Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak Terpapar Konten Porno dari Medsos, Berikut Langkah Preventif Orang Tua

12 April 2022   11:13 Diperbarui: 15 April 2022   22:42 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini memiliki akun media sosial adalah seperti sebuah kebutuhan. Hal ini dampak yang ditimbulkan ketika seseorang sudah mengenal yang namanya internet. Internet dan media sosial adalah seperti saudara kandung yang tidak bisa terpisahkan dari aktivitas khalayak terkini.

Semua lapisan masyarakat sekarang pasti memiliki minimal satu akun media sosial. Baik itu seorang tokoh, public figure, apapun latar belakang dan profesi kita, serta masyarakat biasa pun sudah punya akun media sosial.

Ada yang punya akun media sosial dalam bentuk orang pribadi. Maupun banyak juga yang membuatnya dalam bentuk akun fanpage. Bahkan 1 orang kadang juga punya keduanya baik akun pribadi maupun akun khusus fanpage.

Media sosial memiliki magnet tersendiri dalam menjaring semakin banyak pengguna internet atau yang sekarang sering dipanggil dengan sebutan netizen. 

Dengan tampilan dan layout yang menarik serta memiliki banyak fitur yang memudahkan seseorang untuk berinteraksi dan menjalin pertemanan.

Via gramedia.com
Via gramedia.com

Apa itu Media Sosial? 

Dikutip dari Gramedia Blog, bahwa media sosial dapat dipahami sebagai suatu platform digital yang menyediakan fasilitas untuk melakukan aktivitas sosial bagi setiap penggunanya. 

Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan di media sosial, misalnya yaitu melakukan komunikasi atau interaksi hingga memberikan informasi atau konten berupa tulisan, foto dan video. Berbagai informasi dalam konten yang dibagikan tersebut dapat terbuka untuk semua pengguna selama 24 jam penuh.

Media sosial sendiri pada dasarnya adalah bagian dari pengembangan internet. Kehadiran beberapa dekade lalu telah membuat media sosial dapat berkembang dan bertumbuh secara luas dan cepat seperti sekarang. Hal inilah yang menjadikan semua pengguna yang tersambung dengan koneksi internet dapat melakukan proses penyebaran informasi atau konten kapan pun dan di mana pun.

Nah, jadi dapat disimpulkan bahwa hidup kita saat ini sudah tidak bisa lepas dari aktivitas membuka timeline media sosial. Baik untuk keperluan update status pribadi maupun hanya sekedar kepo dengan status atau kabar berita yang dibagikan orang lain dan jaring pertemanan yang diikuti di media sosial tersebut.

Mulai dari orang tua atau ibu saya yang selama ini sangat gaptek yang tidak tahu sama sekali tentang apa itu internet. Namun semenjak sudah punya handphone sendiri, sekarang beliau sudah tahu bagaimana cara mengakses internet dan juga sudah punya akun media sosial.

Tidak hanya 1 akun yang dimiliki, tapi ada lebih dari 2 akun atas nama ibu saya. Setelah saya telusuri ternyata gaga-gara lupa password atau kata sandi sehingga mau tak mau ibu saya bikin akun lagi kalau kasusnya lupa kata sandi.

Tidak hanya ibu saya yang usianya sudah hampir berkepala lima yang dulu gaptek sekarang waktu luangnya terpakai untuk membuka medsos. Bahkan ponakan saya yang baru mengenal internet dan masih duduk di bangku SD pun juga sudah punya akun media sosial.

Tidak hanya itu, ketika saya bertanya kepada siswa-siswi kami di sekolah hampir pada umumnya mereka sudah punya akun media sosial. Kalaupun ada yang belum punya akun media sosial lantaran belum mendapa persetujuan orang tua. Tapi mereka hampir semuanya sudah paham cara akses dan cara kerja sebuah media sosial.

Ilustrasi via bbc.com
Ilustrasi via bbc.com

Media Sosial adalah Sarangnya Konten Porno

Memiliki akun media sosial memang ada banyak manfaatnya. Tidak hanya wadah untuk menjalin pertemanan, jalan untuk melacak keberadaan teman lama, menemukan teman baru, saling berinteraksi satu sama lainnya. Serta berbagi kabar terbaru adalah sesuatu yang menyenangkan.

Namun tidak hanya itu, media sosial ternyata juga dapat menjadi sarang berkumpulnya akun-akun yang memiliki misi untuk menyebarkan konten porno. Karena oknum tersebut memahami bahwa salah satu cara untuk menaikkan rating akunnya. Caranya dengan digenjot dengan konten porno. Otomatis banyak orang yang akan mengunjungi akunnya.

Saya pernah sekali menemukan ada sebuah akun di media sosial (yang sedang trending saat ini sebagai ajang untuk goyang-goyang) yang saat itu sedang diakses oleh ponakan saya. 

Ponakan saya memang belum punya akun itu. Tapi dengan cara dia meminjam handphone ibunya dan kemudian dia mengakses media sosial yang saya maksud diatas tanpa sepengetahuan ibunya.

Iseng saja, saya coba pinjam sebentar HP yang dia pegang. Dengan beralasan HP saya ketinggalan di kamar dan saya butuh untuk menghubungi nenek yang sedang berada di luar rumah. Karena alasan saya seperti itu, ponakan saya mau meminjamkannya.

Ketika saya scroll tampilan FYP-nya, sungguh betapa terkejutnya saya ketika menemukan akun-akun  yang tampil di sana mempertontonkan goyangan yang tidak senonoh dengan menunjukkan aurat atau lekuk tubuh yang begitu molek. Sangat tidak pantas dilihat untuk anak seusia ponakan saya itu.

Tidak hanya itu, suatu ketika saya pernah mengotak-atik akun media sosial ponakan saya yang lain. Dia yang duduk di bangku SD sudah punya akun di media sosial yang mengusung tema serba biru itu. Saya saja heran kenapa dia sudah punya akun disana dan digunakan untuk apa sih.

Ketika pertama sekali saya mengecek timeline-nya memang tidak ada yang aneh. Bahkan kemudian saya melanjutkan dengan mengecek beberapa konak pertemanannya dan sekali lagi tidak ada yang salah.

Hal mengejutkan dan sangat memalukan sekali terjadi ketika saya mencoba mengecek pesan di fitur messenger-nya. Ternyata ada sebuah akun yang mengirimkan konten berisi video porno. Tidak hanya satu video tapi ada lebih dari dua video porno yang ia kirimkan. Benar-benar membuat saya syok karena saya tidak pernah menduga hal itu akan terjadi. Sangat cabul sekali.

Ilustrasi via tintahijau.com
Ilustrasi via tintahijau.com

Langkah Pencegahan dan Intervensi Orang Tua Hindarkan Anak Terpapar Konten Porno

Dari kasus di atas, saya menilai peran dan tanggung jawab orang tua harus benar-benar dimaksimalkan dalam hal pengawasan terhadap anaknya yang sudah bisa mengakses internet maupun media sosial. 

Jika orang tua tidak segera bergerak dan memulai langkah preventif lebih awal maka orang tua bisa kecolongan. Jangan menyesal di kemudian hari.

Seperti apa langkah-langkah pencegahan yang harus dilakukan oleh orang tua dalam menjaga anak agar tidak terpapar pengaruh buruk dari konten porno?

Pertama, memastikan handphone dan perangkat internet lainyna bersih dan "suci". Orang tua harus benar-benar menjadikan handphone serta perangkat lainnya yang digunakan untuk mengakses internet beserta medsos sudah bersih dari hal-hal yang merangsang hadirnya iklan, link/tautan dan notifikasi yang dapat mengarahkan penggunanya (baca: anak) untuk mengakses informasi berisi iklan maupun konten porno.

Kedua, memberlakukan child mode pada perangkat dan secara berkala memeriksa historinya. Aplikasi seperti YouTube saat ini sudah menghadirkan fitur berupa child mood ini. Di mana YouTube merupakan salah satu kegemaran anak. Kadang orang tua sengaja menyodorkan YouTube agar anaknya tidak rewel dan mengganggu kesibukan orang tua. Sehingga perlu bagi orang tua untuk orang tua memastikan mode yang dipilih untuk anak adalah child mode.

Ketiga, mengunci aplikasi yang rentan terpapar konten porno. Jika orang tua mempunyai akun media sosial maka orang tua perlu mengunci aplikasi media sosialnya agar tidak diakses anak tanpa sepengetahuan orang tua. Ini harus dilakukan orang tua lantaran media sosial banyak digunakan oknum tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan konten porno.

Keempat, membuat kesepakatan dengan anak. Peran orang tua perlu dipertegas dengan membuat kesepakatan bersama terkait penggunaan perangkat handphone yang disetujui oleh anak. Orang tua terlebih dahulu meminta anak untuk mengutarakan pendapatnya perihal kesepakatan yang akan dibuat. 

Setelah itu, orang tua menentukan aturan yang jelas dan gampang dipahami oleh anak. Hal ini merupakan bagian dari tanggung jawab utama orang tua dalam hal kegiatan parenting. 

Jika orang tua dan anak sudah sama-sama menyetujui kesepakatan yang telah dibuat maka tentu anak tidak akan protes ketika orang tua melakukan hal-hal yang melanggar privasinya.

Kelima, orang tua perlu kembali mencermati beberapa hal yang sudah kami sampaikan pada tulisan sebelumnya. Silahkan para orang tua simak Tanggung Jawab Semua Pihak Hindarkan Anak Terpapar Konten Porno.

via bp-guide.id
via bp-guide.id

Lalu bagaimana jika kebetulan orang tua termasuk golongan yang gaptek?

Karena memang saat ini masih banyak orang tua yang tidak terlalu paham atau familiar dengan penggunaan handphone, internet maupun fitur-fitur yang ada. Bahkan malah anak lah yang lebih khatam dan mengajarkan orang tua tentang bagaimana cara menggunakan handphone.

Keadaan seperti ini tidak boleh dibiarkan dan dianggap remeh begitu saja oleh para orang tua. Jika dibiarkan maka orang tua bisa terlihat bodoh dimata anaknya. Sehingga anak bisa saja terpikir untuk membodohi orang tua ketika dalam keadaan terdesak.

Sehingga orang tua jangan malu untuk belajar dan melengkapi kekurangan pemahaman terkait penggunaan perangkat dan atau penerapan teknologi. Bahkan jika perlu orang tua bisa meminta anak untuk mengajarkannya. 

Kemungkinan lainnya adalah orang tua juga bisa minta bantuan kepada kakaknya, saudara atau kerabat untuk belajar. Sebagaimana kami pernah memaparkan dalam sebuah tulisan bertajuk Generasi Tua Jangan Ketinggalan Zaman.

Demikianlah betapa kompleksnya permasalahan terkait penggunaan perangkat internet dalam keluarga yang pada kesempatan ini terkhusus pada anak dan orang tua. Apabila orang tua meremehkan hal ini maka anak bisa dengan mudah terpapar konten porno.

Antara anak dan orang tua saling memiliki ketergantungan yang jelas tidak bisa dipisah-pisah satu sama lain. Buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya. Jangan biarkan anak kita kehilangan arah yang membuatya mencari pelampiasan dengan mencari konten porno.

Selagi masih ada waktu maka orang tua harus bergerak cepat. Jika memang belum ditemukan kasus seperti di atas pada anaknya bukan berarti anak akan selamanya terbebas dari paparan konten porno dikemudian hari. Maka untuk itu orang tua harus memulai langkah-langkah pencegahan sedari awal seperti yang telah disampaikan secara gamblang di sini.

Harapan kita semua adalah anak-anak kita dapat tumbuh dengan pengaruh yang baik. Mari kita sama-sama bergerak dan berikhtiar untuk itu. Karena kita semua pasti akan menjadi orang tua di masa mendatang. Namun permasalahan zaman akan tetap sama terkait masalah ini. Pengaruh  konten porno tidak akan pernah berhenti menghantui.

Salam kesehatan akal dan pikiran generasi masa depan. (AP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun