Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Waspadai Makanan Tak Layak Jelang Berbuka dan Sahur

26 April 2022   06:57 Diperbarui: 28 April 2022   15:33 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa kita sudah berada di pekan terakhir di bulan suci Ramadhan ini. Tersisa tinggal beberapa hari lagi bagi umat islam dan orang-orang beriman untuk memperbaiki kekurangan diri dengan memperbanyak amal ibadah kepada Allah SWT dengan berlomba-lomba dalam kebaikan.

Disamping itu pula kebiasaan menyiapkan makanan untuk berbuka maupun sahur sedikit luntur. Biasanya orang tua atau istri memasak sendiri menu untuk berbuka maupun sahur.

Namun, pada pekan terakhir di bulan Ramadhan seperti saat ini biasanya orang tua atau istri kita lebih suka membeli menu makanan siap saji untuk berbuka hingga sahur. Mungkin karena lagi malas masak atau pengen mencoba makanan yang sudah jadi saja.

Lagi pula banyak sekali pedagang musiman yang menjajakan menu makanan untuk berbuka dan sahur. Kalau sudah waktunya ngabuburit, jalanan dan spot pedagang makanan dan takjil akan ramai oleh pembeli. Dan ini sudah menjadi ciri khas tersendiri selama menunggu waktu berbuka puasa.

Walau demikian, kita harus tetap waspada dan sangat berhati-hati dengan mengecek dan memastikan makanan berbuka yang akan kita beli itu sudah benar-benar dalam keadaan masih layak dan tidak basi.

Kenapa kita harus tetap waspada padahal kan sekarang lagi suasana Ramadhan, memangnya adakah pedagang yang tetap menjajakan makanan yang sudah tidak layak konsumsi?

Kenyataannya memang seperti itu karena kami mengalaminya langsung. Karena lagi malas masak akhirnya memutuskan untuk membeli makanan dari luar saja.

 Gulai dan bihun yang sudah tidak layak (dokpri)
 Gulai dan bihun yang sudah tidak layak (dokpri)

Kejadian ini terjadi tiga hari yang lalu. Dimana kami membeli gulai nangka muda campur pucuk daun singkong. Dan menu satu lagi adalah mie bihun. Kami memilih dua jenis menu itu karena dirasa cocok untuk menemani santap berbuka puasa.

Ketika waktu berbuka puasa telah berkumandang, dan tibalah saatnya untuk mencicipi menu makanan yang telah dibeli tadi. Sungguh betapa kecewanya kami ketika mendapati dua menu makanan tersebut sudah mulai basi.

Alasannya, bisa kami pastikan makanan itu sudah hendak basi terlihat dari penampakannya yang berbeda dengan makanan sejenis yang masih bagus dan layak konsumsi. Ketika dicium pun tercium aroma yang menandakan makanan sudah basi. Walaupun aromanya belum terlalu menyengat.

Menyadari makanan yang kami beli itu sudah basi. Akhirnya terpaksa kami berbuka puasa dengan menyantap makanan yang tersisa. Mau tidak mau harus seperti itu lantaran perut sudah lapar karena seharian berpuasa.

Kami pun terheran-heran kenapa makanan yang kami beli itu bisa basi atau sudah tidak layak konsumsi lagi. Padahal itu kali kedua kami membeli makanan pada penjual yang sama dan di tempat yang sama pula.

Ada sedikit rasa kecewa karena merasa sudah dibohongi oleh penjual. Tapi kami tetap berprasangka baik mungkin kejadian itu memang diluar kesadaran pedagang tersebut.

Menanggapi hal tersebut, agar kita semuanya disini tidak mendapati kejadian yang sama dengan yang sudah kami alami. Maka hendaklah dapat mencermati beberapa poin penting berikut ini.

Kondisi gulai tak layak (dokpri)
Kondisi gulai tak layak (dokpri)

Pertama, melakukan pengecekan secara kasat mata terhadap makanan sebelum dibeli. Untuk beberapa jenis menu makanan seperti gulai biasanya bisa disimpulkan apakah masih bagus atau tidak dibuktikan dengan melihat kekentalan kuahnya. Karena kuah gulai dimasak menggunakan santan kelapa sehingga ketika sebuah gulai sudah menunjukkan tanda-tanda menuju basi maka akan ada gumpalan atau gelembung-gelembung kecil yang terdapat di permukaan kuah gulai.

Kedua, menanyakan kondisi makanan kepada penjual. Kami rasa tidak ada salahnya ketika kita bertanya secara langsung terkait kondisi makanan yang hendak dibeli kepada penjualnya. Tentu dengan mengemukakan pertanyaan yang logis dan dengan redaksi kalimat yang tidak menyinggung penjual. Misalnya, dengan menanyakan kapan makanan tersebut dimasak.

Ketiga, membeli makanan di tempat yang telah dipercaya. Jika kita sudah menemukan penjual yang menjual makanan yang layak dan rasanya sesuai dengan selera. Jika kita sedang ingin menyantap makanan dari luar maka lebih baik membeli makanan dari pedagang yang makanannya sudah sesuai dengan lidah kita.

Disamping itu, ketika kita ternyata mendapati kejadian tak terduga seperti itu maka ada beberapa hal yang harus dihindari.

  • Pertama, hindari berprasangka buruk. Kejadian semacam itu yang terjadi di bulan Ramadhan ini seperti tidak pernah diharapkan oleh semua pihak, baik pembeli maupun penjual. Lantaran makanan dijual saat kita masih berpuasa. Sehingga penjual tidak bisa langsung memastikan kelayakan makanannya dengan cara mencicipinya terlebih dahulu karena dalam keadaan masih berpuasa. Berbeda kondisinya ketika diluar Ramadhan. selain penjual bisa memastikan terlebih dahulu, kita pun sebagai pembeli juga bisa mencicipi makanan yang hendak dibeli jika memungkinkan hal itu dilakukan dengan persetujuan penjual.
  • Kedua, jangan mengumpat dan berkata kotor. Terkadang ketika kita sedang kesal, maka dapat dengan mudah keluar perkataan-perkataan yang kurang pantas keluar dari mulut kita. Selama berpuasa dan menjalani rutinitas ibadah di bulan Ramadhan ini, seharusnya mulut dan lidah kita memang harus dijaga dari hal yang tidak baik seperti mengumpat maupun berkata kotor atau bercarut-marut.

Pada intinya, kita mesti berhat-hati dalam bertindak dan bertutur kata. Jangan sampai perbuatan kita dapat mengurangi pahala dan nilai ibadah puasa yang sedang kita jalani.

Nah, kebalikan dari yang diatas, kita tetap bisa melakukan beberapa sebagai berikut:

Mari diikhlaskan saja. Apapun dan segala sesuatu yang telah terjadi mesti disikapi dengan bijak dan hati yang ikhlas. Ikhlas berarti melakukan segala sesuatu dengan tujuan hanya mengharapkan ridho Allah SWT. Apa yang telah terjadi itu berarti sudah menjadi bagian dari ketentuan-Nya.

Anggap bagian dari sedekah. Bersedekah punya banyak cara. Melihat orang lagi jualan setelah kita perhatikan ternyata pembelinya cenderung sepi. Kemudian timbul rasa iba dalam diri kita yang menyebabkan kita ingin membantu melarisi dagangannya. Itu merupakan contoh dari sedekah dan kedermawanan. Mungkin beberapa hari terakhir diri ini masih kurang melakukan sedekah. Sehingga Allah SWT menggerakkan langkah kita untuk membeli makanan dari penjual tadi.

Berikan ke hewan peliharaan. Mendapati makanan yang kita beli sudah tidak layak, maka hendaknya jangan cepat-cepat dibuang ke tong sampah. Jika ternyata kita memelihara ayam atau ikan maka makanan tersebut bisa diberikan kepada hewan peliharan. Anggap saja sebagai ganti membelikan pakan untuk hewan peliharan. Sehingga tidak ada yang terbuang percuma begitu saja.

Jauhkan makanan tidak layak dari jangkauan anak

Makanan basi atau yang sudah tidak layak memang tidak baik untuk dikonsumsi. Karena telah terjadi perubahan senyawa didalamnya dan telah terjadi interaksi makhluk mikroskopik pada makanan basi tersebut.

Sehingga ketika kita tetap mengkonsumsinya maka dipastikan tubuh atau perut kita akan merasakan sesuatu yang tidak nyaman. Misalnya merasakan sakit perut, mual, muntah, dan sebagainya. Pada akhirnya dapat pula menurunkan kondisi tubuh menjadi terasa lemah.

Makanan yang sudah tidak layak konsumsi tersebut hendaknya harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Karena bisa membahayakan kondisi kesehatan anak.

Apalagi pada saat menanti waktu berbuka biasanya anak-anak sudah duluan stand by di meja makan dan mencicipi makanan, takjil, atau minuman untuk berbuka. Anak-anak yang kami maksud adalah anak-anak yang belum terlalu mengerti dengan apa yang disampaikan orang tua.

Jadi kita harus benar-benar mewaspadai hal ini. Hendaknya kita benar-benar memastikan makanan atau minuman yang sudah disiapkan untuk berbuka puasa adalah makanan dan minuman yang layak konsumsi.

Jika semua anggota keluarga kita semuanya dalam keadaan berpuasa. Sehingga tidak ada yang bisa mencicipi kondisi makanan dan minuman dengan indera pengecap rasa. Maka setidaknya bisa mengandalkan indera penglihatan dan penciuman.

Maka untuk itu kepada teman-teman semuanya hendaklah dapat terus berhati-hati ketika membeli makanan atau minuman untuk berbuka puasa. Karena mungkin saja hal-hal seperti yang kami sampaikan diatas bisa saja menimpa anda. Dan kita semua tentu tidak pernah mengharapkan hal itu terjadi.

Terakhir, kemarin kami juga sempat membeli gorengan. Karena sudah lama tidak makan gorengan. Ketika penjual membungkus gorengan, kami perhatikan sepertinya gorengannya masih baru dan masih terasa cukup panas. Berarti gorengannya baik-baik saja dan siap untuk dikonsumsi.

Kalau kita beli gorengan biasanya pasti dikasih cabe rawit dan kuah cabe merah atau saus yang dimasukkan kedalam plastik kecil. Eh, sungguh malang nasib kami ternyata kuahnya sudah basi juga.

Hal-hal yang tidak terduga kembali terjadi. Mana mungkin kita bisa fokus ke kuah sambalnya. Karena hanya sebagai pelengkap makan gorengan. Tapi kalau makan gorengan tanpa dikasih cabe atau kuah sambal sepertinya terasa kurang dan tidak ada sensasi kenikmatannya. 

Untuk itu, marilah kita senantiasa memastikan kondisi makanan dan minuman yang kita beli untuk dikonsumsi pada saat berbuka puasa, semuanya dalam kondisi baik dan layak konsumsi. Jika ternyata kejadian seperti yang kami alami tetap menimpa anda. Berarti itu sudah diluar kemampuan diri karena kita sudah mengusahakan yang terbaik.

Jika kita tidak bisa menyadari tentang seperti apa kondisi makanan yang telah kita konsumsi. Sehingga telah berakibat fatal. Maka anda harus cepat-cepat memeriksakan diri ke dokter atau pergi ke rumah sakit.

Tetap berpikir positif karena kita sedang berpuasa. Semoga kita semua dapat menjalani ibadah puasa ini dengan baik dari awal hingga akhir Ramadhan. Aamiin.

Salam sehat,

== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun