Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah Toleransi Siswa Non Muslim di Ramadhan

17 April 2022   10:04 Diperbarui: 17 April 2022   10:13 1934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bersikap toleransi sejak dini (via sehatq.com)

Bahkan ketika siswa muslim selesai melaksanakan kegiatan imtaq, ketika tikar-tikar itu hendak digulung, siswa non muslim masih kembali ikut membantu jika kebetulan mereka sudah selesai mengikuti kegiatan rohani.

Kemudian setelah semua tikar selesai digulung dan tikar pun hendak disimpan di tempat biasa yakni di dekat ruang majelis guru. Karena posisi lapangan dan ruangan penyimpanan lumayan jauh dibanding ruang khusus agama Kristen yang hanya berjarak 10 langkah dari halaman sekolah maka tikar tersebut disimpan saja disana. Setelah mendapat persetujuan dari guru agama Kristen. Siswa non muslim pun ikut mengangkat tikar ke dalam ruangan tersebut.

Begitulah hal sederhana tentang toleransi yang telah terjadi di sekolah kami. Sebuah pemandangan yang mendamaikan hati dan pikiran. Tidak ada rasa kecemburuan sosial. Sebaliknya, malah yang terjadi adalah saling membantu dan saling bekerja sama.

Hal yang demikian itu, walau sekecil apapun bentuk toleransi yang terjadi maka wajib untuk dijaga dan dipelihara dengan baik. Dipupuk dengan sikap saling keterbukaan satu sama lain. Sehingga nanina dapa membuahkan keertraman dan kerukunan bagi semua warga sekolah.

Ilutrasi via hipwee.com
Ilutrasi via hipwee.com

Kedamaian yang Dicita-Citakan untuk Masa Depan

Sikap toleransi yang senaniasa dianamkan di lingkungan sekolah bertujuan agar tercipata hidup damai sejak hari ini hingga masa mendatang. Karena sudah jelas bahwa toleransi tidak akan pernah terwujud di kemudian hari jika sedari awal tidak ditanamkan kepada siswa sejak dini.

Ketika siswa sudah terbiasa membiasakan diri bertoleransi dan merasakan indahnya kedamaian, bagaimana mungkin masih bisa terjadi perpecahan di masa yang akan datang?

Para siswa yang merupakan segenap generasi bangsa memiliki tanggung jawab toleransi yang mereka pikul mulai dari sekarang. Mereka diharapkan mampu menjadi "pejuang toleransi" untuk masa depan.

Kemajemukan pasti akan terus terjadi di masa yang akan datang. Semua pihak dari segala lapisan masyarakat harus mampu beradaptasi dengan keberagaman yang ada. Hidup akan terasa indah, tidak  monoton dan tidak akan terasa jenuh dengan adanya keanekaragaman, apapun itu.

Bagaimana bisa itu semua terjadi jika kita tidak sama-sama merawatnya dari sekarang. Kuncinya adalah keterbukaan dan sikap ingin saling mengenal perbedaan. Jangan biarkan kebiasaan suka menutup diri.

Semoga kesadaran toleransi yang terus dijaga dari sekarang, dapat kita rasakan manfaatnya nanti di masa depan. Mari saling peduli dan saling mengapresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun