Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Apa Kabar Hari Raya di Minang Saat Ini?

2 Mei 2022   17:05 Diperbarui: 3 Mei 2022   11:40 2088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mandu'a Karumah-rumah (Dokpri)

Hari ini adalah hari lebaran, hari raya Idul Fitri. Hari kemenangan telah tiba. 

Berbagai kegiatan bernilai kebaikan dapat dilakukan di hari lebaran ini.

Setiap daerah punya kegiatan menarik yang dilakukan di hari lebaran. Bahkan ada yang sudah menjadi ciri khas bagi suatu daerah tertentu karena dilakukan hanya pada saat momen lebaran tiba.

Kita bisa menemukan kegiatan-kegiatan positif saat lebaran, termasuk salah satunya di ranah Minang atau di Sumatera Barat.

Di sini saya akan mengulas beberapa kegiatan positif yang yang biasa ditemukan pada saat momen hari raya Idul Fitri di Sumatera Barat khususnya di daerah Limo Puluah Kota, maupun di Payakumbuh, dan sekitarnya.

"Poi Barayo"

Poi barayo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan menjadi "pergi berhari raya".

Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak akan menemui sanak saudara, famili, dan anggota masyarakat pada umumnya.

Hari pertama lebaran akan disibukkan dengan kegiatan ini. 

Khusus di hari pertama ini, yang wajib dikunjungi adalah sanak saudara, kerabat dan anggota masyarakat yang berada di satu kampung. 

Momen ini dijadikan sebagai ajang menjalin silaturahim di antara sesama warga, yang diwarnai dengan kegiatan saling bermaaf-maafan satu sama lain. Sehingga tidak ada waktu dan kesempatan untuk melakukan atau kunjungan ke tempat lain seperti tempat hiburan atau wahana wisata. 

Selain itu, biasanya pada saat kegiatan poi barayo ini, perut kita akan kenyang. Karena setiap singgah di rumah warga, kita akan disuruh mencicipi berbagai sajian lebaran yang disuguhkan tuan rumah.

Pada saat itu kita tidak bisa menolak ajakan tuan rumah sehingga mau tidak mau kita harus mencicipinya sehingga pada akhirnya perut kita akan kekenyangan. Sebagaimana diulas oleh sesama Kompasianer, Lebaran di Sumbar: Ucapan "Salamaik Rayo" dan Tamu Diwajibkan Menyantap Hidangan.

"Salam Tempel"

Muara dari ajang silaturahim ini adalah pemberian THR. Biasanya yang akan diberi THR ini adalah khusus untuk anak-anak.

Pada awalnya, salam tempel merupakan sebuah tradisi yang dilakukan di lingkungan keluarga dalam skala kecil.

Dan biasanya kegiatan salam tempel ini dilakukan oleh seorang "mamak" kepada kemenakan.

Mamak merupakan sebutan bagi saudara laki-laki dari ibu. Ada mak dang, mak ngah, dan mak etek.

Mak dang atau mamak gadang untuk mamak paling tua. Mak ngah atau mamak tangah untuk mamak yang posisinya berada di antara kakak dan adik. Serta mak etek atau mamak ketek untuk mamak yang paling kecil atau paling muda.

Biasanya mamak di sebuah keluarga akan pergi merantau ke daerah lain. Maka antara mamak dan kemenakan ini akan berjumpa di momen lebaran.

Begitupun jika seorang mamak tidak pergi merantau. Namun tinggal cukup jauh karena memiliki istri maka mamak akan tinggal di rumah pihak istrinya sebagai bagian dari budaya Minangkabau.

Nah, ketika lebaran para mamak akan datang ke Rumah Gadang atau rumah yang ditempati saudara perempuannya.

Di momen lebaran, akan kembali terjalin hubungan kekerabatan antara mamak dengan kemenakannya. 

Ketika selama ini di hari-hari biasa sangat jarang untuk bertemu atau jarang berinteraksi. Maka pada saat lebaran kedekatan hubungan antara mamak dan kemenakannya akan kembali direkatkan.

Nah, salah satu perekatnya yakni salam tempel. Salam tempel yang merupakan sebutan untuk THR yang diberikan mamak kepada kemenakannya tadi.

Kami menilai bahwa salam tempel tidaklah sekedar kegiatan mamak memberikan THR untuk kemenakannya. Namun lebih dari itu ada nilai yang terkandung padanya. Apa sajakah itu?

1. Terjalinnya kedekatan emosional antara mamak dan kemenakan. Karena selama ini sudah lama tak bersua dan bertegur sapa yang menyebabkan ada rasa canggung yang dirasakan oleh para kemenakan. Maka dengan adanya salam tempel ini, rasa canggung itu dapat dicairkan. 

