generasi muda dalam usia produktif yang saat ini keberadaannya sebagai bonus demografi juga harus peka dengan kondisi yang terjadi.

Ketika para generasi tua mengatakan jangan tua sebelum kaya, maka generasi muda harus dapat menafsirkannya dengan akal sehat dan tidak menyalahi aturan serta norma yang berlaku di masyarakat.

Beberapa hal bijak yang dapat ditempuh oleh para generasi muda agar dapat meraih goals sebagai tafsiran dari ungkapan jangan kayak sebelum tua, adalah sebagai berikut:

1# Menyiapkan bekal pendidikan dan ilmu yang esensial

Saat ini yang menjadi syarat utama seseorang dapat bergabung dalam suatu lingkungan kerja adalah latar belakang pendidikan. Semakin tinggi level pendidikan yang diraih maka semakin tinggi pula jenjang karir yang akan ia duduki. 

Hal ini lantaran orang yang berpendidikan tinggi dianggap sebagai manusia yang lebih kreatif dan dapat menelurkan ide-ide untuk perbaikan dan kemajuan yang diharapkan di lingkungan kerja tersebut.

Ilmu pendidikan yang disiapkan hendaknya yang bersifat esensial. Artinya bahwa bidang keilmuan yang dipelajari tersebut nantinya akan dapat diaplikasikan dan "terpakai" di masa depan. 

Bidang keilmuan tersebut sesuai dan relevan dengan kebutuhan perkembangan zaman yang terus dinamis dan berevolusi.

2# Keterampilan yang mumpuni dan cekatan dalam pengaplikasian

Tidak hanya sekedar menimba ilmu di level pendidikan yang setinggi mungkin. Generasi muda juga harus dapat membekali kemampuan dirinya dengan berbagai jenis keterampilan yang dibutuhkan oleh perkembangan zaman. 

Generasi muda yang berpendidikan memadai serta memiliki keterampilan yang mumpuni tentu akan cepat berkembang dan keberadaannya selalu dibutuhkan.

3# Kreatif dalam mengkomunikasikan ide dan solusi

Semakin besar populasi manusia di muka bumi ini dan semakin besar bonus demografi yang dihasilkan tentu diharapkan dapat membawa solusi terhadap segala permasalahan yang ada. 

Semakin besar populasi jelas akan menghasilkan masalah yang besar pula di berbagai sektor kehidupan. 

Masalah pangan, kerusakan lingkungan, penyakit dan wabah, dan berbagai hal akibat perkembangan populasi. Semestinya dapat dijadikan ide dan inspirasi oleh generasi yang menjadi bonus demografi untuk menghadirkan solusi. 

Generasi milenial hendaknya tidak canggung untuk mengkomunikasikan ide-ide dan solusi demi kehidupan yang lebih baik. 

Dari ide untuk solusi permasalahan zaman tersebut dapat menjadi lahan basah yang menghasilkan pundi kekayaan tentunya.

4# Kekayaan intelektual yang harus disiapkan generasi milenial

Generasi muda yang ada saat ini hendaknya tidak hanya sekedar menjadi bonus demografi selain mengejar kekayaan dan segi materil, namun juga mengusahakan berpikir jenius untuk menghasilkan buah pemikiran sebagai bentuk kekayaan intelektual. 

Jika yang dihasilkan oleh generasi milenial yang pertama sekali adalah kekayaan intelektual yang dapat dijadikan hak paten. Maka itu semua pada akhirnya dapat menjadi deposit kekayaan yang akan terus mengalir ke rekeningnya.  

Memiliki hak paten dan kekayaan intelektual dapat menjadikannya meraup kekayaan materi dengan sendirinya. Bahkan kaya di usia muda bukanlah sesuatu yang mustahil.

Ilustrasi Indonesia dan tantangan zaman yang akan dihadapi generasi muda (SHUTTERSTOCK) 
Ilustrasi Indonesia dan tantangan zaman yang akan dihadapi generasi muda (SHUTTERSTOCK) 
Generasi milenial yang dapat mengaplikasikan empat poin di atas, maka akan dapat menjadi penggerak dan pemain utama. Mereka tidak akan menjadi tukang sorak yang hanya dibayar seporsi nasi Padang misalnya.

Para pengembang aplikasi atau startup, pembuat konten atau content creator, para pencetus ide untuk life hack, serta yang memproduksi alat yang berguna dalam kehidupan dan dibutuhkan oleh masyarakat tentu akan menjadi sosok generasi yang dapat mengalahkan tantangan keberadaannya sebagai generasi hasil bonus demografi.

Masyarakat dan pemerintah juga harus mampu memanfaatkan peluang ini. Pemerintah harus dapat membukakan akses dan kemudahan generasi muda meraih apa yang mereka ingin capai.

Visi dan misi pemerintah hendaknya selalu berjalan beriringan dengan kreativitas generasi mudanya. Sehingga permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dapat dicarikan solusinya oleh generasi bangsanya sendiri.

Jangan sampai terulang lagi bahwa negara "membuang" manusia kreatif yang mampu menghasilkan suatu mahakarya. Sedangkan generasi hebat dari bangsa sendiri dimanfaatkan dan berguna di negeri orang atau di luar negeri.

Maka jangan heran jika yang terjadi saat ini adalah pemerintah selalu impor, berhutang, dan mengambil langkah kebijakan yang bersembunyi dalam rupa subsidi.

Padahal jika pemerintah mampu menggerakkan dan memanfaatkan generasi negeri sendiri untuk menjadi generasi yang produktif maka apapun permasalahan yang dihadapi oleh negeri ini akan ada solusinya.

Jangan ada lagi masyarakat menganggap bahwa generasi yang ada saat ini hanya sebatas bonus demografi yang tak berarti apa- apa.

Padahal kita sendiri yang menyia-nyiakan peluang dan tidak mampu memberikan tantangan yang ada pada generasi muda yang ada saat ini untuk dapat menghadirkan sebuah solusi.

Menjadi generasi bonus demografi yang menginspirasi. Salam berbagi.

[Akbar Pitopang]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun