Ketika sudah pulang mudik membawa pasangan akan ada pertanyaan, apa istrinya sudah hamil? Kapan mau punya anak? Isrtinya bekerja atau cuma jadi ibu rumah tangga yang baik? Dan sebagainya.
Kalaupun pulang bersama istri dan anak, tetap akan ada pertanyaan seperti kapan mau nambah anak lagi? Anaknya baru satu ya, kasian gada temannya.
Ketika kita pulang mudik menggunakan jasa angkutan umum karena malas membawa kendaraan pribadi lantaran akan merasa lelah dalam perjalanan. tetap akan ada saja orang yang membanding-bandingkan kita dengan yang pulang membawa mobil pribadinya.
Nah, ketika kita diberondong dengan rentetan pertanyaan-pertanyaan itu, kita harus dapat menjaga diri untuk tetap waras. Kadang warga melontarkan pertanyaan nyeleneh hanya sebagai jebakan.
Sehingga kita benar-benar harus menyiapkan mental dan nyali besar jika hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Disini warga akan menilai tingkat kecerdasan emosional, pola pikir dan cara sudut pandang kita menilai dan menyampaikan suatu hal dengan bijak dan pemikiran yang matang.
Jangan sampai kita terjebak lalu melontarkan jawaban menohok yang tidak disangka-sangka sebelumnya oleh orang-orang yang bertanya. Ujung-ujungnya kita tetap akan menjadi buah bibir bagi mereka.
Walaupun tidak semua warga di kampung halaman yang suka melontarkan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Namun tetap saja kita harus menyiapkan mental yang tangguh ketika sewaktu-waktu ada yang ingin bertanya pada kita.
 Karena pola kebiasaan di masyarakat sekarang ini memang masih suka kepo dengan kehidupan orang lain. Jadi diharapkan kita dapat memakluminya dan kalau bisa memberikan mereka pencerahan dengan cara yang baik tanpa menggurui dan merasa paling hebat.
Pemudik yang sudah berhasil ditempa di perantauan, adalah pemudik yang bisa memposisikan dirinya dengan baik di tengah-tengah masyarakat. Pemudik yang memiliki gaya berkomunikasi atau public speaking yang mumpuni. "Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung".
Siapkan Booster untuk Perjalanan