Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM): Langkah Terobosan Meramu Masa Depan

21 Mei 2022   21:31 Diperbarui: 22 Mei 2022   12:30 2774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pertukaran Mahasiswa Merdeka - PMM (courtesy Kementerian Pendidikan dan KebudayaanDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi)

Di era yang semakin maju seperti saat sekarang, memang sangat dibutuhkan yang namanya kreativitas dan inovasi. Kedua kata itu menjadi syarat untuk menciptakan pembangunan peradaban Indonesia yang berkesinambungan.

Segala lini harus disiapkan. Mulai dari usi dini hingga para mahasiswa di perguruan tinggi. Mahasiswa yang sedang menimba ilmu di kampus manapun harus disiapkan menjadi generasi yang terampil, cekatan dan berinisiatif tinggi.

Sebagaimana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Nadiem Makarim, yang telah menelurkan lima peraturan mengenai seluk-belum pengaplikasian program Merdeka Belajar, khususnya program Kampus Merdeka untuk kalangan mahasiswa.

Program kebijakan Kampus Merdeka yang digulirkan oleh Mas Menteri adalah sebuah ramuan untuk mencetak mahasiswa menjadi sarjana yang unggul, memahami kebutuhan zaman, dan siap menjadi pemimpin di masa depan.

Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) adalah sebuah program yang dapat membuka kesempatan emas bagi mahasiswa untuk mempeluas kapasitas wawasan serta daya saing di dunia nyata sesuai dengan aspirasi karier dan "passion".

Dimana ciri dari program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) ini memberikan esensi proses pembelajaran bagi para mahasiswa bahwa sebuah proses belajar dapat terjadi di manapun, tidak hanya sebatas di ruang kelas, labor, perpustakaan maupun di lingkungan kampus semata.

Melainkan secara pasti pembelajaran yang bermakna tetap bisa dipetik dari pengalaman yang disemai di desa, industri, pusat riset, program pengabdian, maupun di lingkungan masyarakat lainnya secara spesifik.

Mengakomodir hak mahasiswa meraih pengalaman kuliah lintas prodi 

Program Kampus Merdeka ini berlandaskan Peraturan Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020, yang intinya adalah memberikan hak kepada mahasiswa untuk mencicipi pengalaman belajar di luar program studinya dalam kurun waktu yang telah ditentukan dan disepakati bersama.

Yang terjadi di Kampus Merdeka saat ini adalah telah berubahnya pengertian mengenai Satuan Kredit Semester (SKS). Dari paparan oleh Mendikbud bahwa kini SKS dimaknai menjadi 'jam kegiatan', bukan lagi 'jam belajar'. Sungguh menarik sekali.

Perguruan tinggi harus mengakui hak mahasiswa yang hendak mengambil SKS di luar kampusnya sebanyak dua semester yang setara dengan 40 SKS. Dilakukan secara sukarela antara mahasiswa dan kampus asalnya.

Sedangkan untuk satu semester lagi, mahasiswa bisa memilih mengambil SKS di jurusan atau prodi lain dalam satu kampusnya sendiri. Mahasiswa boleh memilih SKS pada semua prodi selain prodi kesehatan.

Karena saat ini bobot SKS untuk kegiatan pembelajaran yang berbasis kegiatan di luar kelas sangat kecil sehingga akses mahasiswa untuk mencari pengalaman baru menjadi sangat terbatas.

Namun tetap dengan harapan agar program pertukaran ini tidak menjadi suatu alasan bagi para mahasiswa mengapa mereka menjadi tertunda kelulusannya. Terlebih pola semacam itu sangat jamak terjadi di banyak mahasiswa yang suka mengikuti program-program yang bertujuan menambah wawasan semacam itu.

Nah, agar mahasiswa dapat menjalani setiap kegiatan yang dipilih tetap berjalan sesuai koridornya maka mahasiswa tetap harus memperoleh bimbingan dari dosen yang telah disiapkan oleh pihak kampusnya.

Daftar kegiatan yang dapat dipilih oleh mahasiswa berdasarkan program yang telah ditentukan oleh pemerintah. Ataupun program dan kegiatan lain yang mendapat lampu hijau dari rektorat.

Selain pertukaran mahasiswa, kegiatan lainnya bisa dalam bentuk kegiatan magang, praktik kerja industri, terjun mengelola organisasi, program pengabdian di masyarakat, belajar bisnis atau wirausaha, ikut terlibat dalam kegiatan riset, maupun kegiatan mengajar di daerah terpencil atau daerah 3T -- tertinggal, terdepan, terluar.

Sebuah tantangan bagi mahasiswa agar bermetamorfosis

Istilah mahasiswa "kupu-kupu" ini sudah bukan lagi menjadi rahasia umum. Kupu-kupu itu artinya kuliah pulang -- kuliah pulang. Dalam artian seorang mahasiswa yang masih terjebak dalam zona nyamannya.

Padahal seharusnya seorang mahasiswa yang sebentar lagi mereka akan terjun ke lapangan mengarungi kehidupan nyata dengan segala tantangan dan perubahan yang pasti akan selalu terjadi

Ketika ia hanya menjalani rutinitas karena statusnya sebagai seorang mahasiswa belaka. Bagaimana ia bisa menjadi sosok sebagai agen perubahan. Bukan tak mungkin di masa depan mahasiswa semacam itu dapat menjadi beban.

Sehingga untuk praktik di Kampus Merdeka, Mendikbud menegaskan bahwa inovasi dan kreativitas dari perguruan tinggi memang sangat dibutuhkan sekali dalam merangsang minat para mahasiswa untuk terlibat aktif dalam kebijakan Kampus Merdeka ini.

Untuk menjawab tantangan itu, dengan kehadiran Kampus Merdeka inilah para mahasiswa dapat melangkah dalam pencarian upaya metamorfosis menjadi mahasiswa bergerak sesuai passion-nya.

Mahasiswa menjadi merdeka untuk memilih mata kuliah sesuai minat yang mengarahkan pada pengeksplorasian potensi yang dimiliki. Tentu hal tersebut dibangun diatas fondasi kurikulum yang mampu mengakomodasi kebutuhan mahasiswanya.

Dampaknya adalah para mahasiswa dapat memiliki banyak keahlian di luar jurusan atau bidang studi yang sedang ia tekuni.

Sangat memungkinkan bila proses belajar juga dapat ditentukan oleh mahasiswa sendiri akan seperti apa arah yang ingin ia jalani. Kampus Merdeka yang proses pembelajarannya telah berbasis blended learning akan memberikan aksesibilitas model dan gaya belajar mahasiswa dalam mengikuti alur proses pembelajaran.

Sehingga sudah jelas sekali bahwa dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun mahasiswa itu tidak akan pernah ketinggalan pelajaran atau materi perkuliahan karena kemudahan akses untuk mengalami proses pembelajaran yang bermakna.

Seperti apapun cara mahasiswa kupu-kupu dalam bertransformasi, semuanya akan bermuara pada proses perubahan level kompetensi dan kapasitas diri menjadi lebih berdaya guna berdaya saing. Sesuai dengan amanat konsep Kampus Merdeka.

Bilamana mahasiswa salah pilih jurusan, inilah solusi dan jawaban atas segala kegalauan

Melalui Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), para mahasiswa bisa merasakan belajar di kampus tetangga dengan mudah.

Hasrat yang terpendam selama ini ketika si mahasiswa yang salah pilih jurusan itu berkeinginan merasakan iklim perkuliahan dan suasana di kampus idaman yang tak kesampaian, maka inilah kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan.

Sesuai Keputusan Menteri Nomor 74/P/2021 yang memberikan jaminan pengakuan untuk kegiatan pembelajaran yang diikuti mahasiswa pada program Kampus Merdeka.

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) ini memberikan kesempatan pertukaran mahasiswa lintas kampus bahkan antarpulau pun sangat memungkinkan sekali untuk dilakukan.

Ilustrasi mahasiswa dalam program PMM. ((DOK. BRITISH COUNCIL)) 
Ilustrasi mahasiswa dalam program PMM. ((DOK. BRITISH COUNCIL)) 
Kegiatan pertukaran mahasiswa merdeka (PMM) ini bertujuan untuk membuka ruang pertemuan bagi mahasiswa lintas kampus sebagai wadah untuk berjumpa, berinteraksi, dan berbagi pengalaman serta hal-hal baik dan positif lainnya.

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) ini kami menilai memang sangat relevan dengan tingkat kegalauan yang dialami oleh kebanyakan mahasiswa yang ternyata telah salah memilih jurusan atau prodi.

Ketika berhenti kuliah lalu mendaftar kembali ke jurusan yang diimpikan bukanlah sebuah opsi solusi sebagai jalan keluar karena alasan berbagai faktor yang menjadi sebuah pertentangan. Lalu yang dilakukan malah bertahan pada kesalahan pilihan jurusan.

Maka tak jarang banyak mahasiswa yang terlambat lulus kuliah bahkan pada akhirnya malah kena DO (drop out) atau dikeluarkan dari kampus. Karena kehilangan arah dan tujuan sebagai tanggung jawab yang harus ditunaikan.

Alasan dari semua itu karena kesalahan yang sangat muthlak untuk diperbaiki, yakni kesalahan memilih jurusan atau program studi.

Dengan adanya Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) ini mahasiswa dapat memuaskan dan melampiaskan hasratnya merasakan pengalaman belajar dan mencicipi rasa penasaran tentang jurusan yang dulu sangat dicita-citakan.

Setelah itu, usai mahasiswa bersangkutan menyelesaikan Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), maka ia akan mendapat rangsangan dan stimulus yang kuat terkait bagaimana ia memaknai dan menjalani jurusan yang telah ia pilih saat ini.

Sehingga mahasiswa dapat kembali meramu bagaimana strateginya dalam memecahkan berbagai masalah dan kendala yang dihadapi. Dan mahasiswa tersebut dapat kembali menjadi sosok yang bernilai guna di masa depan nantinya.

Cinta Indonesia tak lagi setengah hati

Pada zaman dulu saat kami masih menimba ilmu di perguruan tinggi, ada sebuah topik menarik yang berhasil kami angkat ke permukaan tentang level kecintaan dan bagaimana seorang generasi bangsa mengenali Indonesia secara utuh.

Saya adalah mahasiswa daerah yang berkuliah antar pulau. Di perguruan tinggi tempat kami menimba ilmu, ternyata pada awalnya teman-teman mahasiswa kami banyak yang belum mengenali daerah asal kami.

Padahal kami sama-sama para generasi bangsa yang akan disiapkan untuk membangun dan menggapai cita-cita bangsa dan negara. Sehingga selayaknya tidak ada ketimpangan wawasan kebangsaan diantara para mahasiswa.

Topik menarik tersebut dapat kita simak kembali, Mencintai Indonesia setengah hati.

Gayung bersambut, ternyata permasalahan klasik tersebut dapat menemukan jawabannya di kemudian hari -- saat ini.

Dengan adanya program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) dimana para penerima manfaat adalah para mahasiswa antarpulau maka ini adalah sebuah jalan bagaimana merajut keindonesiaan yang begitu majemuk dan beragam dalam sebuah kebhinekaan yang merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan setiap insan Indonesia.

Dari catatan-catatan yang dikemukakan oleh para mahasiswa yang tergabung dalam Pertukaraan Mahasiswa Merdeka (PMM) angkatan 1 kemarin, hampir semuanya memiliki alasan mengapa mereka ingin bergabung karena ingin mempelajari budaya dan latar belakang sosial kemasyarakatan tempat kampus PMM tersebut berada.

*****

Sebuah paradigma baru tentang bagaimana mahasiswa menerobos dinding civitas akademisi yang masif dalam ranah inklusif.

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) ini akan memberikan dinamika cara bagaimana mahasiswa meramu masa depannya.

Bertukar sementara, bermakna selamanya. Mahasiswa menatap wajah masa depan dalam kacamata keabadian perubahan dengan segala pembaharuan yang akan datang dan kita jumpai kemudian.

Simaklah informasi tentang Kampus Merdeka secara lengkap disini.

(Akbar Pitopang, 21 Mei 2022)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun