Ketika para lelaki Minang pergi merantau kemanapun mereka tuju. Kaum perempuannya tidak akan ikut merantau dam akan menjaga marwah suku dengan keberadaan Rumah Gadang.
Ketika para lelaki pulang kampuang, mereka akan menuju rumah gadang sebagai tempat tinggal saudara-saudara perempuan dan termasuk orang tuanya. Jadi, rumah gadang di Minangkabau adalah simbol kedigdayaan sebuah suku.Â
Bagaimana dengan kondisi terkini Rumah Gadang di Kampung Halaman?
Pada tahun ini menjadi kesempatan berharga bagi penulis untuk pulang kampung di Hari Raya Idul Fitri ini. Namun penulis menjadikan momentum pulang kampung ini untuk menengok sejauh mana eksistensi rumah gadang apakah masih ada atau berdiri dalam bentuk sebuah bangunan.
Saat ini, individu-individu Minang telah membangun rumahnya masing-masing. Mereka membangun rumah untuk tempat tinggal dengan menerapkan gaya arsitektur luar.
Rumah gadang yang dulunya berdiri kokoh ditempati oleh kaum Bundo Kanduang, kini kondisinya banyak yang sangat memprihatinkan.
Di kampung penulis, ada beberapa suku. Setiap orang Minang dengan suku yang sama biasanya tinggal di sekitar rumah gadang yang ditempati Bundo Kanduang.
Ketika kami menengok kondisi rumah gadang yang berada di wilayah suku Bodi. Ternyata rumah gadangnya sudah tak ditempati lagi. Hanya berbentuk bangunan kosong dan lusuh.
Setelah itu, kami langsung berpindah ke wilayah yang banyak terdapat warga bersuku Pitopang. Alhamdulillah, rumah gadangnya masih berdiri kokoh dan ditempati dengan baik oleh pemiliknya.
Oh ya, saat ini rumah gadang bukan lagi ditempati oleh seorang Bundo Kanduang dari sukunya. Namun, telah dikuasai secara perorangan.
Lalu, setelah puas menengok salah satu rumah gadang yang ditempati oleh warga sesama bersuku Pitopang. Maka kami menengok rumah gadang warga Piliang.
Rumah gadang yang ditempati oleh salah seorang warga bersuku Piliang masih dalam kondisi yang sangat layak untuk ditinggali.