2. Sebagai bentuk perhatian mamak kepada kemenakan. Bahwa sebuah pepatah dalam bahasa Minang, "anak dipangku, kemenakan dibimbiang". Yang bermakna, anak sendiri dipangku sedangkan keponakan dibimbing. Salam tempel yang diberikan oleh mamak kepada kemenakannya bisa digunakan oleh kemenakan untuk hal-hal positif. Misalnya untuk membeli keperluan sekolah, sehingga hal itu dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kemenakan.

3. Simbol perjuangan dan kerja keras mamak di perantauan. Setiap mamak yang memberikan salam tempel bagi kemenakannya tentu merupakan hasil dari usahanya dalam bekerja mencari penghasilan. Misalkan hasil dari bekerja, berdagang atau memiliki usaha sendiri.

4. Kemenakan akan mengingatkan kebaikan mamak di masa depan. Karena adanya jalinan kedekatan yang terjalin dari kegiatan pemberian salam tempel di momen lebaran ini. Maka seorang kemenakan akan terus mengingat kebaikan dan kepedulian yang diungkapkan oleh mamak melalui adanya salam tempel ini. 

Di masa mendatang ketika mamak dalam keadaan terpuruk atau kehidupannya sedang susah maka kemenakan akan tergerak hatinya untuk membantu meringankan beban yang dialami mamaknya. Bisa dalam bentuk dukungan materil maupun dukungan secara moril lewat doa-doa yang dipanjatkan.

Kini, tradisi budaya salam tempel tidak hanya dilakukan di keluarga inti atau dalam sistem kekerabatan skala kecil saja. Namun, sudah merambah kepada anak-anak di lingkungan tempat tinggal. Maupun anak-anak lain yang berasal dari satu kampung yang sama.

Seperti yang kami saksikan langsung hari ini bahwa pada umumnya sebagian besar anak-anak dari kampung kami datang ke rumah untuk bersilaturahim, saling bermaafan dan mengharapkan adanya pemberian salam tempel oleh pemilik rumah. 

Sebenarnya kegiatan silaturahim yang dilakukan oleh anak-anak ke rumah-rumah warga untuk mengharapkan salam tempel ini baru terjadi beberapa tahun ke belakang karena efek dari perkembangan zaman. 

Dulunya, serasa tidak pantas tapi sekarang sudah dianggap hal yang biasa saja. Mungkin bisa dijadikan ajang bersedekah sekalian membangun rasa hormat antara anak kecil kepada orang-orang dewasa di lingkungan kampung atau jorong (baca: desa).

Mandu'a Karumah-rumah (Dokpri)
Mandu'a Karumah-rumah (Dokpri)

"Mandu'a Karumah-rumah"

Pada saat lebaran ini dijadikan sebagai momentum untuk terus melakukan kebaikan berupa kegiatan berinfak.

Di kampung kami, sesaat sebelum khatib hari raya Idul Fitri naik ke mimbar, maka akan ada sesi mengumpulkan infak dari warga. Ini dijadikan momen untuk menjaring pundi-pundi rupiah dari orang kampung yang pulang dari rantau untuk ikut berkontribusi membangun masjid atau fasilitas umum lainnya untuk kemanfaatan bersama. 

Selain ini menjadi wadah untuk fastabiqul khoirot atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Tadi saja sudah terkumpul dana untuk pembangunan masjid dengan nominal yang cukup fantastis hanya dalam waktu yang sangat singkat. 

Kemudian setelah shalat Idul Fitri dilakukan. Semua warga akan pulang ke rumah masing-masing. 

Maka, tak lama setelah itu akan ada perwakilan yang telah ditunjuk oleh panitia Ramadhan untuk mendatangi setiap rumah warga untuk melakukan kegiatan berdoa bersama serta pengumpulan dana infak dari tuan rumah.

Kegiatan ini bertujuan untuk hal yang positif, di mana tuan rumah akan didoakan agar selalu dalam sehat, panjang umur dan murah rezeki. Sehingga dapat bertemu dengan bulan suci Ramadhan pada tahun depan.

Setelah itu jika tuan rumah mau berinfak, dananya akan dihimpun guna keperluan dan kepentingan masjid. Jika tak ada uang untuk berinfak pun tak apa-apa. 

Demikianlah beberapa kegiatan positif bernilai kebaikan yang dilakukan untuk menyemarakkan hari lebaran. 

Sehingga momen lebaran tidak hanya sekedar momen "balas dendam" dengan memakan kue-kue atau menghabiskan makanan lainnya.

Salamaik Rayo Idul Fitri untuk kita semuanya.

== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun